ARASYNEWS.COM – Danau Singkarak saat ini dikenal sebagai objek wisata dan sebagai tempat mata pencaharian masyarakat setempat. Danau ini memiliki ketinggian 362 Mdpl dan memiliki kedalaman maksimal 268 meter dari permukaan.
Dalam buku Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau di Batusangkar, mengungkap fakta tentang Danau Singkarak yang dahulunya pernah berdiri sebuah kerajaan yang dikenal dengan nama Kerajaan Samaskuta.
Belum diketahui lebih banyak mengenai awal mula berdirinya kerajaan ini. Akan tetapi kerajaan ini diketahui telah ada sebelum terjadinya letusan Krakatau pada abad ke 5.
Selain itu di dalam Pararaton disebutkan nama raja yang memerintah di Kerajaan Samaskuta ini pada tahun 416 Masehi adalah Prabu Sangkala
Menurut Trubner dan Iguchi Kerajaan Samaskuta jejaknya terdapat di Danau Singkarak. Berdasarkan posisi Universal Transverse Mercator (UTM) Danau Singkarak berada pada Zona 47 pada titik 672734.46 m T 9931147.63 m S.
Saat sekarang lokasi (situs) merupakan perairan membentang dari utara ke selatan. Terdapat di antara dua perbukitan, perbukitan sebelah barat memiliki ketinggian ± 700 Meter dari permukaan laut (Mdpl), sedangkan perbukitan di sebelah timur memiliki ketinggian sekitar ± 500 Mdpl.
Beberapa prasasti yang ada juga tidak menjelaskan secara lengkap tentang keberadaan kerajaan ini. Dan begitu juga dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 1970.
Keberadaan prasasti ini dilaporkan oleh Tim Research Pengumpulan Data-data Sejarah Minangkabau yang diketuai Drs. Hasan Basri.
Menurut keterangan penangkap ikan di danau Singkarak, pernah ditemukan bagian tangga yang meninggi yang lokasinya itu hanya beberapa meter di bawah air permukaan danau, dan di kiri-kanan batu bersurat tersebut terdapat gua-gua.
Prasasti yang lebih dikenal dengan itilah batu basurek ada di Batu Baraguang, Sumpur, tepi Danau Singkarak. Tapi batu tersebut sudah terbenam beberapa meter ke dalam danau dan di bawah batu basurek tersebut ada terdapat ‘batu bajanjang’ (tangga batu) yang turun ke dalam danau dan di tengah danau tangga tersebut menonjol ke atas dan turun lagi kira-kira 1 km dan naik lagi sampai ke pantai seberang Jorong Sudut Sumpur.
Mengenai prasasti batu basurek sudah didokumentasikan oleh Puslitbang Arkeologi Nasional. Prasasti dari batu andesit di temukan di depan Puskesmas Rambatan I tepi Danau Singkarak, Desa Ombilin, kecamatan Rambatan. Tanggal dan tahun pasti ditemukan tidak diketahui secara pasti namun diperkirakan kisaran tahun 1800-an.
Saat ini, sudah terinventasi dengan No. Inv.40/BCB-TB/SMB. Penanggalan prasasti sekitar abad ke 14 M tepatnya pada masa raja Adityawarman. Sedangkan bahasa yang dipakai adalah bahasa Sankserta dan Melayu kuno dengan aksara Jawa kuno. Prasasti merupakan baris 2 sloka.
Penemuan prasasti ini dapat menjadi acuan utama untuk melihat daerah disekitar danau Singkarak.
Muhammad Radjab dalam bukunya ‘Semasa Kecil di Kampung’ pada sub bab Anak Danau Singkarak terbitan Balai Pustaka tahun 1950 menceritakan keberadaan batu besar di sudut utara danau Singkarak yang jika dipukul suaranya nyaring seperti gong.
Daerah ini dinamakan dengan kampung sudut karena memang berada di utara danau Singkarak dan daerah batu baragung. Tidak jauh ke timur batu baragung tersebut juga ditemukan batu besar dengan tulisan Sankserta.
Akan tetapi tidak banyak orang yang bisa mendekat kesana karena arus bawah danau yang kuat sehingga mampu menyeret sampan ke dalam danau.
Danau Singkarak dalam cerita masyarakat yang masih menjadi legenda yaitu terowongan yang menghubungkan danau Singkarak dengan danau Maninjau di Agam. Yang katanya erat kaitannya dengan cerita bujang 9 dan letusan gunung Tinjau.
Cerita rakyat tidak hanya sekedar cerita dongeng saja. Meski berstatus gunung mati, keberadaan Gunung Tinjau yang berada di Danau Maninjau perlu diawasi karena tak tertutup kemungkinan akan menjadi gunung aktif.
Dan di danau Maninjau setiap tahunnya ribuan ekor ikan keramba masyarakat mati akibat belerang yang meningkat. Dan inilah yang dipercaya hingga saat ini masih terdapat terowongan yang aktif.
Menurut Masatoshi Iguchi dalam Java Essay: The History and Culture of a Southern Country. Matador. British halaman 129, Kota Samaskuta adalah Sebuah kerajaan yang ada di pedalaman Sumatera dan tepatnya di Danau Singkarak.
Dugaan sementara batu bajanjang yang dimaksudkan dalam laporan Tim Research Pengumpulan Data-data Sejarah Minangkabau yang diketuai Drs. Hasan Basri dimungkinkan ini pintu masuk dari kerajaan Samaskuta.
Potongan-potongan sejarah mulai dari Kerajaan Samaskuta, Danau singkarak, Batu bajanjang, Batu basurek, Batu baragung, letusan Gunung Tinjau, letusan Krakatau setidaknya ini memberikan gambaran tentang adanya kerajaan di dasar danau Singkarak. []