Uhang Pandak, Cindaku, hingga Pohon Bolong di Kawasan Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat dan Gunung Kerinci

ARASYNEWS.COM – Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) merupakan rangkaian tidak terputus hutan hujan dataran rendah sampai pegunungan, termasuk hutan pinus tropis alami, hutan rawa gambut, dan danau air tawar. Kawasan ini merupakan habitat berbagai satwa Sumatera.

Taman Nasional Kerinci Seblat adalah taman nasional terbesar di Sumatra yang memiliki luas wilayah sebesar 13,750 km². Taman nasional ini terletak pada koordinat antara 100°31’18″E – 102°44’01″E dan 1°07’13″S – 1°26’14″S.

Secara administratif wilayah taman nasional ini berada di 14 kabupaten dan 2 kota yang termasuk dalam 4 provinsi yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.

Taman nasional ini terdiri dari Pegunungan Bukit Barisan yang memiliki wilayah dataran tertinggi di Sumatra, Gunung Kerinci (3.805 m).

Taman nasional ini juga terdiri dari mata air-mata air panas, sungai-sungai beraliran deras, gua-gua, air terjun-air terjun dan danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara, Danau Gunung Tujuh.

Taman nasional ini juga memiliki beragam flora dan fauna. Sekitar 4.000 spesies tumbuhan tumbuh di wilayah taman nasional termasuk bunga terbesar di dunia Rafflesia arnoldi, dan bunga tertinggi di dunia, Amorphophallus titanum. Fauna di wilayah taman nasional terdiri antara lain harimau sumatra, badak sumatra, gajah sumatra, macan dahan, tapir melayu, beruang madu, dan sekitar 370 spesies burung.

Kawasan ini menjadi sorotan karena salah satunya sebagai lokasi jatuhnya helikopter yang ditumpangi Kapolda Jambi Rusdi Hartono dan rombongan.

Diketahui terjatuh di kawasan hutan lereng Gunung Kerinci. Gunung tersebut adalah gunung tertinggi di Pulau Sumatera. Terbentang di provinsi Jambi, gunung yang juga dikenal sebagai Gunung Gadang ini masih aktif hingga saat ini.

Terlepas dari itu, kawasan ini ternyata memiliki hal yang mistis dan diyakini hingga kini. Para pecinta alam dan pendaki yang masuk ke kawasan juga harus berhati-hati dan menjaga sikap dan ucapan.

Mitos yang dipercaya juga kerap terjadi dialami. Beberapa diantaranya adalah ada yang pernah melihat Uhang Pandak (orang pendek) hingga pada Cindaku (manusia berwujud harimau).

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini mitos yang ada di kawasan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat dan Gunung Kerinci.

Uhang Pandak

Dalam bahasa Indonesia, Uhang Pandak sendiri berarti ‘orang pendek’. Cerita tentang keberadaan makhluk ini bukan hanya di dalam negeri, bahkan juga sampai ke mancanegara. Kisah tentang legenda orang pendek ini pertama kali ditemukan dari catatan perjalanan Marco Polo tahun 1292 saat dirinya bertualang ke Asia.

Disebutkan, Uhang Pandak ini memiliki ciri-ciri badan yang dipenuhi bulu berwarna abu-abu, tinggi sekitar 80-130 centimeter, berbadan sedikit gemuk dengan tangan yang panjang. Selian itu matanya berwarna merah dan bentuk kaki seperti kera.

Ada yang mengatakan Uhang Pandak juga kerap terlihat membawa peralatan berburu, seperti tombak.

Karena saking menariknya legenda orang pendek ini, beberapa peneliti bahkan sampai melakukan penelitian di tempat. Pada tahun 1923, seorang zoologi asal Belanda, Van Heerwarden, pernah melakukan penelitian di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Dan menurut kesaksiannya, Uhang Pandak memiliki perawakan layaknya anak usia 3-4 tahun, tetapi memiliki wajah tua. Mereka memiliki rambut hitam sebahu dengan tubuh dipenuhi bulu. Dijelaskannya, Uhang Pandak bukanlah termasuk spesies primata. Tapi, sampai sekarang, masih belum dipastikan makhluk jenis apa orang pendek Gunung Kerinci tersebut.

Cindaku atau Manusia Harimau

Cindaku atau makhluk berwujud setengah manusia dan setengah harimau kerap menjadi perbincangan di wilayah Sumatera Barat. Dan dikawasan ini legenda tentang Cindaku juga pernah terdengar dan bahkan legendanya sampai ke Negeri Jiran.

