
ARASYNEWS.COM –
سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS al-isra : 1)
Tahun ini, peringatan isra mi’raj jatuh pada 27 Rajab 1446 hijriyah atau bertepatan pada 27 Januari 2025, yang artinya sudah lebih 14 abad lamanya peringatan dan perayaan isra mi’raj selalu dilaksanakan oleh seluruh muslim di belahan dunia, termasuk Indonesia.
Berbagai macam, bentuk dan cara dalam suka cita menyambut malam isra mi’raj beragam dipersembahkan oleh muslim di Indonesia pada peringatan isra mi’raj. Mulai dari tabligh akbar, menjelaskan sejarah dan keajaiban dari perjalanannya Nabi Muhammad ﷺ hingga pada menjelaskan tentang menunaikan sholat.
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), adalah bagian dari wujud sukacita umat muslim pada hari-hari yang istimewa dan penuh dengan makna ini.
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) isra mi’raj Nabi Muhammad ﷺ, sebentar lagi akan diperingati dan juga dirayakan oleh seluruh umat muslim di dunia, termasuk di Indonesia.
Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada yang Maha Kuasa. Isra mi’raj juga bagian dari pemantik kepada seluruh umat muslim agar senantiasa terus Istikomah dalam menjalankan kewajiban nya sebagai muslim, yakni melaksanakan sholat 5 waktu sehari-semala.
Tidak heran, berbagai masyarakat, baik di daerah pedesaan lingkungan sekolah dan bahkan di kota-kota dan pemerintah melaksanakan kegiatan peringatan isra mi’raj ini.
Pada tahun 2025/1446 Hijriyah ini, tentu harapan dan asa senantiasa terus di tingkat dalam meraih kebahagiaan kelak nantinya.
Dalam Peringatan Hari Besar Islam (PBHI) Isra mi’raj ini, mari terus melaksanakan kegiatan yang positif dan Istikomah dalam menjalankan nya, sehingga kegiatan-kegiatan yang kurang baik atau negatif, bisa diminimalisir.
Salah satu cara yang positif dalam peringatan ini adalah dengan mengajak dan selalu mengingatkan diri sendiri dan umat muslim lainnya untuk melaksanakan sholat lima waktu dan sholat berjamaah baik di rumah, di masjid ataupun musholla.

Peristiwa isra mi’raj.
Untuk diketahui, Isra adalah peristiwa ketika Allah memperjalankan Nabi Muhammad ﷺ ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, Palestina, dari Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi. Jarak tempuh ini ribuan kilometer.
Sedangkan Mi’raj adalah dinaikkannya Nabi Muhammad ﷺ dari Masjidil Aqsa, melintasi langit-langit, ke Sidrah al-Muntaha, yaitu suatu tempat yang tidak dapat dijangkau nalar dan pengetahuan manusia, jin, dan bahkan malaikat sekalipun.
Isra’ Mi’raj adalah peristiwa paling agung dalam sejarah Islam. Karena dalam peristiwa itu, Nabi Muhammad ﷺ mendapatkan wahyu tentang pensyariatan shalat lima waktu, memperoleh keistimewaan dari Allah untuk melakukan perjalanan mulia bersama Malaikat Jibril, bertemu dengan nabi-nabi terdahulu, bertemu malaikat-malaikat ,melihat surga dan negara, dan juga ‘berjumpa’ dengan Allah.

Peristiwa Isra Mi’raj yang dialami Nabi Muhammad ﷺ
Nabi Muhammad dijemput malaikat Jibril dan mengendarai buraq ketika dalam perjalanan dari Masjidil Haram Makkah ke Masjidil Aqsa Yerusalem, dan dari Masjidil Aqsa ke Sidrah al-Muntaha.
Buraq berarti kilat. Mungkin saja itu menjadi isyarat bahwa kecepatan buraq seperti kilat atau cahaya. Diriwayatkan bahwa ukuran tubuh buraq lebih kecil daripada kuda dan lebih besar dari bagal. Buraq melangkah sejauh matanya memandang.
Nabi Muhammad ﷺ keluar dari rumah tanpa terlihat dan diketahui kaum Quraisy pada saat itu.
Nabi Muhammad ﷺ bertemu dengan nabi-nabi terdahulu.saat naik ke lapisan-lapisan langit. Beliau ditembak Malaikat Jibril
Di langit pertama, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Adam. Di langit kedua, bertemu dengan Nabi Yahya bin Zakariya dan Nabi Isa bin Maryam. Kemudian bertemu Nabi Yusuf di langit ketiga. Di langit keempat, beliau berjumpa dengan Nabi Idris. Nabi Harun bin Imran di langit kelima. Di langit keenam bertemu dengan Nabi Musa bin Imran. Lalu, di langit berikutnya Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Ibrahim. Nabi-nabi tersebut menyambut Nabi Muhammad dengan salam dan menetapkan nubuwah terhadapnya.
Selain itu Nabi Muhammad ﷺ juga diperlihatkan macam-macam siksa neraka pada mereka yang melakukan perbuatan yang dilarang Allah. Hal ini dilihat Nabi Muhammad sesudah berjumpa dengan Nabi Adam di langit pertama, sebagaimana cerita Ibnu Hisyam, dikutip dari Sejarah Hidup Muhammad (Muhammad Husain Haekal, 2013).
Beberapa diantaranya melihat orang-orang yang bibirnya seperti moncong unta, tangannya menggenggam segumpal api, lalu dimasukkan ke dalam mulut hingga keluar dari duburnya. Kata Malaikat Jibril, orang-orang itu adalah pemakan harta anak yatim secara tidak sah
Kemudian Nabi melihat melihat orang-orang dengan perut besar sehingga membuat mereka tidak bisa beranjak- sebagai akibat dari melakukan riba.
Selain itu, ada juga orang-orang yang disiksa karena melakukan kemaksiatan, mencuri/korupsi, berdusta, dan membunuh. Semuanya disiksa dengan menggunakan api dan besi yang panas.
Selanjutnya, Nabi diajak Jibril untuk melihat surga, ke Baitul Ma’mur (Ka’bahnya penduduk langit) di langit ketujuh. Di sini, sebanyak 70 ribu penduduk langit beribadah setiap saatnya.
Serta juga, Nabi juga melihat Arsy (Singgasana Tuhan) dan Sidrah al-Muntaha yang sangat indah.
Terakhir, Nabi bertemu dengan Allah, tetapi tidak ditemani Malaikat Jibril.

