
ARASYNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berencana memberi suntikan vaksin Covid-19 jenis Sinovac pada 2022 mendatang. Suntikan tahap III ini dilakukan karena ditemukan adanya penurunan antibodi di tubuh setelah enam bulan disuntik vaksin Sinovac.
Hal itu disampaikan melalui Juru bicara vaksinasi Covid-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi. Siti mengatakan suntikan ketiga baru bisa diberikan setelah 12 bulan dari suntikan pertama diterima. Dikatakannya ini mengacu pada rekomendasi Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).
“Hasil kajian ITAGI masih merekomendasi kemungkinan penyuntikan diperlukan setelah 12 bulan penyuntikan pertama. Iya setelah 12 bulan. Jadi baru tahun depan,” kata Nadia, dikutip pada Jum’at (30/7/2021).
Nadia tidak menyebutkan secara spesifik siapa saja golongan yang jadi sasaran vaksinasi ketiga Sinovac ini nantinya. Ia hanya mengatakan bahwa rencana itu baru akan direalisasikan tahun depan.
“Kemenkes dan beberapa pihak terkait masih merumuskan rencana itu hingga matang. Untuk tahun depan kita lihat lagi perkembangannya,” ucapnya.
Nadia menyebut vaksin Sinovac saat ini masih efektif menurunkan potensi gejala bagi orang yang terinfeksi Covid-19. Hanya saja, dari hasil penelitian, ada penurunan antibodi dari orang yang disuntik setelah enam bulan, dan salah satunya terkait varian baru virus yang berkembang saat ini.
“Betul ada penurunan tapi sampai saat ini masih efektif. Hasil yang sama juga dari studi dilakukan UNPAD dan Biofarma (Prof Kusnandi) didapatkan penurunan titer antibodi,” kata Nadia.
Sebagaimana yang diketahui, sebelumnya, peneliti di China mengatakan efek vaksin Sinovac memudar setelah enam bulan penyuntikan dosis kedua.
Dikatakannya, dari dua kelompok sampel yang diteliti, hanya terdapat 16,9 persen dan 35,2 persen yang masih terdeteksi memiliki antibodi setelah enam bulan vaksinasi dosis kedua.
Sementara itu, Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman mengatakan perlu dilakukan vaksin dosis ketiga atau booster untuk memberikan perlindungan tambahan. Hal ini karena kasus infeksi dan kematian saat ini tergolong tinggi. []