Diubahnya Nama Senapelan Menjadi Pekan Baharu dan Dikenal dengan Pekanbaru

ARASYNEWS.COM – Kota Pekanbaru kini berusia 238 tahun. Dahulunya, kota Pekanbaru merupakan kota kecil yang dikenal dengan nama Senapelan. Pusatnya berada ditepi sungai Siak. Dan sebagai kota perdagangan dan jasa.

Pesatnya perkembangan pada waktu dulu didukung oleh letaknya yang strategis, yakni di jalur lintas timur Pulau Sumatera dan terhubung dengan beberapa kota penting lainnya seperti Medan, Padang, dan Jambi.

Selain itu, di jalur air, yakni di Sungai Siak, menjadi penghubung ke negeri tetangga, seperti Malaysia dan Singapura, juga China.

Sebelum menjadi salah satu kota besar di Sumatera, Kota Pekanbaru telah melewati sejarah yang sangat panjang. Pada awalnya, nama Pekanbaru adalah Senapelan, yang dipimpin oleh seorang kepala suku yang disebut Batin. Dulu daerahnya berupa ladang perkebunan dan kemudian berkembang menjadi perkampungan.

Pada periode selanjutnya, daerah itu berkembang menjadi sebuah dusun yang bernama Dusun Payung Sekaki, yang letaknya berada di tepi muara Sungai Siak.

Akan tetapi, orang-orang lebih mengenalnya dengan nama Senapelan, yang ketika masa kekuasaan VOC wilayahnya dijadikan tempat perhentian kapal-kapal Belanda.

Dari situlah, letaknya yang strategis kemudian berkembang hingga memegang peranan penting dalam lalu lintas perdagangan.

Saat dahulu kala, perkembangan Senapelan juga berhubungan erat dengan perkembangan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Yakni semenjak Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah menetap di Senapelan, dan mendirikan istana di Kampung Bukit, yang berdekatan dengan perkampungan Senapelan.

Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah berinisiatif membuat pekan atau pasar di Senapelan, tetapi tidak berkembang pada mulanya.

Selanjutnya, pada masa pemerintahan putranya, Raja Muda Muhammad Ali, yang bergelar Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah, lokasi pasar bergeser ke tempat yang baru, yakni di sekitar Pelabuhan Pekanbaru di tepi sungai Siak.

Maka pada 23 Juni 1784, berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar, dan Kampar), negeri Senapelan diganti namanya menjadi Pekan Baharu, yang dalam bahasa sehari-hari lebih mudah diucapkan Pekanbaru.

Tanggal 23 Juni 1784 kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Pekanbaru.

Sejak saat itu pula, ibu kota Siak berada di Pekanbaru, yang menjadi tempat pertemuan para pedagang dari Selat Malaka, Minangkabau, dan Petapahan.

Selanjutnya, dalam perkembangan kerajaan Siak. Dibagi menjadi 10 wilayah, salah satunya Pekanbaru. Kedudukan Pekanbaru sebagai ibu kota provinsi bertahan sampai 1916.

Adapun perkembangan pemerintahan di Kota Pekanbaru, yakni

  • Pekanbaru bagian dari Kerajaan Siak yang disebut district berdasarkan SK Kerajaan Bershuit van Inlandsch Zelfbestuur van Siak No. 1 tanggal 19 Oktober 1919.
  • Pekanbaru masuk wilayah Kampar Kiri pada 1932 yang dipimpin oleh seorang Controleor berkedudukan di Pekanbaru.
  • Mulai 8 Maret 1942 Pekanbaru dipimpin oleh seorang Gubernur Militer Go Kung, Distrik menjadi GUM yang dikepalai oleh GUNCO.
    Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte atau Kota B berdasarkan Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 No. 103.
  • Kabupaten Pekanbaru diganti dengan Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru diberi status Kota Kecil berdasarkan UU No.22 tahun 1948.
  • UU No.8 tahun 1956 menyempurnakan status Kota Pekanbaru sebagai Kota Kecil.
  • Status Pekanbaru menjadi Kota Praja berdasarkan UU No.1 tahun 1957.
  • Pekanbaru menjadi ibu kota Provinsi Riau berdasarkan Kepmendagri No. 52/1/44-25 tanggal 20 Januari 1959.
    UU No.18 tahun 1965 meresmikan pemakaian sebutan Kotamadya Pekanbaru.
  • UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebutan Kotamadya berubah menjadi Kota Pekanbaru.

Selanjutnya, di kota Pekanbaru juga didirikan titik nol Pekanbaru. Lokasinya pada saat itu di tepi jalan memasuki Pelabuhan PT Pelindo, Kelurahan Kampung Dalam, Senapelan, Kota Pekanbaru.

Tugu titik nol kilometer yang terletak di dalam kawasan gudang Pelindo Pekanbaru merupakan “titik pemandu” yang menjadi patokan penentuan jarak antara pekanbaru dengan kota lain seperti Padang (313 Km) dan Bangkinang (65 Km).

Dahulunya, di kiri kanan kawasan sekitar titik nol terdapat bangunan-bangunan lama seperti bekas rumah Haven Master. Tugu Nol kilometer merupakan bukti kesejarahan Senapelan yang pernah menjadi pusat perekonomian diawal abad 20 silam. Terdaftar sebagai cagar budaya (Inventarisasi BPCB Sumatera Barat) dengan nomor 08/BCB-TB/B/01/2014. []

You May Also Like