Asal-mula Cindaku berawal dari sosok bernama Tingkas. Ia adalah kelompok orang yang memiliki kedekatan ikatan batin dengan harimau. Dipercaya bahwa Tingkas dulunya telah berjasa membantu masyarakat Kerinci, salah satunya adalah dalam melestarikan hutan.

Orang Kerinci percaya jika Cindaku memiliki kekuatan magis. Kekuatan tersebut berasal dari adat turun-temurun di desa Kerinci. Dengan kekuatan itu, mereka menjadi penjaga Gunung Kerinci.

Cindaku akan berubah wujud jika marah atau merasa terancam dan berwujud seperti harimau. Akan tetapi, kesaktian itu hanya berlaku di kawasan Gunung Kerinci saja. Selain itu, tak semua orang Kerinci termasuk Cindaku.

Pohon Bolong

Para pendaki ke kawasan Gunung Kerinci akan menemukan satu pohon yang aneh. Pohon Bolong, sesuai namanya pohon itu memiliki lubang besar yang berada di jalur kanan pendakian, yakni antara jalur pos II menuju shelter I.

Mitos yang diyakini tentang pohon ini adalah sebagai pesan kepada para pendaki agar untuk tidak berhenti untuk makan, buang air, ataupun berfoto ketika melihat Pohon Bolong.

Disebutkan juga, pohon itu ditunggui oleh sosok nenek tua dan genderuwo. Apabila berani berhenti di depan Pohon Bolong, tidak menutup kemungkinan kamu akan hilang.

Kejadian ini diyakini pernah dialami Setiawan Maulana yang menghilang di kawasan Gunung Kerinci pada 2014 lalu. Dipercaya bahwa kasus hilangnya berkaitan erat dengan sosok penunggu Pohon Bolong.

Hantu Gendong

Makhluk ini diyakini paling usil karena kerap mengganggu para pendaki untuk menempuh trek yang dilalui. Hantu gendong akan menaiki tas yang dibawa pendaki sehingga terasa berat.

Keberadaan makhluk tak kasat mata ini diyakini nyata karena beberapa pendaki mengatakan jika mereka merasa tas yang dibawa terasa sangat berat. Padahal, beban di dalamnya tergolong ringan atau tidak ada sama sekali.

Apabila sudah “digendongi” makhluk ini, para pendaki harus meminta maaf kepada hantu gendong dengan alasan tidak dapat mengantarnya keluar. Sebab, jika tidak meminta maaf, beban tas akan terasa semakin berat serta berpotensi menyebabkan si pendaki tertinggal dan bahkan hilang.

Naga Raksasa

Penduduk setempat juga meyakini bahwa ada sesosok naga raksasa yang mendiami kawasan Gunung Kerinci. Kisah ini dalam cerita turun temurun ditengah-tengah masyarakat, pernah ada sepasang saudara kembar yatim piatu bernama Calungga (kakak) dan Calupat (adik). Dan suatu hari, Calungga berburu sendiri ke hutan. Dalam perburuannya, ia menemukan sebutir telur besar. Tanpa memberitahu kembarannya, Calungga memakan telur tersebut. Setelah mengonsumsi telur tersebut, muncul sisik di emas di sekujur tubuh Calungga. Badannya menjadi memanjang dan dirinya pun berubah menjadi seekor naga raksasa.

Menurut cerita rakyat setempat, sisa perputaran badan Calungga yang besar itu menciptakan Danau Bento. Sementara itu, semburan apinya memunculkan Sungai Muara Angin.

Larangan Jam 12

Penduduk di kawasan Gunung Kerinci percaya bahwa jam 12 siang merupakan waktu di mana makhluk yang mendiami Gunung Kerinci memakai air di kawasan tersebut. Dan karena sedang digunakan, maka manusia tidak disarankan untuk mandi, minum, ataupun main air saat jam 12 siang. Jika ada yang nekat melakukannya, maka orang tersebut akan mengalami sakit perut.

Pintu Rimba

Pintu Rimba adalah perbatasan antara ladang penduduk dan hutan. Letaknya berada pada ketinggian 1.800 mdpl.

Mitos yang diyakini adanya sosok perempuan yang secara tiba-tiba menampakkan diri dengan berpakaian putih tetapi tidak menampakkan wajah.

[]

You May Also Like