Dikritik: Dibanding Negara Tetangga, Indonesia Jual BBM Paling Mahal Tetapi Rugi, Direksi Perlu Dibenahi

ARASYNEWS.COM – Banyak yang mengkritik pemerintah dan Pertamina atas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) ini. Hal ini lantaran minyak dunia sedang mengalami penurunan.

Selain itu, negara-negara lainnya yang tidak masuk dalam G20 juga tidak menjual dengan harga yang tinggi, seperti: Venezuela Rp330,5 per liter, Libya Rp451 per liter, Iran Rp795 per liter, Algeria Rp4.873 per liter, Kuwait Rp5.071 per liter, Angola Rp5.553 per liter, Turkmenistan Rp6.373 per liter, Kazakhstan Rp6.559 per liter, Nigeria Rp6.699 per liter, dan Malaysia Rp6.796 per liter.

Dan yang anehnya, minyak yang dijual kepada masyarakatnya ini merupakan minyak dengan kadar yang lebih baik dibandingkan dengan yang ada di Indonesia. Untuk jenis yang berkadar paling rendah di negara luar hampir sama dengan minyak kadar yang paling tinggi di Indonesia.

Salah satu yang menyampaikan kritik ini adalah pegiat media sosial Permadi Arya alias Abu Janda. Ia turut angkat suara mengenai kenaikan harga BBM bersubsidi dan memberikan penjelasannya

Abu Janda turut resah dengan keputusan pemerintah yang akhirnya menaikan harga BBM bersubsidi, pada Sabtu (3/9) kemarin.

“Jadi soal BBM naik ini ya, ini hitung-hitungan saya orang bodoh,” buka Abu Janda melalui akun instagramnya yang dikutip Kamis (8/9/2022).

Dalam pengamatannya, ia mengatakan dari kutipan yang disampaikan pemerintah, menteri, dan Pertamina bahwa harga BBM di Indonesia kalau tidak disubsidi ternyata jauh lebih mahal dari negara Malaysia.

“Pak Jokowi bilang harga pertalite RON90 kalau tidak disubsidi Rp17.100 perliter. Harga RON89 di Vivo sekarang Rp10.900 ini harga tidak disubsidi,” ucap Abu Janda seperti yang dikutip.

“Harga bensin RON97 di Malaysia kualitasnya jauh di atas pertalite Rp14.200 ini harga tidak disubsidi,” sambungnya.

Atas temuannya itu, Abu Janda menilai mungkin terdapat kesalahan manajemen di pihak pertamina yang menyebabkan harga bensin di Indonesia mahal.

“Artinya jika semua harga bensin tidak disubsidi. Harga bensin di Indonesia paling mahal. Berarti kesalahannya ada di Pertamina dong, tidak efesien atau ongkos produksinya terlalu tinggi?,” ungkapnya.

Ia pun berharap kepada Menteri BUMN Erick Thohir dan Komisaris Pertamina Basuki Tjahaja Purnama untuk memperbaiki sistem manajemen maupun pengelolaan di Pertamina.

“Jadi yang harus dibenahi ini pertamina, masa jualan bensin paling mahal, rugi pula Rp191 triliun. Maaf pak Erick Thohir katanya bapak lagi benah-benah BUMN, benahi pak, cc juga pak Basuki Tjahaja Purnama,” pintanya.

Dan yang mirisnya lagi banyak masyarakat juga diimingi dengan segala bentuk bantuan yang diberikan. Selain itu banyak instansi pemerintah dan aparat yang menjelaskan bahwa ini agar tepat sasaran dan dapat membantu rakyat kecil. []

You May Also Like