Bersikap Siddiq Hidup di Dunia, Balasan Kelak di Akhirat

ARASYNEWS.COM – Bersikap Siddiq adalah sikap yang mulia yang harus dilakukan setiap muslim dan muslimah di dunia ini. Sikap ini akan memperoleh dari lingkungan yang baik antar sesama dan nantinya kelak akan mendapat balasan di akhirat.

Dalam bahasa Arab, jujur berasal dari kata as-shidqu atau shiddiq yang artinya benar atau nyata. Lawan kata as-shidqu adalah al-kidzbu yang artinya dusta atau bohong.

Laman Kemenag menulis, jujur juga bisa didefinisikan sebagai kesesuaian antara niat dengan ucapan dan perbuatan seseorang. Keutamaan berkata jujur ini tertera dalam sabda Rasulullah SAW:

“Jaminlah kepadaku enam perkara dari diri kalian, niscaya aku menjamin kepada kalian balasan surga: [1] jujurlah ketika berbicara, [2] penuhilah janji, [3] tunaikan jika dipercaya, [4] jagalah kemaluan kalian, [5] tundukkan pandangan kalian, dan [6] tahanlah tangan kalian,” (H.R. Ahmad).

Dalam agama Islam diajarkan, kejujuran akan mengantarkan pelakunya kepada kebahagiaan hidup, terutama kebahagiaan tertinggi, yaitu memperoleh surga. Hal ini tergambar dalam sabda Nabi Muhammad ﷺ :
“Sesungguhnya jujur itu membawa kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga,” (H.R. Bukhari).

Perintah berlaku jujur ditegaskan dalam Al-Qur’an dan hadist Nabi Muhammad ﷺ. Berikut ini adalah beberapa hadist tentang jujur dalam muamalah:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَال قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مَعْشَرَ التُّجَّارِ اِنَّكُمْ قَدْ وَلَيْتُمْ اَمْرًاهَلَكَتْ فِيْهِ اْلأُمَمُ السَّالِفَةُ المِكْيَالُ وَاْلمِيْزَانُ

“Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: ‘Wahai para pedagang, sesungguhnya kalian menguasai urusan yang telah menghancurkan umat terdahulu, yakni takaran dan timbangan,” (H.R. Baihaqi)

Hadis di atas merupakan peringatan keras kepada para pedagang untuk menyempurnakan takaran dan timbangan.

Takaran dan timbangan adalah dua alat ukur yang mendapat perhatian serius agar dipergunakan secara tepat dan benar dalam perekonomian, serta tidak dilakukan dengan khianat.

عَنْ حَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ مَا حَفِظْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ

“Dari Hasan bin Ali RA: Aku menghafal dari Rasulullah SAW: ‘Tinggalkan yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu ketenangan dan dusta itu keraguan,” (H.R. Tirmidzi)

Isi hadist tersebut berkaitan dengan perintah Rasulullah agar umat Islam meninggalkan segala sesuatu yang membuat ragu-ragu menuju kepada sesuatu yang membawa kita kepada ketenangan.

Hadist ini juga menegaskan bahwa kejujuran adalah hal yang membawa kita kepada ketenangan, sedangkan dusta dan curang akan membawa kita kepada keraguan.

Dalam Al-Qur’an

Ayat dalam Al-Qur’an tentang kejujuran meliputi beberapa surat yang menunjukkan bersikap jujur adalah akhlak mulia yang harus dilakukan setiap muslim. Buah manis dari kejujuran ini akan dituai pelakunya di dunia dan akhirat. Orang yang selalu jujur akan memperoleh kepercayaan dari lingkungan sekitarnya di dunia. Selanjutnya, Islam juga menjamin orang jujur dengan balasan surga di akhirat kelak.

Secara definitif, jujur adalah suatu sikap untuk menyatakan yang benar, serta tidak mengucapkan hal-hal yang menyalahi fakta. Makna jujur lebih luas lagi adalah tidak curang, melakukan sesuatu sesuai dengan aturan yang berlaku.

Salah satu sifat wajib dari seorang rasul adalah “siddiq” atau sidik. Siddiq artinya selalu berkata jujur dan benar, selain dari sifat terpuji lainnya, yaitu amanah, tablig, dan fatanah.

Jujur adalah suatu sikap untuk menyatakan yang sebenar-benarnya, serta tidak mengucapkan hal-hal yang menyalahi fakta. Makna jujur lebih luas lagi adalah tidak curang, melakukan sesuatu sesuai dengan aturan yang berlaku.

Dilansir laman Kemenag, jujur juga bisa didefinisikan sebagai kesesuaian antara niat dengan ucapan dan perbuatan seseorang. Artinya, intensi merupakan komponen utama dari kejujuran.
Seorang muslim bisa saja salah menyampaikan kenyataan karena ia kurang paham dengan situasi sebenarnya, namun karena ia berniat tulus dan tidak bermaksud membohongi orang lain, maka sikap itu bisa dikategorikan jujur, meskipun yang ia nyatakan bertentangan dengan fakta.

Hikmah selalu bersikap jujur ini antara lain

  • Seorang muslim yang jujur akan meraih kepercayaan dari sekitar, dari orang tua, guru, atasan, rekan kerja, dan sebagainya.
  • Orang yang jujur akan banyak mendapatkan teman, di mana pun dia berada.
  • Terwujudnya ketenteraman dalam kehidupan sehari-hari karena masyarakat saling percaya dan tidak curiga satu sama lain.

Ayat Al Quran tentang Kejujuran

Dalil mengenai wajibnya jujur dalam Islam tertera pada banyak ayat Al-Quran, di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. QS. Al-Ahzab Ayat 70

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,” (QS. Al-Ahzab : 70)

  1. QS. At-Taubah Ayat 119

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar,” (QS. At-Taubah : 119)

  1. QS. Al-Maidah Ayat 8

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (bersaksi atau jujur tentang kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS. Al-Maidah : 8)

  1. QS. Al-Ankabut Ayat 3

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta,” (QS. Al-Ankabut : 3)

Dari keterangan ini, insyaallah kita masuk dalam golongan Siddiq yang dirahmati dan diberkahi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. []

You May Also Like