
ARASYNEWS.COM – Dari al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا
“Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.” [HR Abu Dawud (no. 5212), at-Tirmidzi (no. 2727), Ibnu Majah (no. 3703) dan Ahmad (4/289), dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani dengan berbagai jalur dan pendukungnya dalam kitab Silasilatul Ahaaditsish Shahiihah (no. 525) ].
Ada berbagai cara silaturahmi dan silaturahim dalam menjaga ukhuwah islamiah. Dan salah satunya adalah dengan berjabat tangan. Ini sudah dikenal sejak lama.
Berjabat tangan ini yakni untuk menunjukkan rasa saling sepakat dan hormat akan harkat dan martabat masing-masing.
Bersalaman atau berjabat tangan ini disebutkan berpahala. Sebagaimana sabda Baginda Nabi, “Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.” (HR. Abu Daud, Turmudzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Hadits ini juga memberi pengertian bahwa berjabat tangan akan menggugurkan dosa satu sama lain. Hanya saja dengan ketentuan bahwa masing-masing berniat untuk memperbaiki hubungan kedua belah pihak dan bertekad akan terus menghentikan perang dingin. Jadi bukan karena terpaksa, di bawah tekanan pihak tertentu, atau karena berpura-pura saja.
Selain itu, berjabat tangan dapat memadamkan dendam di antara orang-orang yang bertikai. Nabi Muhammad ﷺ memberi informasi tentang hal ini dalam hadits yang ditulis Imam Malik, “Saling bersalamanlah (berjabat tanganlah) kalian, maka akan hilanglah kedengkian (dendam).” Dan inilah pahala lain yang didapat dari berjabat tangan atau bersalaman.
Berjabat tangan merupakan cara Allah SWT menyatukan kembali hati manusia yang saling bersangka negatif.
Allah SWT berfirman,
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا مَّآ أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُۥ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Anfal : 63).
Dikatakan Rasulullah ﷺ, beberapa contoh yang dilakukan adalah berjabat tangan kepada sesama manusia, berjabat tangan kepada kedua orangtua dengan cara menciumnya berpahala lebih hebat lagi. Begitu juga bersalaman dengan guru dengan merendahkan badan sebagai lambang menghormati ilmunya, tentu akan bertambah-tambah pahalanya di sisi Allah SWT. Termasuk menjabat tangan ulama.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits yang dikutip oleh Imam Jalaluddin al-Suyuthi dalam Lubab al-Hadits, “Barangsiapa yang menjabat tangan seorang ulama, maka seolah-olah ia menjabat tanganku.” Ini sungguh informasi berharga, kendati Rasulullah ﷺ telah tiada tapi pewaris beliau bisa dijabat dan diciumi tangannya.
Dari Jabir diceritakan bahwa Umar bin Khattab bergegas menuju Rasulullah, lalu ia mencium tangan beliau (HR. Ahmad). Hadits ini mempertegas dibolehkannya mencium tangan sesama manusia. Oleh karena itu mencium tangan ulama, guru, dan orangtua, ataupun atasan hukumnya boleh dan dianjurkan untuk memberi rasa hormat atas jasa dan kebaikan yang telah mereka berikan.
Kendati berjabat tangan berpahala besar, namun Rasulullah ﷺ tidak memberi rekomendasi untuk berjabat tangan dengan lawan jenis.
Aisyah berkata, “Demi Allah, tangan Rasulullah SAW tidak pernah memegang tangan wanita (yang bukan mahramnya).” (HR. Bukhari).
Ketentuan ini juga berlaku bagi keperluan dinas, kesepakatan bisnis, maupun perhelatan olahraga dan budaya.
Secara lebih tegas Rasulullah ﷺ mengatakan, “Sesungguhnya aku tidak mau berjabat tangan dengan kaum wanita.” (HR. Turmudzi dan Nasa’i).
Sekali lagi, hadits ini mempertegas dilarangnya bersalaman dengan lawan jenis, termasuk di perayaan keagamaan seperti lebaran atau pengobatan seperti pijat refleksi, kecuali keadaan yang mengancam nyawa.
Terakhir, sebagai manusia bisa kita tak lepas dari khilaf dan dosa. Sebagai orang yang berjiwa besar dan niat melakukan rekonsiliasi mari kita jabat tangan orang yang pernah kita sakiti. Pun dalam rangka mengamalkan sunah Rasulullah ﷺ kita bersilaturahim ke rumah orangtua, guru, dan ulama. Kita bersalaman dan mencium tangan mereka. Insya Allah berpahala. []