Dalam hal ini, ada berbagai perbedaan pendapat ulama temtang bagaimana Nabi Muhammad ‘bertemu’ dengan Allah. Apakah dengan mata telanjang atau dengan mata hati atau sanubari.
Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, mengutip perkataan Ibnu Taimiyah, mengatakan bahwa Nabi Muhammad melihat Allah seperti melihat manusia. Artinya, dengan mata telanjang. Pendapat lain yang dinukilkan dari perkataan Ibnu Abbas, menyebutkan bahwa Nabi melihat Allah dengan mutlak dan dengan sanubarinya.
Mendapat perintah sholat lima waktu. Allah mensyariatkan shalat lima waktu dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, sebelumnya umat Islam shalat dua kali, yaitu saat pagi dan petang.
Tidak seperti syariat-syariat yang lainnya, Allah langsung mengundang Nabi Muhammad untuk menemuinya dan menerima kewajiban shalat lima kali dalam sehari semalam.
Semula Allah mewajibkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya shalat 50 kali dalam sehari semalam. Beliau menerima itu. Lalu turun dan bertemu dengan Nabi Musa. Nabi Musa penasaran perihal perintah apa yang didapat Nabi Muhammad dari Allah.
Mendengar jawaban itu, Nabi Musa meminta Nabi Muhammad kembali menghadap Allah dan meminta dispensasi. Katanya, umat Nabi Muhammad tidak akan sanggup mengerjakan shalat sebanyak itu dalam sehari semalam. Beliau kembali menghadap Allah dan meminta keringanan. Allah mengabulkan dan menguranginya 10. Jadilah 40. Ketika melewatinya, Nabi Musa meminta agar Nabi Muhammad kembali menemui Allah dan meminta dikurangi lagi.
Hal itu terjadi beberapa kali hingga Allah ‘hanya’ mewajibkan shalat lima waktu bagi Nabi Muhammad dan umatnya.
Sebetulnya Nabi Musa mendesak Nabi Muhammad untuk meminta keringan lagi. Namun Nabi Muhammad tidak berkenan. Beliau malu karena sudah bolak-balik meminta keringanan hingga akhirnya tinggal lima. Beliau ridha dan menerima perintah Allah untuk shalat lima kali satu hari satu malam.
Keesokan harinya peristiwa yang dialami Nabi Muhammad ini disampaikan. Atas peristiwa perjalanan malam yang dialami Nabi Muhammad ﷺ ini, yaitu pergi ke Masjidil Aqsa dari Masjidil Haram kemudian lanjut naik ke lapisan-lapisan langit hingga ke Sidrah al-Muntaha.
Tetapi ini mendapat olokan dari orang kafir. Bagi mereka orang kafir, bagaimana mungkin perjalanan yang saat itu membutuhkan waktu sebulan untuk pergi dan sebulan untuk pulang, ditempuh hanya dalam satu malam saja. Bagi mereka itu adalah sesuatu yang mustahil. Sehingga mereka menyebut Nabi Muhammad bohong dan mengada-ada.
Ada juga pengikut nabi yang curiga dan tidak percaya sehingga mereka murtad dan meninggalkan islam, padahal sebelumnya mereka sudah beriman.
Tentang ini, Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq tampil ke depan dan membantah orang-orang yang telah mendustakan Nabi Muhammad. Ia kemudian menemui Nabi Muhammad dan mendengarkan langsung penjelasan tentang apa saja yang dilihat dan dialami Nabi selama Isra’ Mi’raj, termasuk gambaran Masjidil Haram. Abu Bakar kebetulan pernah pergi ke Yerusalem.
Setelah selesai mendengarkan cerita Nabi, Abu Bakar langsung mendeklarasikan bahwa dirinya percaya dengan seluruh apa yang dikatakan Nabi Muhammad. Tanpa ragu sedikit pun. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad kemudian memberikan julukan kepada Abu Bakar dengan ‘as-Siddiq’ (yang berkata benar).
Peristiwa Isra Mi’raj sulit dipahami dengan pendekatan ilmiah. Isra Mi’raj hanya bisa didekati dengan pendekatan keimanan.
Semoga dari peringatan Isra’ Mi’raj ini kita dapat mengambil hikmahnya, dan mengevaluasi keimanan diri, terutama dalam pelaksanaan shalat lima waktu.
Dan sebagaimana kita ketahui bahwa shalat lima waktu merupakan amalan yang pertama kali akan dihisab di hari kiamat. []