Nisfu Syaban: Peristiwa Penting yang Terjadi dan Asal Usulnya

ARASYNEWS.COM – Pada tahun ini, Nisfu Syaban jatuh pada Jum’at (14/2/2025). Dan Kamis malam, dikatakan sebagai malam Nisfu Sykban.

Nisfu Sykban hanya terjadi pada bulan Syaban. Syaban merupakan bulan yang digunakan umat Islam untuk mempersiapkan diri menyambut Ramadhan dengan penuh semangat dan kesiapan.

Pengertian bulan Syaban dalam hal ini mengandung makna bahwa bulan ini adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan kualitas ibadah sebelum memasuki bulan penuh berkah dan ampunan.

Sebelum memasuki bulan Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk mempersiapkan diri dengan memperbaiki akhlak, meningkatkan amal ibadah, dan menata niat dengan penuh keikhlasan.

Bulan Syaban menjadi momen yang sangat penting untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga ibadah di bulan Ramadhan dapat dijalankan dengan lebih baik.

Pemahaman mengenai keutamaan bulan Syaban ini mendorong umat Islam untuk lebih giat dalam beribadah dan meningkatkan kualitas spiritual.

Salah satu amalan yang dianjurkan pada bulan ini adalah memperbanyak doa dan memohon ampun kepada Allah, karena Syaban merupakan bulan yang dipenuhi dengan rahmat dan ampunan-Nya.

Malam Nisfu Syaban dianggap sebagai waktu yang penuh keberkahan untuk berdoa dan memohon kepada Allah SWT.

Banyak ulama yang menganjurkan agar umat Islam mengisi malam ini dengan ibadah yang sungguh-sungguh, karena pada malam tersebut Allah SWT melimpahkan ampunan bagi hamba-hamba-Nya yang bertobat dan berdoa dengan tulus

Dalam sejarahnya, ada peristiwa penting yang terjadi, dimana Allah SWT memutuskan nasib dan takdir setiap makhluk-Nya untuk setahun ke depan.

Dirangkum dari beberapa sumber, berikut merupakan sejarah, peristiwa penting, dan peran Nisfu Syaban.

Peristiwa Penting yang Terjadi di Bulan Syaban

  1. Perubahan Arah Kiblat ke Ka’bah di Makkah

Perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis (Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, Palestina) ke Ka’bah di Makkah terjadi pada bulan Syaban.

Peristiwa ini berlangsung ketika Nabi Muhammad ﷺ tengah memimpin salat Zuhur bersama para sahabat.

Di tengah salat, turun wahyu yang memerintahkan untuk menghadap ke Ka’bah, Saat itu, pada rakaat kedua, Nabi Muhammad ﷺ langsung mengubah arah kiblatnya dari Baitul Maqdis ke Ka’bah, dan para jemaah mengikuti perubahan tersebut.

Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-2 Hijriah. Dan beberapa mufasir berpendapat bahwa peristiwa ini terjadi di bulan Syaban.

  1. Malam Nisfu Syaban (Malam ke-15 Syaban)

Malam Nisfu Syaban adalah malam ke-15 dalam bulan Syaban. Dalam ajaran Islam, malam ini dikenal sebagai waktu penuh pengampunan, di mana Allah SWT membuka kesempatan bagi umat Muslim untuk bertobat dan memohon ampun atas dosa-dosa mereka.

Pada malam tersebut, Allah SWT turun ke langit dunia untuk lebih dekat dengan hamba-hamba-Nya yang berdoa, memohon ampunan, serta pertolongan.

  1. Lailatul Badr (Malam Sebelum Perang Badar)

Lailatul Badr merupakan malam yang mendahului terjadinya pertempuran Badar. Meskipun perang Badar berlangsung pada bulan Ramadhan, persiapannya telah dimulai sejak bulan Syaban.

