Karma, Kebakaran di LA bak Neraka, Dikaitkan dengan Gaza

ARASYNEWS.COM – Kebakaran hebat yang melanda Los Angeles berlangsung sejak Selasa (7/1) yang berawal dari di Distrik Pacific Palisades.

Dalam waktu singkat, kobaran api yang dipicu oleh kombinasi cuaca ekstrem, kekeringan parah, dan dampak perubahan iklim itu kemudian meluas ke sejumlah wilayah.

Situasi ini semakin buruk dengan seiringnya terjadi angin Santa Ana yang bertiup kencang dengan kecepatan hingga 129 km/jam. Angin mendorong api menyebar dengan cepat dan sulit dikendalikan.

Kebakaran ini langsung menjadi perhatian nasional, mengingat dampak besar yang ditimbulkan dalam hitungan jam.

Akibat kebakaran tersebut, lebih dari 13.400 bangunan, termasuk rumah tinggal dan fasilitas bisnis, dilaporkan hancur.

Kerusakan besar ini juga mengakibatkan gangguan serius pada infrastruktur kota. Pemadaman listrik meluas terjadi, memengaruhi lebih dari ratusan ribu rumah penduduk di California Selatan.

Kebakaran tersebut dilaporkan turut menewaskan 11 orang per Jumat (10/1) dan membuat lebih dari 180 ribu orang mengungsi.

Kerugian imbas kebakaran hutan dan pemukiman penduduk di Los Angeles capai Rp2.447 triliun.

Luas area yang terbakar ini bahkan dikaitkan sama dengan luas Gaza.

Sementara per Ahad (12/1) pukul 04.00 WIB pagi menurut Reuters, luas area yang terdampak kebakaran itu ditaksir telah mencapai lebih dari 36 acre atau 14.500 hektare yang disebut setara dengan dua setengah kali luas Manhattan.

Disebut Karma bagi AS karena Bantu Israel Genosida Gaza

Sementara di sisi lain, kebakaran hebat melanda wilayah Los Angeles tersebut mengundang reaksi keras dari sejumlah kelompok Yahudi AS anti-Israel.

Mereka secara khusus menuding krisis kebakaran hutan Los Angeles akibat bantuan AS pada Israel. Code Pink, kelompok aktivis sayap kiri, mengatakan di Instagram,

“Ketika pajak AS digunakan untuk membakar orang-orang hidup-hidup di Gaza, kami tidak heran ketika kebakaran itu terjadi di rumah,” seperti diberitakan The Times of Israel dikutip Ahad (12/1).

Tudingan serupa juga dilontarkan Cabang New York dari Jewish Voice for Peace yang anti-Zionis. Kelompok tersebut mengatakan uang pajak dari masyarakat seharusnya digunakan untuk kemakmuran negara, bukan untuk membantu Israel berperang di jalur Gaza.

Mengutip Al Jazeera, sejak tahun 1946-2023, Israel telah menerima bantuan Rp4.127 triliun dari Amerika, dengan kurs Rp15.694 per USD. Jumlah ini hampir dua kali lipat dibandingkan negara penerima bantuan luar negeri Amerika terbesar kedua, Mesir, yang menerima Rp2.383 triliun dalam 77 tahun terakhir.

Menurut Layanan Penelitian Kongres Amerika, faktor-faktor yang mendasari berlanjutnya dukungan militer kepada Israel mencakup kepentingan strategis bersama, “dukungan dalam negeri Amerika Serikat untuk Israel” dan komitmen bersama terhadap nilai-nilai demokrasi.

[]

Next Post

No more post

You May Also Like