Jangan Mengangkat Orang yang Berambisi Meminta Jabatan

ARASYNEWS.COM – Meminta jabatan dan kedudukan kerap terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dilakukan agar seseorang atau golongan menjadi lebih terpandang atau lebih berkedudukan atau derajat lebih tinggi dibandingkan orang lain.

Tentang hal ini bukan hanya terjadi pada zaman dan masa sekarang ini saja, tapi juga pernah terjadi pada masa Nabi.

Hadits Riwayat Bukhari, Abu Daud dan Nasai, menyampaikan

عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَرَجُلاَنِ مِنْ قَوْمِي، فَقَالَ أَحَدُ الرَّجُلَيْنِ: أَمِّرْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَقَالَ الآخَرُ مِثْلَهُ، فَقَالَ: «إِنَّا لاَ نُوَلِّي هَذَا مَنْ سَأَلَهُ، وَلاَ مَنْ حَرَصَ عَلَيْه

Artinya: Abu Musa berkata, “Saya masuk menemui Nabi bersama dengan dua orang teman. Lalu salah seorang dari kedua orang itu berkata, “Jadikanlah (angkatlah) aku sebagai amir (pejabat) wahai Rasulullah”. Kemudian yang seorang lagi juga meminta hal yang sama. Lalu Nabi bersabda, “Sungguh aku tidak akan mengangkat sebagai pejabat orang yang memintanya dan tidak juga orang yang berambisi terhadap jabatan itu”. (HR. Bukhari, Abu Daud dan Nasai).

Ibnu Hajar berkata, “Siapa yang mencari kekuasaan dengan begitu ambisiusnya, maka ia tidak akan ditolong oleh Allah.” (Fathul Bari, 13: 124).

Kemudian, seorang sahabat bertanya: mengapa?. Aku bilang mungkin seperti kata Nabi kepada Abdurrahman bin Samurah.

عن عَبْد الرَّحْمَنِ بْن سَمُرَةَ رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال له: «يا عبد الرحمن بن سَمُرَة، لا تَسْأَلِ الإِمَارَةَ؛ فإنك إن أُعْطِيتَها عن مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إليها، وإن أُعْطِيتَهَا عن غير مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عليها،

Nabi Saw berkata kepada Abdurrahman bin Samurah : “Janganlah kau meminta jabatan. Jika kau diberikan jabatan karena kau memintanya, kau akan dibebani tanggungjawab berat. Tetapi jika kau diberi jabatan tidak atas permintaanmu, kau akan dibantu”. صحيح] – [متفق عليه]].

Ambisi terhadap kehormatan sangat membahayakan pelakunya

Berikut ini adalah hadits yang diriwayatan Imam Ahmad , Nasa’, Tirmidzi dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya. Dari Ka’ab bin Malik Al-Anshari ra dari Nabi ﷺ , bahwasanya beliau bersabda:

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ

“Dua ekor serigala yang lapar kemudian dilepas, menuju seekor kambing, (maka kerusakan yang terjadi pada kambing itu) tidak lebih besar dibandingkan dengan kerusakan pada agama seseorang yang ditimbulkan akibat ambisi terhadap harta dan kehormatan”.

Imam Tirmidzi berkata (tentang) hadits ini: “Hasan shahih”. Muhammad Shubhi Hasan Hallaq menyatakan: “Hadits ini telah dishahihkan oleh Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al-Albani dan selain mereka.

Hadits ini berisi permisalan yang sangat agung, yaitu Nabi ﷺ mencontohkan kerusakan pada seorang muslim dengan sebab ambisi terhadap harta dan kehormatan di dunia.

Hadits ini mengisyaratkan bahwa orang yang berambisi terhadap harta dan kehormatan (dunia) tidak akan selamat dari keutuhan keislamannya, kecuali hanya sedikit orang yang selamat.

Ambisi seseorang terhadap kehormatan lebih membinasakan daripada ambisi terhadap harta.

Sesungguhnya mencari kehormatan dunia dan tinggi kedudukan dan mengejar pangkat dan jabatan karena senang menjadi pemimpin orang banyak dan dapat menimbulkan kesombongan di dunia.

Dan hal itu lebih berbahaya bagi seseorang dibandingkan dengan bahaya yang ditimbulkan akibat ambisi seseorang untuk mengejar harta.

Bahkan mereka tidak segan-segan untuk mengeluarkan hartanya demi mencapai kekuasaan dan kepemimpinan atas manusia serta mendapatkan kehormatan di dunia.

Ambisi terhadap kehormatan antara lain melalui jabatan, kekuasaan dan harta. Biasanya akan menghalangi nikmat akhirat dan kemuliaannya.
Allah SWT berfirman:

تِلْكَ الدَّارُ اْلأَخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لاَيُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي اْلأَرْضِ وَلاَفَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa” [QS. al-Qashash : 83]

Dalam Shahih Bukhari no. 7148 dari Abu Hurairah ra dari Nabi ﷺ bahwasanya beliau bersabda:

إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ …

“Kalian akan berambisi atas kekuasaan dan akan menjadi penyesalan pada hari kiamat…”.

Ambisi terhadap kehormatan sangat membahayakan pelakunya. Ia akan menghalalkan segala macam cara dalam usahanya mencapai tujuan.
Selanjutnya, ketika telah mendapatkan kehormatan di dunia, dengan cara mempertahankan statusnya meskipun harus melakukan kezaliman, kesombongan dan kerusakan-kerusakan yang lain sebagaimana dilakukan oleh penguasa yang zalim.

Di antara bahaya ambisi terhadap kehormatan adalah orang yang memiliki kehormatan karena harta atau kekuasaannya. Ia akan suka dipuji dengan perbuatannya dan ia menginginkan pujian dari manusia, meskipun terkadang perbuatan itu sebagai perbuatan tercela dari pada perbuatan terpuji.

Bagi mereka (orang yang berambisi), orang yang tidak mengikuti keinginannya, dia tidak segan-segan untuk menyakiti dan meterornya. Bahkan terkadang dia melakukan perbuatan yang zahirnya baik, tetapi ia menyembunyikan maksud yang buruk. Ia senang dengan kamuflase tersebut, apalagi dengan adanya sambutan yang positif dari khalayak ramai.

Perbuatan mereka tersebut disampaikan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

لا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَآ أَتَواْ وَيُحِبُّونَ أَن يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلاَ تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِّنَ الْعَذَابِ

“Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa”. [QS Ali Imran :188]

Dari sinilah tegas petunjuk dari Allah untuk melarang manusia untuk memuji mereka atas kebaikan yang mereka lakukan kepada sesama manusia, bahkan menyuruh manusia untuk mengembalikan pujian hanya kepada pemiliknya, yaitu hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.

Wallahu Akbar

[]

You May Also Like