
ARASYNEWS.COM, LIMAPULUH KOTA – Kabupaten Limapuluh Kota di provinsi Sumatera Barat (Sumbar) terdapat banyak peninggalan sejarah, salah satunya yang dapat terlihat adalah menhir. Berbagai ukuran dan bentuk batu-batu ini terlihat keluar dari dalam tanah dan kokoh berdiri hingga saat ini.
Menhir-menhir ini banyak ditemui di Nagari Maek, Kecamatan Bukik Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota. Nagari ini dikenal dengan julukan ‘Nagari Seribu Menhir’ karena menyimpan banyak menhir yang diduga berusia ribuan tahun.
Dari sekian banyak menhir yang ada, hanya satu yang tertinggi dan terbesar dalam catatan Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar. Yakni berada di Jorong Tanah Longih, Nagari Sungai Rimbang, Kecamatan Suliki, Kabupaten Limapuluh Kota
Dari hasil pengukuran yang dilakukan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar pada 2017 yang lalu, menhir itu tingginya mencapai 4,8 meter dari atas permukaan tanah. Lebarnya mencapai 70 hingga 90 sentimeter, dengan ketebalan 70 sampai 80 sentimeter. Diameternya lingkaran tangan dua orang dewasa. Tak diketahui berapa kedalamannya.
Menhir ini tampak polos tanpa ada hiasan, tulisan-tulisan, atau relief. Hanya saja ada ditemukan lubang kecil di pinggang menhir tersebut. Bagian belakangnya mendatar, sementara puncaknya sedikit mengerucut atau meruncing.
Menhir itu tampak berdiri kokoh di sebuah bukit kecil di tanah kosong milik warga setempat. Menghadap ke Gunung Sago. Tidak ada yang tahu, apa alasan di balik arah itu.
Selain itu, juga ditemui 4 menhir lainnya, diantaranya satu menhir berdiri tegak dan tiga lainnya dengan posisi sudah rebah, yang semuanya berukuran lebih kecil yang panjangnya hanya mencapai 150 hingga 180 sentimeter dengan lebar 45 sampai 67 sentimeter dan ketebalan 30 hingga 50 sentimeter.

Tepat lokasi keberadaan batu ini ada di atas sebuah bukit dalam perkebunan warga dan ada beberapa kuburan yang tidak diketahui asal usulnya, yang jumlahnya ada delapan. Lokasinya sedikit tersembunyi, sekitar satu kilometer dari pemukiman penduduk yang terdekat.
Untuk sampai ke tempat ini, harus menempuh tanjakan sekitar satu kilometer. Setelah itu akan melintasi jalan setapak sejauh 60 meter yang hanya bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua. Menhir tersebut berjarak sekitar 30 meter dari parkiran jalan setapak.
Masyarakat setempat mengatakan keberadaan batu ini telah ada sejak dahulu kala, dan diperkirakan sejak zaman Megalitik ini. Dan hingga kini masih dirawat masyarakat dengan tidak mencorat-coret ataupun merusak keadaan batu ini.
Dengan keberadaan batu ini yang menjadi aset budaya tentu harus terus dilestarikan dan juga dapat menjadi area potensi wisata sejarah. Hanya saja perlu dikelola dengan baik, terutama dari tangan-tangan orang jahil.
Untuk diketahui, menhir merupakan batu besar tunggal yang berasal dari budaya megalitik, ribuan tahun sebelum Masehi. Pada umumnya, menhir ditancapkan dalam posisi tegak.
BPCB Sumbar merilis, dalam beberapa penelitian sebelumnya, menhir yang ada di Limapuluh Kota memiliki dua fungsi, yakni sebagai tanda makam atau kuburan dan juga sarana pemujaan. Dari hasil observasi lapangan BPCB Sumbar, dugaan sementara menhir di Sungai Rimbang ini adalah bagian dari tanda kubur masa prasejarah.
Keberadaan menhir di Nagari Sungai Rimbang ini membuktikan jika dulunya terdapat peradaban kuno di tempat ini, dan saat ini bisa dijadikan objek pembelajaran untuk memperkenalkan keberadaan benda dan lokasi bersejarah dan tentunya bisa dijadikan objek wisata sejarah. []