Burung Kuntul Kerbau di Pohon Beringin Sati Kota Batusangkar, Sudah Menetap Sejak Zaman Dahulu

ARASYNEWS.COM – Di pusat kota Batusangkar terdapat satu kawasan cagar alam yang terkecil di dunia, luasnya hanya 0,03 hektar. Kawasan ini hingga kini masih dijaga dalam pagar yang tertutup rapat. Kawasan cagar alam ini dinamakan dengan Cagar Alam Beringin Sati.

Yang menariknya, ada satu pohon besar yakni pohon beringin yang telah berusia ratusan tahun yang masih berdiri kokoh hingga kini.

Selain itu, di pohon ini terdapat banyak satwa jenis burung yang menjadikan pohon ini sebagai habitatnya. Burung ini dikenal dengan nama burung kuntul kerbau (Bubulcul Ibis)

Sebagaimana dirilis http://pika.ksdae.menlhk.go.id, kawasan ini ditetapkan sebagai Cagar Alam berdasarkan GB No. 6 Stbl No. 683 tanggal 12 Agustus 1922.

Pohon beringin di kawasan ini dahulunya ditanam Belanda untuk menandai penghentian budaya perbudakan. Namun tidak ada yang mengetahui dengan persis kapan burung kuntul kerbau yang lebih sering disebut burung bangau oleh warga itu berada di sana.

Namun yang uniknya, burung-burung itu tidak pernah pindah dari kawasan tersebut, meski banyak kawasan lain di Batusangkar yang rindang seperti di sana dan banyak aktifitas masyarakat di pusat kota Batusangkar.

Salah seorang warga yang telah lama menetap di dekat pohon tersebut saat dimintai keterangan menceritakan hingga kini tidak ada masyarakat yang berani mengusik keberadaan burung bangau tersebut, bahkan ada warga yang rutin memberi warga burung-burung itu di puncak pohon beringin tersebut.

Menurut dia, warga percaya bahwa batang beringin itu adalah habitat burung-burung tersebut. Bahkan, dulu pernah terdengar ada yang mendapat pengalaman mistis terkait keberadaan burung bangau ini.

Dari cerita yang disebutkan warga ini, suatu sore hari di tahun 2008, ada tiga ekor anak bangau yang jatuh di dekat batang beringin tersebut. Warga yang menemukan kemudian mengantarkan anak-anak bangau yang baru belajar terbang itu ke rumah dinas Bupati Tanah Datar (Indo Jalito) yang tidak jauh dari tempat pohon tersebut.

Kemudian, Bupati Tanah Datar memerintahkan agar tiga ekor anak burung tersebut dimasukkan ke dalam kandang burung yang ada di halaman rumah dinas.

Tak lama setelah itu, tiba-tiba Bupati tersebut pun sakit. Badannya panas dingin, nafasnya sesak. Dia kemudian dilarikan ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit, saat sedang mendapat perawatan medis, dia teringat tentang burung bangau yang dia kandangkan.

Dia kemudian meminta ajudannya untuk melepaskan burung bangau yang diantarkan warga tadi kembali ke habitatnya, yaitu di pohon beringin. Dan tak lama setelah dikembalikan ke habitatnya, Bupati pun mulai berangsur membaik.

Dan selain itu, beberapa tahun lalu juga pernah terdengar kisah bahwa burung-burung tersebut menghilang entah kemana saat sebelum terjadinya kebakaran di Istana Basa Pagaruyung. Hal ini seakan menjadi penanda bahwa akan terjadi bencana

Hingga kini, baik masyarakat dan pemerintah di Kabupaten Tanah Datar memberikan perhatian khusus pada burung bangau di kawasan itu.

Diceritakan juga, burung-burung tersebut pernah diusir oleh warga dengan ketapel dan cara-cara lainnya, namun tidak pernah beranjak dari kawasan itu. Padahal banyak lokasi dan pohon rindang lainnya di Batusangkar.

Sebenarnya, banyak pohon di dekat kawasan itu di Batusangkar. Dan jika ingin pindah sebenarnya bisa saja, namun mereka tetap bertahan di kawasan Beringin Sati.

Sebelumnya pernah juga beredar berita Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Indonesia (Perbakin) Tanah Datar menembak ratusan bangau yang hinggap di kawasan Cagar Alam Beringin Sati Batusangkar, pada tahun 2017.

Penembakan terhadap ratusan Bangau tersebut dilakukan karena spesies burung itu sudah meresahkan dan bahkan menganggu peternakan ikan milik masyarakat. Selain itu dikatakan juga dari laporan warga tentang kotoran satwa tersebut yang baunya mengganggu. Akan tetapi, tindakan itu akhirnya dihentikan karena mendapat kritik dari BBKSDA Sumbar. []

You May Also Like