Masjid Tuo Kayu Jao Berusia Ratusan Tahun yang Masih Mempertahankan Bahan Kayu dan Atap Berbahan Ijuk

ARASYNEWS.COM – Masjid Tuo Kayu Jao adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang terletak di Jorong Kayu Jao, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Masjid ini diperkirakan sebagai peninggalan abad ke-16 dan menjadi masjid tertua di Kabupaten Solok dan salah satu yang tertua di Indonesia.

Masjid Tuo Kayu Jao juga merupakan salah satu cagar budaya di Sumatra Barat yang diawasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala.

Lokasi masjid ini berada di ketinggian 1.152 meter di atas permukaan laut dan cukup jauh dari permukiman penduduk.

Masjid ini juga terletak pada tata letaknya berada di sekeliling lembah, dengan sungai yang mengalir di sisi selatan dan timur masjid.

Kata kayu dalam nama masjid ini merujuk pada bahan yang digunakan untuk membangun masjid yaitu kayu. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat hingga kini yang masih bertahan.

Konon saat pembangunan masjid ini, kayu-kayu Jao yang dikumpulkan sebagai bahan pembangunan hanyut di sungai hingga sampai pada lokasi masjid sekarang. Dan itu pulalah yang mempermudah pembangunan masjid ini pada saat dahulu kala.

Masjid Tuo Kayu Jao disinyalir dibangun pada abad ke-16 Masehi. Namun angka pasti tahun pembangunannya masih perdebatan, antara 1567 dan 1599. Perkiraan tersebut merujuk pada abad dimulainya perkembangan agama Islam di Solok.

Dari tahun pembangunannya dapat disimpulkan bahwa Masjid Tuo Kayu Jao merupakan salah satu bukti perkembangan Islam di Solok.

Masjid Tuo Kayu Jao memiliki desain arsitektur yang berbentuk bujur sangkar. Pada sisi barat masjid terdapat bagian yang menjorok yang berfungsi sebagai mihrab. Secara keseluruhan, bangunan masjid ini berarsitektur Minangkabau.

Atap masjid ini bersusun tiga. Atap bagian mihrab berupa gonjong yang kesemuanya berbahan dari ijuk. Dan seluruh bagian masjid mulai dari dinding, tiang, hingga plafon masih terbuat dari bahan kayu.

Sebagai cagar budaya, masjid Tuo Kayu Jao ini telah beberapa kali mengalami pemugaran, seperti pemugaran salah satu tiang dan penggantian atap ijuk yang lama dengan yang baru karena telah lapuk dimakan usia. Meskipun telah beberapa kali dipugar, keaslian masjid ini masih tetap dipertahankan. Namun dalam pemugaran-pemugaran tidak mengubah bahan, sedangkan warna cat masjid ini yang sebelumnya putih diganti menjadi coklat kehitaman.

Jika melihat pada antara susunan atap itu ada pembatas dengan hiasan terawang bermotif geometris. Selain sebagai pembatas, ia juga berfungsi sebagai fentilasi. Bagian atap berbentuk susun tiga degan gonjong dari ijuk pada bagian mihrab. Ketebalan ijuk sekitar 15-20 centimeter.

Atap bangunan masjid ini berbetuk Limas dan bertingkat tiga yang mengandung unsur kepemimpinan yang dikenal oleh masyarakat Minangkabau, yaitu alim ulama, cerdik pandai, dan Ninik mamak.

Bagian mihrab memiliki atap dengan bentuk berbeda, yaitu berbentuk gonjong layaknya Rumah Gadang. Di sisi lain, corak Islam terlihat pada masing-masing puncak atap yang dilengkapi mustaka.

Atap masjid ini disangga oleh 27 tiang, simbolisasi dari enam suku di sekitar masjid ini yang masing-masing terdiri dari empat unsur pemerintahan ditambah dengan tiga unsur dari agama yakni khatib, imam, dan bilal.

Melihat interior bangunan masjid ini pada ruang sholat utama ini dilengkapi dengan ruang mihrab pada sisi barat yang berukuran sekitar 3,5×2,1 meter persegi.

Tinggi dinding pada bagian ruang sholat utama ini mencapai 12 meter. Pada ruang sholat ini terdapat satu pintu di sebelah timur, serta 13 jendela yang letaknya ada 3 di sisi timur, 4 di sisi selatan, 4 di sisi utara, lalu dua jendela di bagian mihrab. Simbolisasi yang terdapat dalam jumlah jendela yang sebanyak 13 ini mengisyaratkan jumlah rukun salat.

Sebelum pengeras suara ada, masjid-masjid di Indonesia umumnya menggunakan bedug sebagai penanda masuknya waktu sholat dan dipukul ketika waktu untuk salat tiba kemudian akan dilanjutkan dengan kumandang azan. Seperti masjid tua lainnya di Indonesia, masjid ini juga memiliki bedug atau disebut tabuah dalam bahasa Minang. Bedug yang diperkirakan berusia sama dengan masjid ini diletakkan di bangunan tersendiri di lingkungan masjid. Sebagai salah satu budaya Islam di Indonesia, keberadaan bedug tersebut masih tetap dipertahankan.

Menurut pemuka masyarakat setempat, terdapat dua orang yang berperan dalam pembangunan masjid ini, yakni Angku Musaur dan Angku Labai, yang keduanya dimakamkan tidak jauh dari lingkungan masjid.

Saat ini selain digunakan untuk aktivitas ibadah umat Islam, yakni sholat, pendidikan agama, dan musyawarah. Masjid ini bahkan telah menjadi salah satu daya tarik wisata religi terkenal di Sumatera Barat, Kabupaten Solok, hingga ke mancanegara. []

You May Also Like