
ARASYNEWS.COM, BUKITTINGGI – Bukittinggi dikenal sebagai kota wisata, yabg dahulunya pernah selama dua tahun dipergunakan sebagai pusat ibukota negara republik Indonesia.
Hingga kini ada banyak tempat-tempat bersejarah yang masih utuh berdiri, salah satunya adalah hotel Jogja.
Hotel ini berdiri sejak tahun 1948 atau semasa agresi Belanda, dan masih aktif hingga saat ini.
Terkait namanya, mungkin banyak yang mengira pemiliknya adalah orang Jogja, akan tetapi hal itu salah. Karena hotel ini pemiliknya asli orang Minangkabau, yakni H Ilyas Dt Majolabiah yang berasal dari Andaleh, Kecamatan Matur, Agam
Ivan Haykel selaku ahli waris mengatakan, bangunan ini awalnya belum jadi seperti hotel. Hanya berupa rumah petak sejenis paviliun.
“Tahun 1949, baru berbentuk hotel. Nah, nama Jogja merupakan saran dari pelopor Sumpah Pemuda dan Perumus Pancasila, M.Yamin,’’ kata Ivan, dikutip dalam keterangannya di media.
Waktu itu, pusat Ibukota RI berada di Jogjakarta. Agresi militer Belanda terjadi, para petinggi Republik banyak yang ditangkap. Namun, sebagian Menteri berada di Sumatera Tengah, dan sedang menginap di hotel ini.
‘’Untuk mengenang rombongan Pemerintah Pusat dari Jogja, M.Yamin menyarankan nama Hotel Jogja,’’ kata Ivan Haykel.
Sejak berdiri, bangunan Hotel Jogja masih orisinil. Hanya saja, ada bagian kamar yang direnovasi akibat faktor usia.
Hotel Jogja di kota Bukittinggi beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan, tidak jauh dari Jam Gadang. Terdapat 29 kamar dan terus menjadi tujuan favorit wisatawan, baik domestik atau mancanegara.

Menyimpan banyak sejarah
Bagi masyarakat Bukittinggi, Hotel Jogja bukanlah nama yang asing lagi karena merupakan akomodasi tertua yang masih beroperasi hingga kini. Bangunan yang tampak kuno ini masih orisinil. Nuansa tempo dulu terasa kental dan memiliki nilai sejarah.
Hotel ini dibangun pada bulan Desember 1948, yakni 3 tahun setelah Indonesia merdeka. Walaupun begitu, bagian dalam hotel sudah diperbarui dan disesuaikan dengan zaman.
Pemberian Nama Oleh M Yamin
Mungkin banyak orang yang bertanya-tanya mengapa tempat ini dinamakan hotel Jogja. Hotel sebenarnya dinamai oleh sang pelopor Sumpah Pemuda yakni M Yamin.
Dilansir dari beberapa media, yakni Ivan Haykel selaku pewaris hotel didirikan oleh H. Ilyas Dt. Maajolablah semasa Agresi Militer Belanda II. Pada tahun 48 tersebut, bangunan ini bukanlah sebuah hotel melainkan rumah petak sejenis paviliun. Baru di tahun 1949 lah, kediaman tersebut berubah menjadi hotel.
Sebagai Tempat Perlindungan dari Sekutu
Sewaktu pusat ibukota pindah ke Jogja dan terjadi Agresi Militer Belanda II, sebagian menteri di Sumatera menginap di Buktinggi, tepatnya Hotel Jogja. Untuk mengenang rombongan pemerintah pusat dari Jogja yang bermalam di kota, maka disarankan oleh M. Yamin untuk menamainya dengan Hotel Jogja.
Agresi Militer tersebut membuat beberapa pejabat tertangkap dan dikirim ke Bangka. Selain itu, banyak dari pejabat pusat Jogja diam-diam datang ke Buktinggi dan ditampung di rumah penduduk. Nah, salah satu rumah yang digunakan adalah hotel ini.

Lokasi
Hingga saat ini, hotel yang berada di Jalan Perintis Kemerdekaan No.17. Kini masih beroperasi dan melayani para tamu. Memiliki ruangan yang sederhana namun penuh dengan sejarah merupakan momen yang sayang untuk dilewatkan.
Hotel Jogja menawarkan tarif yang terjangkau. Memiliki tipe kamar double dengan fasilitas kamar mandi bersama. []