Kisah Terbentuk Danau Kembar yang Eksotis, Ular Naga Raksasa, Air Berwarna Merah, dan Tidak Ada yang Berperahu ke Tengah

ARASYNEWS.COM – Di provinsi Sumatera Barat terdapat Danau Kembar yang cukup luas. Lokasinya berada di Bungo Tanjung, Alahan Panjang, Kabupaten Solok.

Sesuai dengan namanya, Danau Kembar merupakan dua buah danau yang terletak saling berdekatan dan memiliki ukuran yang hampir sama. Kedua danau ini berdampingan hanya dipisahkan oleh bukit yang lebarnya sekitar 300 meter saja. Danau Kembar ini adalah Danau Di Atas dan Danau Di Bawah (Danau Di Ateh dan Danau Di Bawah).

Destinasi-destinasi ini menjadi salah satu tempat wisata favorit di Sumbar. Banyak traveler datang menikmati suasana yang tenang dan dingin dengan pemandangan alam yang asri dan indah. Ada banyak bunga tumbuh dan mekar di daerah ini.

Lokasi ini berada pada ketinggian 1.500 MDPL, dan berada di gugusan Bukit Barisan pulau Sumatera. Hal inilah yang membuat udara ditempat ini terasa dingin dan sejuk.

Danau Di Atas kedalamannya hanya 44 meter, dengan luas sekitar 17 meter persegi, terletak 1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sedangkan Danau Di Bawah kedalamannya lebih dari 800 meter dengan luas hampir 17 meter persegi, dan terletak 1.566 mdpl.

Di balik alamnya yang asri dan hawa sejuk, dan udara yang dingin, Danau Kembar ini ternyata punya kisah legenda.

Orang-orang tua yang telah lama tinggal di sekitar Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat paham betul legenda ini.

Konon, ada seorang niniak (Orang yang Sudah Tua) yang bernama Niniak Gadang Bahan yang kerjanya adalah Maarik kayu (membuat papan/tonggak). Badannya besar tinggi dan kampaknya sebesar Nyiru. Nyiru adalah tempat menempis beras yang lebarnya kira-kira 50cm x 80cm.

Setiap berangkat ke hutan niniak ini tidak lupa membawa beliungnya. Niniak ini makannya hanya sekali seminggu, tapi sekali makan 1 gantang (6 kaleng susu indomil). Untuk mendapatkan kayu/papan yang bagus dia harus naik gunung/hutan.

Setelah beberapa hari dalam hutan dia akan pulang dengan membawa beberapa helai papan/tonggak yang telah jadi dan membawa ke pasar untuk dijual.

Pada suatu hari ketika berangkat ke hutan, di tengah hutan tempat dia bisa lewat tertutup. Niniak ini kaget, kenapa ada makhluk yang menghambat jalannya. Makhluk ini sangat besar sehingga menutup pemandangannya. Niniak berusaha untuk mengusirnya tapi makhluk ini tidak bergeming, malah balik menyerang. Ternyata makhluk ini adalah seekor ular yang besar yang mirip naga.

Tidak bisa disangkal lagi darah pituah niniak moyang langsung mengalir ke seluruh tubuh niniak, katanya: “Lawan tidak dicari, kalau bertemu pantang mengelak”.

Terjadilah perkelahian antara naga dan Niniak Gadang Bahan. Naga melakukan penyerangan, Niniak Gadang Bahan tidak tinggal diam. Seluruh kemampuan yang dimiliki dikeluarkan. Beliung yang berada di tangan Niniak Gadang Bahan bereaksi, dan memang Niniak Gadang Bahan sangat ahli memainkannya, tentu jurus-jurus silat yang sudah mendarah mendaging oleh Niniak Gadang Bahan tak lupa dikeluarkan.

Akhirnya Naga betekuk lutut dan menyerah. Naga kehabisan darah karena sabetan beliaung Niniak Gadang Bahan. Kepala Naga Nyaris putus, darah mengalir dengan deras. Angku Niniak Gadang Bahan menarik naga itu dan melempar dengan sekuat tenaga dan sampai ke sebuah lembah yang kini menjadi danau.

Bangkai ular naga raksasa yang dibantai oleh Niniak Gadang Bahan inilah yang membentuk angka delapan tertimbun tanah, tergenanglah air hingga membentuk dua danau besar.

Dari legenda itu pulalah nama dua daerah di mana danau ini berada berasal. Nama Kecamatan Lembah Gumanti berasal dari singkatan lembah nago nan mati.

Yang kedua adalah sebuah daerah bernama Aia Sirah (Air Merah), daerah ini terkenal dengan airnya yang merah. Konon itu adalah darah yang terus keluar dari kepala naga.

Cerita turun temurun inilah yang membuat masyarakat sekitar tidak ada yang berkeinginan membawa perahu hingga ke tengah danau. []

You May Also Like