
ARASYNEWS.COM – Pada 4 Mei 1987 terjadi galodo (tanah longsor) yang menewaskan ratusan orang. Tragedi itu bahkan menimbun dan menghanyutkan desa yang berada di kaki bukit yang dikenal dengan nama Bukit Tui
Bukit Tui juga dikenal sebagai salah satu tempat yang misteri di Sumatera Barat. Bukit ini tidak hanya terkenal dengan berbagai mitos dan cerita mistis, tetapi juga terkenal sebagai lokasi tambang batu kapur yang telah beroperasi selama bertahun-tahun. Dahulu, pengelolaan tambang ini dilakukan secara tradisional oleh keluarga-keluarga yang bermukim dikawasan tersebut.
Bukit ini terletak di antara Rao-Rao dan Tanah Hitam, di kota Padang Panjang.
Bukit Tui memiliki sebuah lembah yang bernama Lembah Bukit Tui atau Lembuti. Bukit ini mengalami galodo (tanah longsor) yang melanda desa yang ada dikaki bukit pada saat itu, yakni Desa Sungai Andok dan Desa Tanah Hitam.
Tentang tragedi bukit Tui ini pada waktu itu tercatat sebanyak 131 orang yang tewas tertimbun dan ada juga yang hanyut, selain itu ada sembilan orang yang dinyatakan hilang tidak ditemukan.
Untuk mengenang peristiwa tersebut, di Bukit Tui didirikan sebuah monumen yang juga dituliskan nama-nama mereka yang tewas.
Ada beragam kisah yang tersimpan dari Bukit Tui, mulai dari mitos, bencana, hingga aura misterius yang dialami.
Tapi, disamping tragedi itu, tempat ini menjadikan sebagai salah satu lokasi yang menjadi perhatian dalam eksplorasi mistis di Sumatera Barat.
Di kawasan bukit ini terdapat sebuah lembah yang bernama Lembah Bukit Tui atau dengan sebutan Lembuti. Dan ada juga hutan yang pernah tumbuh tumbuhan langka. Ada juga telaga Tui dengan cerita mitos danau larangan. Dan ada juga tentang sibigau yang sebagai gembala pelindung.

Kisah Misteri Galodo Bukit Tui dan Dua Desa Hilang
Namun, ada mitos yang beredar di sekitaran masyarakat yang melihat kejadian galodo bukit tui terjadi dikarenakan kelakuan manusianya pada saat itu.
Kejadian Pada hari itu sebagian warga melakukan aktifitas seperti biasa di kedai sambil bercengkrama untuk menunggu waktu berbuka puasa sambil ba ampok (berjudi).
Saat sedang asiknya berjudi, mereka dihampiri oleh seorang kakek tua misterius yang tak seorangpun mengenalinya dan Kakek tua itu datang untuk memberikan peringatan, lalu kakek itu memperingati penduduk sekitar untuk tidak berjudi lagi karena bulan puasa, nasehat kakek tua tersebut disambut dengan kemarahan dari warga sekitar.
Kakek tua yang dibentak-bentak hanya mengatakan bahwa ia hanya ingin mengingatkan saja supaya tidak menyesal dikemudian hari dan kakek tua tersebut pergi setelah menasehati warga tersebut.
Setelah kakek tua pergi, warga itu kembali melanjutkan permainannya dan tak lama kemudian, terjadilah longsor besar dan menelan begitu banyak korban.
Bencana besar galodo bukit tui dengan menelan korban jiwa cukup banyak terjadi karena aksi perusakan hutan dan penebangan liar yang tidak hanya melibatkan para penguasa, tapi juga pemuka masyarakat dan aparat penegak hukum.
Aktivitas tambang batu kapur yang menyebabkan terjadinya bencana tanah longsor adalah dampak dari sebuah perbuatan manusia.
Menurut cerita yang beredar di masyarakat, dahulu di sepanjang kaki Bukit Tui ini banyak lapau (kedai).
Pada saat sebelum kejadian, sebagian warga duduk- duduk seperti biasa di kedai sambil bercengkrama untuk menunggu waktu berbuka puasa, namun kali ini mereka sembari berjudi.
Saat sedang asiknya berjudi, tiba-tiba mereka dihampiri oleh seorang kakek tua misterius yang tak seorangpun mengenalinya. Kakek tua itu datang untuk memberikan peringatan. Tetapi tidak digubris warga dan malahan mengusirnya.
