Terletak di Lembah, Masjid Tuo Pincuran Gadang Pernah Digunakan Sebagai Basis Pertahanan Pejuang

ARASYNEWS.COM – Di sebuah lembah di Jorong Batu Baselo, Nagari Matua Hilia, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat berdiri sebuah masjid yang dikenal dengan nama Masjid Tuo Pincuran Gadang.

Masjid ini didirikan pada 1885, dan masuk dalam catatan masjid tertua di Agam. Masjid ini didirikan atas prakarsa seorang tokoh bernama Tuanku Alam Putiah.

Dalam sejarahnya, pendirian masjid ini di topang oleh sembilan tiang dari bahan kayu yang posisinya secara persegi konsentris dengan tiang utama di tengah.

Bangunan masjid Tuo Pincuran Gadang saat ini kondisinya relatif baik. Dindingnya terbuat dari pasangan batu kali dan batu bata dari pasir. Atapnya berupa seng dengan bentuk atap bertingkat khas atau berbentuk limas yang bersusun tiga dengan bentuk semakin ke atas semakin kecil.

Awalnya, atap Masjid Tuo Pincuran Gadang juga atapnya terbuat dari ijuk dan saat ini telah berganti dengan seng.

Lalu, tiang-tiang masjid terbuat dari kayu yang berasal dari hutan sekitar. Bangunan utama ditopang oleh 9 tiang dari bahan kayu yang posisinya secara persegi konsentris dengan sebuah tiang di tengah.

Bagian depan yang berfungsi sebagai mihrab atau tempat imam dilengkapi dengan bangunan berukuran sekitar 7 x 4 meter.

Bentuk bangunan yaitu segi delapan. Bentuk atap berupa kubah ciri khas mesjid timur tengah. Pada atap kubah dikelilingi oleh jendela-jendela kaca sehingga cahaya dan udara bebas masuk ke dalamnya.

Di area masjid, terdapat bangunan mirip menara setinggi 3,5 meter, dengan denah segi delapan dan diameter 4 meter. Pada bagian pintu masuk menara yang berbentuk persegi delapan itu terdapat tulisan Arab setengah lingkaran dan pada bagian atasnya terdapat tulisan dengan kata latin ANNO 1931.

Berdasarkan beberapa catatan, kata ANNO dalam bahasa Belanda berarti tahun. Hanya saja dalam catatan Pemerintah Kabupaten Agam, masjid yang memiliki menara unik dengan tulisan ANNO 1931 atau yang dikenal dengan Masjid Tuo Pincuran Gadang itu didirikan 1885.

Selain itu, menara berbentuk persegi delapan tersebut saat ini sudah beratap, juga tidak ada catatan pasti kapan atap itu dipasang. Bahkan, menara itu telah dicat ulang dengan warna putih pada bagian bawah dan ditambah dengan bangunan berbahan dasar kayu berbentuk persegi delapan sebagai penyangga atapnya.

Dan selain itu, terdapat peninggalan 20 lubang pertahanan atau yang disebut masyarakat sekitar dengan “Lubang Duo Puluah”. Lobang inilah yang dimanfaatkan sebagai basis pejuang pada masa kemerdekaan dahulu.

Pada 1938, dilakukan renovasi terhadap Masjid Pincuran Gadang ini berupa penggantian atap ijuk yang sudah lapuk dan juga perbaikan tempat pemandian di area masjid.

Tidak hanya itu, di sekitar masjid juga terdapat sumber mata air yang sangat jernih, dari sumber air yang langsung menuju ke kolam serta dialirkan pada pincuran tempat penduduk mandi.

Karena sumber airnya besar maka pincurannya juga besar maka karena itu dinamakan pincuran gadang. Pincuran yang ada juga berjumlah tujuh buah. Dari kolam tersebut kemudian dialirkan ke sungai dan irigasi untuk persawahan.

Dahulunya di samping kolam tersebut terdapat kincir yang digerakkan dari air yang berasal dari mata air. Kincir tersebut berfungsi untuk mengupas padi menjadi beras. Namun sekarang ini sudah tidak berfungsi lagi, tapi bekas kincir tersebut masih ada terlihat hingga saat ini.

Saat ini, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar yang membawahi cagar budaya Sumbar, Riau, dan Kepulauan Riau telah menetapkan Masjid Tuo Pincuran Gadang sebagai Situs Cagar Budaya. []

You May Also Like