وَٱلْعَصْرِ
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
Artinya: “Demi Massa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan saling menasihati dalam kebenaran serta saling menasehati dalam kesabaran.” (QS. al-‘Ashr:1-3)
ARASYNEWS.COM – Menjelang masuknya waktu berbuka puasa, banyak yang bisa dilakukan, dan salah satu yang tren dikerjakan adalah Ngabuburit.
Ngabuburit tidak mengenal tempat dan umur. Semua kalanagn mengenal dan menyukai ngabuburit. Bahkan tidak lengkap rasanya kalau belum mengatur jadwal ngabuburit bersama keluarga atau teman di Ramadhan, dan yang pasti dilanjutkan dengan berdoa dan berbuka bersama.
Ngabububurit berasal dari bahasa sunda. Burit yang bermakna sore yang menjelang malam. Menurut kamus bahasa sunda, ngabuburit adalah aktivitas atau menghabiskan waktu sore menjelang malam sehingga waktu tidak terasa sudah sampai pada malam hari.
Secara fiqhiyah sepanjang ngabuburit pengertiannya adalah sebagaimana disebutkan di atas, hukumnya boleh (jawaz, mubah). Tetapi status hukum boleh ini akan berubah sesuai dengan kondisinya.
Ngabuburit dengan mengikuti kajian Islam kontemporer memiliki kualitas berbeda dengan ngabuburit dengan jalan ke mall dengan pacar.
Waktu luang adalah salah satu kenikmatan yang bisa jadi mencelakakan. Karenanya menunggu waktu buka puasa dengan ngabuburit tentunya perlu diperhatikan.
Dalam pandangan Islam, dirangkum dari berbagai sumber, Ngabuburit bisa menjadi suatu yang bermanfaat namun bisa juga membawakan kesia-siaan.
Untuk itu, penggunaan waktu dalam ajaran Islam sangat penting untuk dikelola, diperhatikan, dan tidak disia-siakan termasuk dalam ngabuburit.
Waktu ngabuburit perlu diperhatikan agar memiliki nilai yang berharga. Sebagaimana hadits Nabi:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”.
Di masyarakat saat ini sering kali orang melaksanakan buka puasa bersama dan waktu menunggunya digunakan untuk hanya sekedar ngobrol di sebuah kafe untuk berbuka puasa bersama, bergibah atau gossip, dan pembicaraan yang bisa jadi sangat jauh dari kebermaknaan dan memiliki hikmah. Atau bisa jadi melakukan jalan-jalan di mall, tempat-tempat pembelanjaan atau hanya sekedar tidur panjang yang tidak berhenti-henti saat di rumah.
Padahal dengan jelas Allah memaparkan bahwa manusia yang beriman dan beramal shaleh yang tidak dalam kerugian. Dalam QS al-‘Ashr yang disebutkan di atas.
Alangkah lebih baiknya jika mengisi ngabuburit dengan kegiatan yang berfaedah. Misalnya dengan membagi makanan bagi musafir di jalan atau dengan diskusi ilmiah yang didesain dengan sebaik mungkin. Justru bisa menjadi sunnah, jika ngabuburit diisi dengan tadarus bersama atau dengan kajian keagamaan lainnya.
Bulan Ramadhan adalah bulan produktif. Banyak kesempatan langka untuk menuai pahala yang berlipat ganda, ampunan, dan rahmat Allah yang tiada duanya.
Jika memang masih memliki waktu senggang dan hendak ngabuburit bersama keluarga atau temannya, maka ngabuburitlah dengan hal-hal positif. []
Sumber. Bincang syari’ah