Setelah kakek tua pergi, bapak-bapak itu kembali melanjutkan permainannya. Tak lama kemudian, terjadilah longsor besar dan menelan begitu banyak korban.
Tetapi dari rangkuman beberapa media, bencana ini terjadi karena adanya pengrusakan alam, seperti penebangan liar pohon di hutan yang melibatkan para penguasa dan pemuka masyarakat.
Selain itu, ada juga cerita yang beredar di masyarakat, bahwa di kawasan bukit Tui ini terdapat bukit cinta yang terdapat pondok yang biasanya dipergunakan para pekerja untuk beristirahat dimanfaatkan untuk berbuat mesum dan berjudi.

Telaga Tui dan Mitos Air Larangan
Kawasan Bukit Tui ini diperkirakan ratusan ribu hektare, mulai dari Padang Panjang hingga ke Kayu Tanam di kabupaten Padang Pariaman.
Dari rangkuman lainnya, hal misteri dibalik Bukit Tui terdapat telaga yang berbentuk kerucut.
Air pada telaga mengalir dan membentuk aliran air seperti anak sungai dan ada sampai saat ini. Air ini mengalir hingga ke daerah Tambangan dan Jaho.
Tentang mistisnya telaga ini, disebutkan pernah terlihat cahaya putih di telaga saat terjadinya hujan dan petir. Cahaya itu terlihat di tengah telaga. Dan setelah hujan berhenti, terlihat pelangi.
Mencapai telaga inibitihkan waktu sekitar tiga perjalanan dari Padang Panjang. Di sekitar telaga tidak diperbolehkan berbuat salah dan menyinggung penghuni kawasan tersebut, karena bisa tidak kembali pulang.
Ada juga yang mengatakan bahwa di sekitar telaga ini ada sebuah goa yang lubangnya kecil, namun dalamnya luas. Konon goa ini merupakan tempat untuk bertapa.
Selain itu, pada bagian barat kawasan Bukit Tui terdapat pohon beringin yang tinggi, di mana salah satu dari akarnya mengeluarkan air jernih.
Konon air itu berasal dari telaga, dan air ini biasanya digunakan untuk pengobatan.
Bagi yang bermandi-mandi di kawasan ini tidak diperbolehkan telanjang.
Sibigau, makhluk gaib
Ada lagi kisah lainnya dibalik Bukit Tui ini, yakni adanya sibigau yang merupakan makhluk gaib. Sibigau bersemayam di wilayah perbukitan. Ia berambut panjang, bertubuh kecil, kakinya bengkok dan tumitnya menghadap ke depan.
Ada yang menyebutkan Sibigau adalah peternak. Ia kerap berburu babi dan melakukan berbagai ritual.
Kisah ini beredar untuk menakut-nakuti anak-anak khususnya anak perempuan yang malas marapikan rambutnya.
Bukit Tui Sebagai Mata Pencaharian Warga
Bukit Tui ini mengandung banyak batu kapur dan dahulunya dimanfaatkan masyarakat untuk mendapatkan penghasilan dengan menambang batu kapur dengan cara tradisional. Batu tersebut diambil, dipecahkan, dan kemudian dibakar dalam tungku pembakaran, dan selanjutnya diangkut dengan menggunakan truk.
Sebagian besar mata pencaharian warga adalah penambang kapur. Di bukit ini terdapat wanita perkasa, disebut demikian karena pekerjaan mereka berbeda dengan wanita pada umumnya. Selain sebagai ibu rumah tangga mereka berkerja sebagai pemecah batu kapur, lalu mengemasnya dalam karung.
Sedangkan para lelaki bertugas membakar batu kapur. Mereka memasukkan batu kapur ke tungku pembakar. Dan sebagian besar kaum lelakinya bekerja sebagai kuli angkut batu kapur yang memasukkan karung-karung kapur ke dalam truk.
Kegiatan ini sudah berlangsung bertahun-tahun, dahulu pengelolaan batu kapur dilakukan secara tradisional oleh keluarga.
Namun kini telah banyak pabrik dengan alat-alat modern yang mendominasi usaha pengolahan kapur di kawasan ini.
Hasil olahan dikirim ke pabrik besi di Medan untuk diolah sebagai pasta gigi, cat tembok dan sebagainya.
Tetapi sekitar tahun 2008, dilakukan penggusuran tungku pembakaran dan melarang warga untuk melakukan produksi batu kapur di daerah Bukit Tui bagian utara.
Penggusuran itu merugikan bagi warga sekitar dan pemilik tungku pembakar, karena lehilangan mata pencaharian warga.
[]