ARASYNEWS.COM – Sejarah kota Pekanbaru tidak terlepas dengan adanya tugu titik nol Pekanbaru. Tugu titik nol kilometer yang terletak di dalam kawasan gudang Pelindo Pekanbaru merupakan “titik pemandu” yang menjadi patokan penentuan jarak antara pekanbaru dengan kota lain seperti Padang (313 Km) dan Bangkinang (65 Km).
Lokasinya pada saat itu di tepi jalan memasuki Pelabuhan PT Pelindo, Kelurahan Kampung Dalam, Senapelan, Kota Pekanbaru.
Dahulunya, di kiri kanan kawasan sekitar titik nol terdapat bangunan-bangunan lama seperti bekas rumah Haven Master. Tugu Nol kilometer merupakan bukti kesejarahan Senapelan yang pernah menjadi pusat perekonomian diawal abad 20 silam. Terdaftar sebagai cagar budaya (Inventarisasi BPCB Sumatera Barat) dengan nomor 08/BCB-TB/B/01/2014.
Tugu titik nol kilometer Pekanbaru ini dibuat oleh Belanda pada tahun 1920. Sejarah mencatat tak jauh dari lokasi terdapat bangunan lama seperti rumah singgah Tuan Kadi, Mesjid Raya dan bukti kesejarahan Senapelan lainnya yang sempat menjadi pusat perekonomian awal abad 20. Bangunan-bangunan tua yang berjejer di sekitar tugu menjadi bukti lahirnya Kota Pekanbaru.
Tapi kini, lokasi tugu titik nol KM Pekanbaru berada di persimpangan jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Gajah Mada Pekanbaru. Tepat, berada di depan Kantor Gubernur Riau.
Tapi sebenarnya, titik nol kilometer Kota Pekanbaru berada di Gudang Pelabuhan Indonesia I (Gudang Pelindo I) atau di sekitar lokasi Pasar Bawah (sekarang dengan nama Pasar Wisata).
Letak lokasi tugu titik nol Kota Pekanbaru sebenarnya menjadi polemik di masyarakat Pekanbaru. Sebab, saat ini ada dua tugu titik nol Kota Pekanbaru yang masih ada dan keduanya diklaim sebagai tugu titik nol Kota Pekanbaru sebenarnya.
Polemik ini sampai saat ini mengundang banyak orang untuk turut bicara di mana letak lokasi tugu titik nol Kota Pekanbaru sebenarnya. Mulai dari Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau, sejarawan Riau dan tokoh masyarakat.
Polemik mengenai letak lokasi tugu titik nol Kota Pekanbaru sebenarnya inilah yang menjadi alasan kuat mengapa penulis mengambil topik ini untuk ditulis dan menginventaris objek-objek sejarah yang ada di Riau umumnya dan Pekanbaru khususnya.
Fungsi titik nol adalah sebagai penanda pusat kota. Titik tersebut merupakan sebuah awal dimulainya penghitungan jarak dari kota satu ke kota berikutnya. Dan setiap 100 meter diberikan sebuah tanda yang biasanya berupa tugu kecil dan demikian seterusnya, apabila telah mencapai jarak satu kilometer biasanya tanda berupa tugu besar.
Titik nol kilometer disebut sebagai penanda jarak. Biasanya setiap daerah memiliki patokan titik nol kilometer ini. Artinya, penentuan titik nol tidak boleh dibuat asal-asalan dan ditandai berupa monumen atau bangunan tertentu. Tiap kota di seluruh Indonesia, terutama kota yang jadi ibu kota provinsi punya tugu titik nol. Seperti halnya Kota Pekanbaru sebagai ibu kota Provinsi Riau.
Titik nol kilometer juga suatu ukuran atau patokan penentuan yang digunakan sebagai acuan awal mula perhitungan jarak dan arah dalam suatu daerah. Titik nol kilometer biasanya dibangun atau dibuat di suatu lokasi yang memiliki sejarah perkembangan kota tersebut. Titik nol kilometer ini ditandai dengan adanya tugu atau batu kilometer yang dituliskan di atasnya nominal jarak dan keterangan daerah yang memiliki kaitan dengan kota tersebut.
Titik nol kilometer di kota Pekanbaru pada awalnya dibuat di Kampung Bandar Kecamatan Senapelan tepatnya di dekat Gudang Pelni. Titik nol tersebut dibuat di area itu karena area tersebut merupakan awal mula berdirinya kota Pekanbaru sekarang ini yang berawal dari Bandar Senapelan. Tugu tersebut dibangun oleh Dinas PU sekitar tahun 1950 dan menjadi patokan pengukuran jarak. Tugu tersebut berbentuk batu persegi dengan tinggi kurang lebih 70 cm dan terukir Pb.0, Pad 313, Bkn 65. (Pb adalah Pekanbaru, Pad berarti Kota Padang dan Bkn berarti Kota Bangkinang).
Tugu tersebut terbuat dari semen yang berbentuk persegi tegak dilengkapi dengan ukiran jarak dan keterangan kota serta lambang dari Dinas Pekerjaan Umum dibagian bawahnya. Daerah atau kawasan yang mengalami perkembangan pesat dan pembangunan yang berarti adalah kawasan pusat kota. Kawasan pusat kota tersebut berada di sekitar Jalan Sudirman yang di sepanjang jalannya menjadi pusat pemerintahan dan pusat bisnis Kota Pekanbaru. Hal yang terjadi di Kota Pekanbaru saat ini adalah kawasan titik nol yang tidak menjadi pusat kota.
