Berbagai Temuan Masyarakat, Ciptakan Alat Pengubah Sampah Plastik jadi BBM, Tapi Tak Didukung Pemerintah Untuk Perkembangannya

ARASYNEWS.COM – Disaat pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) saat sekarang ini, kembali dipublikasikan temuan masyarakat di Indonesia yang berhasil membuat alat pengolah sampah menjadi bahan bakar.

Sampah-sampah plastik ini diolah menjadi bahan bakar yang dapat dipergunakan untuk menggerakkan mesin, seperti mesin kendaraan bermotor.

Salah satunya diciptakan Muryani (59 tahun) yang diketahui merupakan lulusan sekolah dasar (SD) yang mampu menciptakan alat yang bisa ubah sampah plastik menjadi tiga jenis BBM.

Dikutip dari akun Instagram @undercover.id, bahwa hal ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2017. Ia mempu mengubah sampah plastik menjadi tiga jenis bahan bakar minyak (BBM) dengan alat destinator. 3 Jenis BBM itu adalah premium, solar dan minyak tanah.

Menurut narasinya, Muryani menciptakan alat berbekal ilmu yang diajarkan ayahnya.

“Berbekal ilmu yang diajarkan ayahnya, jika semua plastik mengandung gas, kakek 7 cucu ini berpikir keras untuk merakit alat tersebut. Apalagi pekerjaannya sebagai petugas kebersihan, dengan mudah mendapat sampah plastik sebagai bahan percobaan,” dikutip dari narasi penjelasannya.

Akan tetapi, pada 2018, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) lewat Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) Jakarta sempat mendorong temuan dari Muryani ini untuk segera diteliti dan dikembangkan.

Menurut Kepala BBKK saat itu, Roy Sianipar, pihaknya memiliki analisis bahwa alat temuan dari Muryani ini harus mendapat sharing knowledge untuk bisa mengembangkan alat dan memfasilitasi penyusunan hak paten.

Saat itu, BBKK telah merekomendasikan agar ketiga BBM yang dihasilkan dari alat milik Muryani, yaitu solar, minyak tanah dan premium, perlu diuji karakteristik serta uji peforma terhadap mesin bermotor.

BBKK sendiri melakukan riset mengenai pengolahan sampah plastik jenis polietilena (kantong plastik) sejak tahun 2009. Alat yang digunakan terdapat dua macam, alat pirolisis skala 5 kg dan alat fraksinasi 5 liter.

“Menurut pengamatan kami, solar yang didapat masih mengandung banyak pengotor dan kemungkinan cetane number masih rendah karena solar tersebut tidak didestilasi sesuai dengan titik didih solar, yakni 250-350°C,” ungkap Roy saat itu seperti dikutip dari bbkk.kemenperin.go.id

Sementara itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian juga pernah melakukan riset pengolahan sampah plastik jenis polietilena (kantong plastik).

Langkah strategis yang dilakukan adalah dengan mengubah limbah plastik menjadi senyawa lainnya yang lebih bermanfaat melalui proses pirolisis.

“Pada proses pirolisis, limbah plastik akan diubah menjadi fasa cair dan fasa gas serta residu berupa padatan. Gas yang tidak terkondensasi juga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar,” kata Kepala BPPI Kemenperin Ngakan Timur Antara pada 2019.

Namun sampai saat ini, tidak ada lagi kejelasan lagi soal alat temuan dari Muryani tersebut. Dan bahkan juga sepertinya tidak dilanjutkan perkembangannya demi kepentingan bersama di Indonesia.

Selain itu, pernah juga hasil temuan siswa SMK Satya Praja 2, Petarukan di Pemalang yang juga mengubah sampah plastik menjadi BBM.

Kepala SMK Satya Praja 2 Purwo Setya Witanto, dikutip dari detik, mengatakan awal mula terciptanya mesin pengolah sampah karena untuk membenahi masalah sampah.

Purwo menyampaikan pihaknya sudah melakukan riset sejak lama dan juga melibatkan Perhimpunan Alumni Jerman. Hingga akhirnya masuk tahap pembuatan alat yang membutuhkan waktu sekitar tiga bulan, termasuk uji coba.

“Jadi bahan yang kami coba adalah oli bekas 100 liter, sampah plastik 50 kg, menghasilkan solar 41 liter, minyak tanah 47 liter, bensin 600 mililiter, total ada 88,6 liter,” jelas Purwo, dikutip dari detik, Selasa (6/9/2022).

“Untuk hasil sudah kita uji coba dengan mesin disel, baik mobil maupun traktor, semuanya berjalan lancar. Dan mesin pengolah sampah ini memiliki kapasitas 500-1.000 liter per hari. BBM yang dihasilkan telah diuji laboratorium dengan kualitas Euro 4 dari hasil uji Sucofindo,” terangnya.

Menurutnya, dari pengelolaan sampah dan oli bekas tersebut, saat diproses menghasilkan 85-94 persen bahan bakar sejenis solar. Sisanya, sebanyak 6-15 persen, berupa nafta (sejenis minyak tanah, bensin, avtur, dan thinner).

Dengan adanya mesin ini, diharapkan Purwo, ke depan semua sampah plastik akan dikoordinir melalui tingkat RT untuk dibeli kemudian diolah menjadi BBM.

“Harapannya seperti itu, alat akan dimaksimalkan fungsinya, sehingga di Kabupaten Pemalang, akan mengatasi limbah plastik,” jelasnya.

Uji coba dan launching mesin ini telah dilakukan pihak sekolah pada 16 Agustus 2022 lalu.

Sedangkan proses pengolahannya adalah bahan plastik dan oli bekas dimasukkan ke dalam tabung. Kemudian dilakukan pembakaran dengan suhu 300-400 derajat. Uapnya akan masuk ke saluran dan filter-filter. Dan proses ini memakan waktu sekitar enam jam untuk bisa menghasilkan BBM.

Adapun kerja mesin tersebut adalah mengubah plastik atau oli bekas menjadi hidrokarbon, melalui komponen mesin yang ada, seperti reaktor, tower katalis, pemurni solar, penampung nafta, penampung bensin, dan bak sirkulasi pendingin. Dan untuk gas buang juga digunakan air agar tidak menimbulkan polusi udara.

Hanya saja, untuk ke tahap pengembangan mesin ini masih membutuhkan waktu dan campur tangan pemerintah yang berkemungkinan juga mau untuk membantu dalam mengembangkan dan menggunakannya demi kepentingan bersama. []

You May Also Like