Maka dari itu, pada bulan Syaban ini, umat muslim mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi musuh-musuh Islam yang berupaya menghalangi dakwah Nabi Muhammad ﷺ

  1. Turun Ayat tentang Selawat pada Nabi Muhammad ﷺ

Bulan Syaban menjadi waktu diturunkannya ayat yang menganjurkan selawat kepada Nabi Muhammad ﷺ, yakni dalam Surah Al-Ahzab ayat 56.

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

  1. Peningkatan Amal dan Persiapan Ramadhan

Bulan Syaban yang menjelang memasuki bulan Ramadhan, Syaban menjadi kesempatan bagi umat Muslim untuk meningkatkan ibadah dan mempersiapkan diri menghadapi Ramadhan. Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda mengenai keutamaan Syaban:

“Syakban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang banyak dilupakan oleh manusia. Pada bulan itu amal-amal diangkat kepada Tuhan semesta alam, dan aku ingin jika amalanku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa.” (HR. An-Nasa’i).

  1. Turun Ayat tentang Perintah Puasa Ramadan

Pada bulan Syaban, Allah SWT menurunkan perintah kewajiban berpuasa di bulan Ramadan, sebagaimana terdapat dalam Surah Al-Baqarah ayat 183:

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Perintah ini turun pada tahun ke-2 Hijriah, ketika Rasulullah ﷺ mulai membangun pemerintahan dan masyarakat Islam.

Dan puasa menjadi sarana penting dalam membentuk karakter umat yang siap menjalankan tugas besar dan mulia dalam kehidupan.

  1. Bulan Diserahkannya Catatan Amal Manusia

Syaban juga dikenal sebagai bulan di mana catatan amal manusia diserahkan kepada Allah SWT.

Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki menjelaskan bahwa hal ini merujuk pada hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i, di mana Usamah bin Zaid bertanya kepada Nabi Muhammad ﷺ tentang kebiasaan beliau yang sering berpuasa di bulan Syaban. Rasulullah ﷺ menjawab bahwa beliau ingin amalannya diserahkan kepada Allah SWT dalam keadaan berpuasa.

Asal-usul dan Sejarah Nisfu Syaban

Dikutip dari NU Online, dalam kitab Al-Mawahib Al-Laduniyah karya Al-Imam Al-Qasthalani (wafat 923 H) dijelaskan mengenai asal-usul peringatan malam Nisfu Syaban.

وقد كان التابعون من أهل الشام، كخالد بن معدان، ومكحول يجتهدون ليلة النصف من شعبان فى العبادة، وعنهم أخذ الناس تعظيمها، ويقال: إنه بلغهم فى ذلك آثار إسرائيلية، فلما اشتهر ذلك عنهم اختلف الناس، فمنهم من قبله منهم، وقد أنكر ذلك أكثر العلماء من أهل الحجاز، منهم عطاء، وابن أبى مليكة، ونقله عبد الرحمن بن زيد بن أسلم عن فقهاء أهل المدينة، وهو قول أصحاب مالك وغيرهم، وقالوا: ذلك كله بدعة

Dikisahkan bahwa para tabi’in di wilayah Syam, seperti Khalid bin Ma’dan dan Makhul, sangat tekun dalam beribadah pada malam Nisfu Syakban. Dari mereka, kebiasaan mengagungkan malam ini mulai menyebar ke masyarakat. Disebutkan bahwa mereka menerima atsar israiliyat-kisah atau informasi dari ahli kitab (Yahudi dan Nasrani yang telah masuk Islam) yang mendorong mereka untuk menghormati malam tersebut.

Seiring waktu, peringatan malam Nisfu Syaban menjadi semakin dikenal. Namun, menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan ulama.

Sebagian menerima, sementara yang lain menolaknya. Mayoritas ulama Hijaz, termasuk Atha’ dan Ibnu Abi Malikah, tidak mengakui perayaan ini. Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, seorang ahli fiqih Madinah, bahkan berpendapat bahwa seluruh bentuk perayaan malam Nisfu Syakban adalah bid’ah. Pendapat ini juga dianut oleh para ulama mazhab Maliki dan beberapa ulama lainnya.

[]

You May Also Like