Namun kawasan yang menjadi pusat pemerintahan dan pusat bisnis yang menjadi pusat kota. Pembangunan yang mengalami kemajuan di kawasan Sudirman ini menjadikan aksesibilitas masyarakat yang ada di dalam dan sekitarnya menjadi lebih mudah dan terjangkau sehingga lambat laun menjadikan kawasan ini sebagai pusat kota.
Berbagai bangunan pemerintahan dan area perkantoran yang besar serta pusat bisnis ada di kawasan ini, sehingga Sudirman menjadi kawasan pusat Kota Pekanbaru. Karakteristik seni bangunan modern tidak bisa sepenuhnya dikatakan mencari nilai-nilai universal. Sebab membangun dan menghuni tidak lebih dari cara manusia menginterpretasikan dunianya.
Kini lokasi tugu titik nol kilometer Pekanbaru berada di persimpangan jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Gajah Mada Pekanbaru. Tepat, berada di depan kantor Gubernur Riau.
Titik nol kilometer Pekanbaru yang baru berdiri megah di pertigaan Jalan Jenderal Sudirman – Gajah Mada, awalnya titik nol kilometer Pekanbaru ini ditandai dengan monumen Pesawat F-86 Sabre dan dikenal dengan sebutan tugu Pesawat Pekanbaru, erat kaitannya dengan perjuangan masyarakat Riau mempertahankan kemerdekaan RI dari penjajahan Belanda pada tahun 1950-an.
Kemudian, pada masa pemerintahan Gubernur Riau Rusli Zainal, baru-baru ini tugu titik nol KM Pekanbaru tidak lagi berupa tugu Pesawat. Tapi telah diganti dengan Tugu Tari Zapin, dibuat oleh pamatung kelas dunia asal Bali, I Nyoman Nuarta.
Patung ini sempat juga menuai kontroversi di kalangan masyarakat Riau. Pemerintah Provinsi Riau menyebut bahwa Tugu Zapin yang berada di depan kantor gubernur adalah titik nol.
Penyebab Titik Nol Kota Pekanbaru Dipindahkan
Arah pembangunan yang berubah memungkinkan perpindahan titik nol Kota Pekanbaru menjadi di kawasan Pusat Kota Pekanbaru.
Seperti yang diketahui saat ini bahwa kawasan titik nol terdahulu adalah kawasan pinggiran kota yang bahkan tidak menjadi arah dari pembangunan kota. Arah pembangunan kota cenderung menuju ke selatan kota dan garis ring road Pekanbaru. Sehingga kawasan pinggiran kota seperti Senapelan tidak lebih dikenal sebagai kawasan pinggiran Sungai Siak. Pembangunan yang pesat di kawasan inipun semakin digiatkan baik milik swasta maupun daerah terus membangun pusat bisnis dan perkantoran.
Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama “Senapelan” yang pada saat itu dipimpin oleh seorang Kepala Suku disebut Batin. Daerah yang mulanya sebagai ladang, lambat laun menjadi perkampungan.
Kemudian perkampungan Senapelan berpindah ke tempat pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun Payung Sekaki yang terletak di tepi muara sungai Siak.
Nama Payung Sekaki juga tidak begitu dikenal pada masanya melainkan Senapelan. Perkembangan Senapelan berhubungan erat dengan perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Semenjak Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah menetap di Senapelan, beliau membangun istananya di Kampung Bukit berdekatan dengan perkampungan Senapelan.
Diperkirakan istana tersebut terletak di sekitar Mesjid Raya sekarang. Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah mempunyai inisiatif untuk membuat Pekan di Senapelan tetapi tidak berkembang. Usaha yang telah dirintis tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya Raja Muda Muhammad Ali di tempat baru yaitu di sekitar pelabuhan sekarang.
Selanjutnya pada hari Selasa tanggal 21 Rajah 1204 H atau tanggal 23 Juni 1784 M berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar dan Kampar), negeri Senapelan diganti namanya menjadi “Pekan Baharu” selanjutnya diperingati sebagai hari lahir Kota Pekanbaru.
Mulai saat itu sebutan Senapelan sudah ditinggalkan dan mulai populer sebutan “PEKAN BAHARU”, yang dalam bahasa sehari-hari disebut Pekanbaru. Perkembangan selanjutnya tentang pemerintahan di Kota Pekanbaru selalu mengalami perubahan, antara lain sebagai berikut :
- SK Kerajaan Besluit van Her Inlanche Zelf Bestuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru bagian dari Kerajaan Siak yang disebut Distrik.
- Tahun 1931 Pekanbaru masuk wilayah Kampar Kiri dikepalai oleh seorang Controleur berkedudukan di Pekanbaru.
- Tanggal 8 Maret 1942 Pekanbaru dikepalai oleh seorang Gubernur Militer disebut Gokung, Distrik menjadi Gun dikepalai oleh Gunco.
- Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 No.103 Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte atau Kota b.
- UU No.22 tahun 1948 Kabupaten Pekanbaru diganti dengan Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru diberi status Kota Kecil.
- UU No.8 tahun 1956 menyempurnakan status Kota Pekanbaru sebagai kota kecil.
- UU No.1 tahun 1957 status Pekanbaru menjadi Kota Praja.
- Kepmendagri No. Desember 52/I/44-25 tanggal 20 Januari 1959 Pekanbaru menjadi ibukota Propinsi Riau.
- UU No.18 tahun 1965 resmi pemakaian sebutan Kotamadya.
- UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebutan Kotamadya berubah menjadi Kota.
Sumber : kebudayaan.kemdikbud.go.id