Gubernur Menanggapi Kritikan Ikut Ritual Kendi Nusantara

ARASYNEWS.COM, PADANG – Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah menanggapi kritikan atas kegiatan ritual Kendi Nusantara yang ia ikuti bersama gubernur-gubernur se-Indonesia pada Senin (14/3/2022) kemarin di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Hal itu sebagaimana kritikan yang disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar, Gusrizal Gazahar.

Gusrizal menyayangkan hal yang dilakukan Mahyeldi karena mengikuti ritual Kendi Nusantara. Menurutnya itu tidak sesuai dengan akidah tauhid umat Islam, terutama di Sumatera Barat.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur Sumbar Mahyeldi berpendapat yang ia lakukan adalah wujud penyatuan. Bahkan masing-masing provinsi juga membawa air dan tanah.

“Saya tidak tau dimana unsur ritualnya, yang saya jalani itu, sama halnya saat mau bangun gedung, masing-masing bawa satu menyumbang ini itu,” ungkapnya, Selasa (15/3/2022)

Ia menyebutkan bahwa hal itu sudah disampaikan saat pidato presiden Jokowi, bahwa kegiatan itu dilakukan sebagai bentuk mewujudkan persatuan.

Buya Mahyeldi juga menyebutkan bahwa masyarakat Kalimantan Timur adalah masyarakat yang religius. Pengalaman agama juga kuat dan juga banyak ulama di sana. Kemudian, dikatakannya, gubernur yang hadir ada lulusan Madinah yakni gubernur Maluku Utara Abdul Ghani Kasuba, Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor juga religius.

Dan jika dinilai melanggar tauhid, Mahyeldi mengatakan tidak tahu itu.

“Saya tidak tahu itu, biar orang yang menilai, tetapi yang saya lakukan itu untuk kepentingan bersama,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya Ritual Kendi Nusantara di Titik Nol Kilometer Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara diikuti oleh seluruh kepala daerah di Indonesia, termasuk Gubernur Sumbar, Mahyeldi yang juga turut mengantarkan tanah dan air dari Sumatera Barat.

Namun, tindakan Mahyeldi yang membawa tanah dan air serta ikut ritual tersebut mendapat perhatian khusus dari Ketua MUI Sumbar.

“Saya sangat menyesalkan tindakan Mahyeldi Ansharullah yang begitu saja mematuhi perintah presiden terkait ritual tersebut. Saya tidak setuju dengan ritual tersebut, karena terkandung keyakinan yang tak bersesuaian dengan akidah tauhid,” ungkap Ketua MUI Sumbar Gusrizal Gazahar, Senin (14/3/2022) kemarin.

Menurutnya, ritual seperti itu dilokalisir dalam ranah budaya semata. Sebab di Agama Islam seluruh tindakan dan perbuatan akan diminta pertanggungjawabannya kelak di akhirat.

Meskipun sebatas simbolik, kata Gusrizal, tindakan tersebut tetap tidak bisa diterima karena alasan rasionalnya juga tidak ada. []

You May Also Like