ARASYNEWS.COM – Mantan direktur penyakit menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama, menyoroti potensi masalah yang bisa membuat program makan bergizi gratis (MBG) yang memicu keracunan massal. Ia pun buka suara terkait hal MBG ini.
Hal ini, merujuk pada hasil laboratorium sampel MBG di laboratorium kesehatan daerah di Jawa Barat.
Setidaknya, kata dia, ada dua penyebab keracunan makanan. Yang pertama, ditemukannya bakteri, mayoritas adalah Salmonella. Kontaminasi ini umumnya terkait pada makanan yang tinggi protein seperti daging, telur, dan unggas.
Kemudian, yang kedua, ditemukannya bakteri Bacillus cereus, dan dari data NSW Food Authority Australia, bakteri ini dapat memicu keracunan makanan dan kerap dikaitkan dengan proses penyimpanan nasi yang tidak tepat
Tjandra menyebut, menurut kajian WHO, ada lima pemicu keracunan yang bisa dideteksi lewat uji laboratorium
- Ditemukan Salmonella, Campylobacter, dan Escherichia coli pada sampel makanan korban keracunan. Selain itu juga ditemukan Listeria dan Vibrio cholerae.
- Virus yang disebut WHO berjenis Novovirus dan virus Hepatitis A.
- Keberadaan parasit seperti cacing trematoda dan cacing pita seperti Ekinokokus maenia Taenia.
- Memicu keracunan makanan disebut pripon, yakni bahan makanan infeksi yang terdiri dari protein seperti Bovine spongiform encephalopaty (BSE).
- Ada kemungkinan kontaminasi bahan kimia pada makanan dari kemasan.
Sebagaimana diketahui, Laboratorium Kesehatan Jawa Barat (Labkes Jabar) menerima ratusan sampel makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) sejak Januari 2025. Sampel tersebut berasal dari belasan kabupaten/kota di Jabar.
Ryan menyebut hasil pemeriksaan KLB MBG di laboratorium mikrobiologi menunjukkan 72% hasil negatif dan 23% hasil positif, antara lain Vibrio cholerae, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Bacillus cereus.
Untuk pemeriksaan laboratorium kimia, sebanyak 92% hasil negatif dan 8% hasil positif nitrit. Mayoritas, ada dua bakteri yang mengontaminasi makanan. []
sc. cnbcindonesia