Membedakan Tradisi, Budaya, dan Ajaran Islam yang Sesuai Perintah Sang Khaliq

ARASYNEWS.COM – Negara-negara di dunia mempunyai tradisi dan budaya yang berbeda-beda yang turun temurun dan terus dilakukan hingga saat sekarang ini. Tradisi dan budaya ini dilakukan baik secara pribadi ataupun bersama-sama.

Sebagai umat Muslim, tradisi dan budaya yang dilakukan sebaiknya sejalan dengan perintah Allah Subhanahu Wa Taala. Dan ini juga tidak melanggar norma agama.

Terkadang, umat Muslim kerap keliru dalam memahami tradisi, budaya dan ajaran agama Islam. Ketiga ini terkadang disatukan sehingga tidak tampak perbedaan diantaranya.

Tradisi dalam Ensiklopedi disebutkan bahwa adat adalah kebiasaan atau tradisi masyarakat yang telah dilakukan berulangkali secara turun temurun.

Tradisi memiliki jangaka waktu tertentu dan mungkin lenyap jika gagasan tersebut sudah dilupakan, proses munulnya tradisi melalui dua cara yaitu :

Cara pertama, kemunculan secara spontan dan tak diharapkan serta melibatkan banyak masyarakat, dengan alasan tertentu misalnya dalam kebiasaan sehari-hari, budaya dan lainnya yang disebarluaskan dengan berbagai cara.

Cara kedua, melalui mekanisme paksaan sesuatu yang sudah dianggap tradisi dipilih dan dijadikan perhatian umum atau dipaksakan oleh individu yang berpengaruh atau yang berkuasa.

Tradisi dan budaya, secara umum dapat dipahami sebagai pengetahuan, doktrin, kebiasaan dan lain-lain. Tradisi juga memuat nilai-nilai kemanusiaan, norma-norma kehidupan, dan aturan-aturan yang sudah disepakati bersama.

Ajaran Islam dibawa Baginda Nabi Muhammad ﷺ yang diturunkan langsung oleh Allah Subhanahu Wa Taala

Dalam Islam semua aturan sudah ditetapkan melalui Al-Qur’an dan hadist Nabi, dan tidak satupun aturan yang luput dari yang diatur didalam Al-Qur’an dan hadist.

Sebagaimana sabda nabi yang artinya akan kutinggalkan dua perkara kepada kalian dan berpegang teguhlah kepadanya maka kalian akan selamat dua perkara tersebut yakni Al-Qur’an dan Hadist.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ الهِs قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ الهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّتِهِ يَوْمَ عَرَفَةَ وَهُوَ عَلَى نَاقَتِهِ الْقَصْوَاءِ يَخْطُبُ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا كِتَابَ الهِى وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِي

Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Arafah di dalam haji beliau, yang beliau di atas ontanya yang bernama Al-Qashwa, beliau sedang berkhutbah. Aku mendengar beliau bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya aku telah meninggalkan pada kamu sesuatu jika kamu memeganginya niscaya kamu tidak akan sesat: Kitabullah dan ‘itrah-ku (keturunanku/sanak keluargaku), ahli bait-ku. (HR at-Tirmidzi, Ahmad dalam Al-Musnad).

Kemudian Hadist yang sama diriwayatkan oleh Imam Muslim

عَنِ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ: قَامَ رَسُولُ الهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فِينَا خَطِيبًا بِمَاءٍ يُدْعَى خُمًّا بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ فَحَمِدَ الهَع وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَوَعَظَ وَذَكَّرَ ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ أَلاَ أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ رَسُولُ رَبِّي فَأُجِيبَ وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّلُهُمَا كِتَابُ الهَِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ الهِ وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ (وفي رواية: هُوَ حَبْلُ الهِي مَنِ اتَّبَعَهُ كَانَ عَلَى الْهُدَى وَمَنْ تَرَكَهُ كَانَ عَلَى ضَلاَلَةٍ) فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ الهِو وَرَغَّبَ فِيهِ ثُمَّ قَالَ وَأَهْلُ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمُ الهَع فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمُ الهَض فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمُ الهَت فِي أَهْلِ بَيْتِي فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ وَمَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ يَا زَيْدُ أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ قَالَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ وَلَكِنْ أَهْلُ بَيْتِهِ مَنْ حُرِمَ الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ (وفي رواية: فَقُلْنَا مَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ نِسَاؤُهُ قَالَ لاَ وَايْمُ الهِْ إِنَّ الْمَرْأَةَ تَكُونُ مَعَ الرَّجُلِ الْعَصْرَ مِنَ الدَّهْرِ ثُمَّ يُطَلِّقُهَا فَتَرْجِعُ إِلَى أَبِيهَا وَقَوْمِهَا أَهْلُ بَيْتِهِ أَصْلُهُ وَعَصَبَتُهُ الَّذِينَ حُرِمُوا الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ) قَالَ وَمَنْ هُمْ قَالَ هُمْ آلُ عَلِيٍّ وَآلُ عَقِيلٍ وَآلُ جَعْفَرٍ وَآلُ عَبَّاسٍ قَالَ كُلُّ هَؤُلاَءِ حُرِمَ الصَّدَقَةَ قَالَ نَعَمْ

Dari Zaid bin Arqam, dia berkata: “Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri khutbah di hadapan kami di sebuah mata air yang disebut Khum, di antara Makkah dan Madinah. Beliau memuji Allah, menyanjungNya, menasehati, mengingatkan, lalu bersabda: “Amma ba’du, ingatlah wahai manusia, sesungguhnya saya adalah manusia biasa, sudah dekat masanya utusan Rabbku datang lalu aku akan menyambut, dan aku meninggalkan tsaqalain (dua perkara yang sangat berharga) pada kamu. Yang pertama adalah kitab Allah, di dalamnya ada petunjuk dan cahaya, oleh karena itu pegangilah dan pegang-teguhlah ia. (Dalam riwayat lain: Kitab Allah itu adalah tali Allah, barangsiapa mengikutinya maka dia berada di atas petunjuk, dan barangsiapa meningalkannya maka dia berada di dalam kesesatan).

Ajaran Islam yang dibawa Baginda Nabi Muhammad sangat relevan dengan kehidupan manusia, sehingga manusia mendapat kemudahan dalam menjalani setiap aspek kehidupan, dalam sejarah sebelum datangnya Islam masyarakat Mekkah dan Madinah pada waktu itu memiliki tradisi yang menyimpang.

Salah satu contoh pada zaman itu seperti adanya perbudakan, perdukunan, dan banyak lagi lainnya. Dan setelahnya datang Islam dan terhapuslah tradisi tersebut.

Sedangkan di zaman sekarang ini, juga telah banyak terjadi penyimpangan, terutama dalam hal budaya yang mulai mengarah ke barat. Tradisi salah satu contohnya adalah tentang Halloween, Valentine, berpakaian, dan minuman yang terlarang.

Dalam Islam setiap aspek kehidupan telah diatur seperti norma-norma, akhlak, ibadah dan lain sebagainya, dan Islam tidak perlu ada penambahan aturan ataupun pengurangan karena Islam sudah komplit dan sudah sempurna.

Dengan melihat pokok-pokok keduanya antara tradisi dan ajaran Islam sangatlah berbeda dan kalaupun ingin disatukan maka tradisi yang harus mengikuti ajaran Islam dan fatal kesalahan jikalau Islam yang mengikuti tradisi, karena ajaran Islam adalah ajaran yang dibuat oleh sang pencipta sedangkan tradisi dan budaya hanya dibuat oleh manusia dan memiliki batas waktu. []

You May Also Like