
ARASYNEWS.COM – Di Kabupaten Tanah Datar provinsi Sumatera Barat juga banyak ditemukan batu-batu yang bentuknya aneh dan unik. Ukuran batu-batu ini juga beragam, ada yang berukuran besar hingga kecil. Dalam BPCB Sumbar, batu-batu ini dirawat dan masuk dalam perlindungan sejarah dan pariwisata.
Beberapa diantaranya juga memiliki mistis yang dipercaya hingga kini. Salah satunya adalah batu angkek-angkek atau dalam bahasa Indonesia disebut ‘angkat’
Batu ini bisa ditemukan di Nagari Tanjuang, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Atau berjarak sekitar 10 kilometer ke arah Timur kota Batusangkar, atau ke arah Lintau. Dan bagi pengunjung bisa melihat dan memegangnya.
Batu magis ini bentuknya mirip punggung hewan kura-kura, berwarna coklat tua dan kehitaman dan kekuningan. Ditengahnya terdapat lubang kecil.
Ukuran batu ini berdiameter 50 centimeter. Dan yang mistisnya, pada bagian belakang yang berwarna kuning tembaga terdapat tulisan “Allah” dan “Muhammad”.
Konon dan hingga kini, batu ini dipercaya bisa meramal nasib, rezeki, keberuntungan, hingga sampai ke perjodohan.
Batu ini diyakini memiliki daya magis. Untuk mengangkatnya adalah dengan posisi duduk bersimpu, dan kemudian batu ini diangkat ke atas paha. Jika ada yang berhasil mengangkat, maka bertanda keinginan seseorang itu akan tercapai. Tapi jika batu tersebut tak bisa diangkat, maka keinginannya tak akan tercapai. Disitulah daya magis batu yang tidak memiliki berat tetap itu.
Benda sakral itu tersimpan di dalam rumah gadang berukuran 4×16 meter, milik warga Suku Piliang. Rumah gadang itu sudah berusia ratusan tahun dan masih kokoh terawat hingga kini.

Alpi Putra, generasi ke-8 Datuak Bandaro Kayo, penemu batu tersebut. Alpi menceritakan keanehan yang terjadi saat menemukan batu tersebut. Ia menceritakan, pada suatu malam, Datuak Bandaro Kayo yang juga Kepala Suku Piliang, bermimpi bertemu dengan Syech Ahmad. Datuak diperintah untuk mendirikan sebuah kampung yang diberi nama Palangan. Ia juga diminta membangun rumah gadang di lokasi tertentu.
Datuak pun kemudian mengumpulkan anggota suku dan menyampaikan kabar mimpinya. Setelah disepakati, akhirnya warga Piliang mendirikan rumah gadang. Namun apa yang terjadi, saat batagak tonggak tua (pemancangan tonggak utama), gempa dahsyat terjadi disertai petir serta langit berubah gelap secara tiba-tiba. Kejadian itu berlangsung selama 14 hari.
Dengan kejadian itu, warga suku bingung dan cemas, tetapi tidak lama kemudian setelah itu terdengar suara dari lubang tempat pemancangan tonggak utama. Suara itu berbunyi permintaan agar warga mengeluarkan benda dari lubang tersebut.
Kemudian, Datuak Bandaro Kayo pun mengumpulkan kembali warganya untuk mengambil benda di dalam lubang. Akhirnya, baru mereka ketahui penyebab mengapa tonggak tidak bisa dipancang serta bencana selama 14 hari. Dan setelah batu diangkat, bencana pun berhenti di area itu.

“Sebenarnya ada dua batu, hanya saja pasangannya tidak bisa dikeluarkan, Sebab setiap menggalinya batu itu terus amblas ke dalam, akhirnya memutuskan pasangan batu itu dibiarkan saja di dalam tanah. Dan setelah batu itu diangkat barulah pemancangan tonggak utama itu bisa dilakukan,” diceritakan Alpi. []