
ARASYNEWS.COM – Diantara provinsi Riau dan Sumatera Barat merupakan daerah bukit barisan yang berada di pulau Sumatera. Di tempat ini ditemukan satu goa yang terdapat beberapa benda-benda yang jarang ditemukan. Diantaranya adalah fosil gigi manusia, lukisan pada bebatuan, stalagtit dan stalakmit.
Goa ini dikenal dengan nama Goa Lida Ajer atau Goa Lidah Aek. Secara administratif berada di kawasan Perbukitan Kojai, Nagari Tungkar, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota. Sekitar 20 kilometer dari arah selatan Kota Payakumbuh. Secara astronomis berada pada titik koordinat S 0°19’06.6″ E 100°35’37.3″ dengan ketinggian 700 mdpl.
Goa Lidah Air berada pada lereng Bukit Sidayu. Sebelah utara berbatasan dengan Bukit Sidayu, sebelah selatan dengan Bukit Patopang, sebelah barat dengan Bukit Sidayu, dan sebelah timurnya berbatasan dengan Puncak Itiak.

Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat dalam timnya melakukan observasi dan menyebutkan Goa Lidah Air tergolong pada kategori Goa Kapur (Limenstone) yakni goa yang terjadi di dalam daerah batuan kapur/limenstone, akibat dari pengikisan air terhadap batuan kapur di dalam tanah.
Goa Lidah Air gua yang dari keaktifannya termasuk pada goa semi-aktif. Kondisi dalam goa sedikit lembab, dengan kondisi tanah yang sedikit kering. Mulut goa menghadap ke arah timur, yang secara teknis dapat memberikan akses cahaya matahari ke area dalam goa. Mulut Goa dengan lebar 3,8 meter dan memiliki ketinggian 2,5 meter dari permukaan tanah.
Goa ini memiliki 2 ruangan utama yang sangat luas. Bagian dalam goa memiliki panjang 7,7 meter dan lebar 9 meter dengan ketinggian kurang lebih 8 meter. Jalan masuk menuju ruangan kedua sudah di pasang pintu teralis besi yang cukup kecil. Ruangan kedua ini lebih luas dari ruangan pertama dan juga terdapat banyak stalaktit dan stalagmit serta banyak kelelawar didalamnya.
Dari segi bentuk gua, Lidah Air tergolong pada Goa Horisontal yaitu Goa yang bentukan lorongnya relatif mendatar. Ornamen pada Goa Lidah Air ini cukup banyak diantaranya Stalaktit, Stalakmit, Column (pilar), Drapery/korden, Flowstone, Gourdam (kolam kecil), Helektite, Boulder, dan sebagainya.

Semakin dikenalnya goa ini dalam dunia arkeologi adalah karena artikel dari majalah Nature dengan judul “An early modern human presence in Sumatera 73.000-63.000 year ago” (Kehadiran manusia modern awal di Sumatera 73.000-63.000 tahun lalu).
Artikel itu merupakan hasil penelitian tim ilmuwan dari Australia, Indonesia, Amerika Serikat, Jerman dan Inggris, dipimpin KE Westaway atau Kira Westaway dari Macquarie University Sydney.
Disebutkan, fosil berupa gigi yang ditemukan Dubois di Goa Lida Air, memang fosil gigi manusia modern atau Homo Sapiens. Tim yang mengandalkan teknologi, meyakini gigi tersebut berusia antara 63 ribu hingga 73 ribu tahun lalu.
Dari hasil penelitian tersebut, BPCB di Sumatera Barat menjadi lokasi tempat survei dan observasi bersama sejumlah kalangan.
Salah seorang Arkeolog dari BPCB Sumatera Barat, mengatakan dari hasil observasi di mulut goa terlihat pada dinding Utara lukisan goa berwarna putih. Gambarnya berbentuk manusia dengan gaya mengangkang.
Lukisan yang terlihat di dinding utara tersebut secara tidak langsung mengisyaratkan adanya lukisan lainnya di bagian ruangan di dalam goa.
Di bagian sebelah utara dinding di dalam goa ditemukan kurang lebih 53 buah lukisan yang berwarna putih dan berbentuk manusia mengangkang, juga ada yang berbentuk sedang berlari, bentuk mengangkang dengan tangan ke bawah dan ada juga yang berbentuk mengangkang dengan posisi tangan sejajar dengan bahu, di dekat dinding sebelah utara ada pertemuan antara stalaktit dan stalakmit yang menyatu dan membentuk seperti sebuah pilar.
Kemudian di dinding sebelah selatan ditemukan kurang lebih 14 buah lukisan yang berwarna putih dan berbentuk manusia mengangkang. Selain itu, ditemukan pula lukisan gua yang berwarna hitam.
Secara kronologi warna hitam memiliki umur yang lebih tua bila dibandingkan dengan warna putih. Lukisan yang berwarna hitam yang masih terlihat berjumlah 5 buah, yang salah satu bentuk yang cukup unik berbentuk manusia yang sedang menunggangi hewan.
Temuan lukisan gua warna hitam memang sangat jarang, karena selama ini temuan lebih pada lukisan yang berwarna putih seperti yang sebelumnya telah ditemukan di Ngalau Tompok (Situmbuk), dan juga Batu Basurek (Lintau Buo) di kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.
Terkait temuan goa ini, BPCB Sumbar mengatakan perlu adanya survei lanjutan terhadap potensi-potensi gua yang di Limapuluh Kota khususnya Nagari Tungkar.
Kesimpulan terkait adanya goa ini adalah merupakan hunian sementara sebagai bagian perjalanan migrasi manusia dan budaya prasejarah. []
Source. BPCB Sumbar