ARASYNEWS.COM, BATUSANGKAR – Tidak jauh dari pusat kota Batusangkar, terdapat satu tempat yang keramat. Area ini berada di Jorong Padang Data, Nagari Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas, Kota Batusangkar, kabupaten Tanah Datar
Terdapat batu berukuran besar yang diperkirakan berukuran lebar 4 meter, panjang 14 meter, dan tinggi 10 meter.
Tidak bisa bebas masuk area ini, para pengunjung sebelum naik ke atas batu harus membaca Basmalah dan Surah Al Fatihah. Dan jangan coba-coba takabur, menyindir, dan berkata kotor, terutama pada batu dan Luhak yang berisi air yang ada di lokasi ini. Karena dapat mendatangkan sesuatu hal yang tidak diinginkan dan bahkan bisa meninggal. Kejadian ini pernah dialami salah seorang pengunjung.
Di atas batu, selain pemandangan yang tampak indah terbentang, juga ditemukan Luhak yang berisi air. Airnya ini dipercaya bisa dimanfaatkan untuk segala sesuatu yang kita niatkan seperti penyembuhan penyakit.
Batu inilah yang dikenal dengan Batu Luhak Nan Tigo, karena di atas batu terdapat tiga sumur kecil. Sumur inilah yang dikenal dengan Luhak. Air dalam Luhak ini juga tidak pernah kering meskipun musim kemarau.
Keberadaan batu Luhak Nan Tigo ini hingga kini adalah sebagai simbol terbentuknya Luhak Nan Tigo, terbentuknya tiga daerah yakni Luhak Nan Tuo (Tanah Datar), Luhak Agam (Kabupaten Agam), dan Luhak Limopuluah atau Luhak Nan Bunsu (Kabupaten Limapuluh Kota).
Keberadaan Batu Luhak Nan Tigo tidak jauh dari pemukiman warga di Jorong Datar, jarak dari jalan hanya 450 meter, 300 meter bisa dilewati roda empat dan 150 meter jalan setapak yang rusak dan bersemak. Sementara ke pusat kota Batusangkar hanya berjarak 3 kilometer.
Daerah berbukit ini dinamakan dengan Gunung Bungsu, atau tepatnya berada di belakang Istano Basa Pagaruyung.
Dilansir dari Wikipedia, Luak atau Luhak adalah wilayah konfederasi dari beberapa nagari di Minangkabau yang terletak di pedalaman Sumatra Barat.
Wilayah ini merupakan wilayah pemukiman awal penduduk Minangkabau yang dikenal dengan istilah Darek (bahasa Indonesia: darat) untuk membedakannya dengan wilayah rantau Minangkabau, baik Rantau Pasisie di sepanjang pantai barat Sumatra maupun Rantau Hilia di wilayah Riau dan bagian barat Jambi. Dalam Tambo Alam Minangkabau luak memiliki makna kurang atau berkurang.
Terdapat tiga luak di Minangkabau, yaitu:
- Luak Tanah Data yang meliputi kabupaten Tanah Datar, kabupaten Sijunjung, kota Padang Panjang, dan kota Sawahlunto sekarang.
- Luak Agam yang meliputi kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi sekarang.
- Luak Limopuluah yang meliputi kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh sekarang hingga sampai ke Kampar.
Ketiga Luak tersebut juga dijuluki dengan luak nan tigo (luak yang tiga). Luak terdiri dari beberapa nagari, di mana setiap nagari yang ada di dalam suatu luak dipimpin oleh para penghulu dan mempunyai adat yang sama, sedangkan adat di suatu luhak dengan adat di luak yang lain tidak sama.
Dalam cerita seorang juru kunci Luhak ini menyebutkan Luhak ini sudah berumur ratusan tahun yang merupakan salah satu peninggalan raja-raja Pagaruyung. Bahkan air dalam Luhak ini zaman dahulu kerap dipergunakan putri-putri raja.
Tempat ini dulunya juga dipergunakan sebagai pemujaan para leluhur untuk memanjatkan doa, permohonan menolak bala dan penyakit.
Dikatakannya, penghuni atau penunggu batu Luhak Nan Tigo ini adalah seorang perempuan cantik yang menggunakan tikuluak berbentuk tanduk kerbau, berbaju kurung warna hitam dengan sarung dan mengenakan selendang yang disalempangkan.
Batu Luhak Nan Tigo ini mempunyai budaya yang kental dengam istana Pagaruyung. Dan merupakan salah satu objek wisata budaya. Dan hingga kini masih dimanfaatkan para wisatawan yang datang untuk membersihkan diri dengan memanfaatkan air dalam Luhak, mulai dari mencuci muka yang dipercaya dapat membuat awet muda. []