ARASYNEWS.COM, KAMPAR – Di Kabupaten Kampar Provinsi Riau berdiri sebuah masjid yang indah bernama Masjid Jami’ Air Tiris. Lokasinya berada di desa Tanjung Berulak, Pasar Usang, Air Tiris, Kabupaten Kampar, Riau. Atau sekitar 13 kilometer dari Bangkinang dan 52 kilometer dari Pekanbaru menuju arah Sumatera Barat.
Masjid Jami’ ini dibangun pada tahun 1901, dan memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan masjid-masjid lainnya yang ada di Provinsi Riau.
Pada bagian dindingnya terdapat ukiran-ukiran yang mengandung arti dan terawat hingga saat ini. Kemudian pada puncak atapnya terdapat tingkatan menara yang cukup tinggi.
Bangunan masjid ini terbuat dari kayu tanpa menggunakan paku besi seperti bangunan-bangunan yang ada pada saat ini.
Ornamen ukiran yang terdapat di dalam masjid Jami’ mirip dengan masjid yang ada di Pahang, Malaysia. Aksitektur masjid Jami’ ini menunjukkan adanya perpaduan gaya aksitektur Melayu dan Cina yang mempunyai 40 tiang sebagai penyangganya.
Empat puluh tiang di buat untuk menyesuaikan jumlah jemaah minimal dalam shalat, dan di antara 40 tiang ini ada 2 tiang yang ada ukiran kaligrafinya.
Dalam sejarahnya dua kayu yang di buat tiang itu hanya bisa didekati dan di ambil oleh Datuk-datuk.
Hingga saat ini, masjid Jami’ ini masih dimanfaatkan sebagai tempat melaksanakan ibadah dan kegiatan keagamaan lainnya.
Pembicaraan kali ini bukanlah tentang bangunannya, akan tetapi ada satu tempat yang menarik di luar bangunan, yakni ada sebuah sumur dan ada sebuah batu yang bentuknya mirip kepala kerbau.
Dalam cerita, di dalam sumur tersebut terendam sebuah batu berukuran besar yang mirip dengan kepala kerbau.
Konon batu tersebut dapat berpindah tempat dengan sendirinya. Kadang di tengah masjid, di luar dan terkadang masuk ke dalam sumur tua. Kejadian ini terjadi selama 12 tahun lamanya.
Bagi masyarakat, air rendaman batu itu konon dipercaya bisa menyembuhkan penyakit dan sekarang orang sering kesini degan tujuan itu
Hingga kini, masjid Jami’ ini dianggap keramat dan banyak mendapat kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara, terutama dari negara-negara tetangga Indonesia.
Pendatang biasanya datang untuk membayar nazar dan mandi di sumur tersebut. Kunjungan yang terbanyak adalah pada saat sesudah bulan puasa atau pada hari raya puasa enam.
Masjid Jami’ ini dibangun atas prakarsa seorang ulama bernama Engku Mudo Songkai (1826-1927). Memiliki arsitektur gaya Melayu dan Cina dan atapnya bertingkat bentuk limas.
Terbuat dari kayu dan dibangun tanpa menggunakan paku, dimana pada dindingnya dihiasi ornamen ukir yang mirip dengan masjid di Negeri Pahang, Malaysia.
Dalam cerita salah satu pengurus masjid, masjid Jami’ Air Tiris ini dibangun dengan waktu selama empat tahun, dan dipergunakan mulai tahun 1904. Peresmian masjid ini oleh umat Muslim di Air Tiris dengan menyembelih 10 ekor kerbau.
Dan hingga kini, masjid Jami’Air Tiris ini berdiri kokoh dan dimanfaatkan oleh umat Islam untuk beribadah. Dan masuk dalam cagar budaya sesuai UU Nomor 11 Tahun 2010 oleh PBCB Sumbar. []