ARASYNEWS.COM – Dalam kehidupan sehari-hari, nafsu amarah bisa datang kapan saja ketika ada hal yang tidak sesuai dengan hati dan nurani. Bahkan rasa marah yang berlebihan bisa membuat seseorang hilang kendali. Hal ini tentu bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.
Bagi umat muslim, kita tentu bisa mengendalikan diri, emosi, dan marah yang tak terkendali itu.
Marah yang tertuang itu bahkan bisa masuk dalam kategori yang dilarang Allah Subhanahu Wa Taala, dan juga bahkan bisa dinilai dosa.
Meneladani sikap dan sifat Nabi Muhammad ﷺ, beliau selalu mengendalikan amarah dan bahkan juga bersifat pemaaf.
Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada umatnya untuk bisa menahan amarahnya ketika hati sedang bergejolak. Rasulullah juga mengajarkan sebuah doa yang mampu menahan amarah seseorang:
“Allaahummaghfirlii dzanbii, wa adzhib ghaizha qalbii, wa ajirnii minas syaithaani.”
Artinya: ‘Tuhanku, ampunilah dosaku, redamlah murka hatiku, dan lindungilah diriku dari pengaruh setan.”
Membaca doa ini saat merasa sedang marah dan menjauhkan diri dari hal-hal yang tak diinginkan.
Selian itu, juga mengucapkan istighfar dan membaca doa taawuz
A’uudzu billahi minas syaithanir rajiim
Artinya: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk”
Doa tersebut berdasarkan dalam suatu hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh, aku akan mengajari suatu kalimat, yang apabila ia mengucapkannya maka akan hilang apa yang ia dapatkan (marah). Jika ia membaca, ‘Auudzubillahi minasy syaitaanir rajiim’, niscaya hilanglah apa yang ia dapatkan.” (HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim).
Selanjutnya, disarankan untuk berwudhu. Cara ini dapat menahan nafsu amarah. Ketika sedang marah, maka berwudhulah. Hal ini dikarenakan salah satu fungsi air adalah untuk mematikan api, termasuk api setan yang berkobar dalam hati dan berwujud dalam rasa amarah.
Sebuah hadis dari Urwah As-Sa’di radhiyallahu ‘anhu yang artinya:
“Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Selanjutnya, menjaga lisan dengan diam. Hal ini apabila merasa marah dan emosi, maka kita dapat menjaga diri dan tidak melukai perasaan orang lain.
Cara menahan nafsu amarah ini berdasarkan suatu hadis. Dari Ibnu Abbas Ra, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad)
Disarankan juga untuk duduk. Ketika marah dengan posisi berdiri, maka duduklah. Sementara itu, jika marah dengan posisi duduk, maka berbaringlah. Hal ini sesuai hadits dari Abu Dzar ra, Rasulullah SAW menasihatkan:
“Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Berzikir saat sedang emosi dapat membuat hati menjadi tenang. Dengan hati yang tenang, maka emosi pun dapat dikendalikan. Cara menahan nafsu amarah dapat ditanggulangi dan reda dengan memperbanyak zikir lâ ilâha illallâh (tiada Tuhan selain Allah), sebab zikir ini mengandung dua makna, yaitu meniadakan dan menetapkan.
Lâ ilâha illallâh meniadakan adanya hakikat ketuhanan, kemudian menetapkannya hanya untuk Allah semata, tanpa ada satu pun sekutu bagi-Nya. Lâ ilâha illallâh seakan merupakan simbol perubahan manusia yang keluar dari satu zona ke zona lain, keluar dari berbagai macam kegelapan menuju cahaya.
Selanjutnya, ketika marah dengan seseorang karena dikecewakan, disakiti dan lain sebagainya maka cara paling ampuh untuk mengurangi rasa marah tersebut yaitu dengan belajar memaafkan kesalahan orang lain yang dapat memicu emosi.
Dalam Al-Qur’an surat Asy-Syuura ayat 37, Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:
Wallaziina yajtanibuna kabaa’iral-ismi wal-fawaahisya wa izaa maa gadibu hum yagfirun
Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.”
Doa Menahan Amarah
Doa menahan amarah dianjurkan untuk diamalkan bagi siapa saja yang mudah tersulut emosi atau mudah marah. Umumnya, menahan amarah merupakan salah satu hal yang cukup sulit dilakukan. Pasalnya, jika sudah terpancing amarah dan termakan nafsu, maka seseorang dapat dengan mudah berbuat hal batil.
Karena itu, Rasulullah ﷺ menyebut mereka yang mampu menahan amarah lebih hebat dari orang yang selalu menang dalam pertempuran. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Orang hebat bukanlah orang yang selalu menang dalam pertempuran. Orang hebat adalah orang yang bisa mengendalikan diri ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Namun demikian, amarah sendiri bisa kita redakan. Bahkan, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan doa yang cukup mudah untuk diucapkan ketika seseorang hendak marah. Walau tak asing dan mudah, namun doa berikut bisa jadi sangat sulit diucapkan saat marah.
Dari sahabat Sulaiman bin Surd Radhiyallahu’anhu, beliau menceritakan, “Suatu hari saya duduk bersama Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak.
Kemudian Rasulullah bersabda, ‘Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz, maka marahnya akan hilang.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Inilah doa untuk menghindarkan atau menahan amarah tersebut:
أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ
A’uudzu billahi minas syaithanir rajiim.
Artinya: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.”
Selanjutnya, bila marah belum juga reda. Maka seseorang dapat berzikir dan melanjutkan dengan doa berikut ini.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِىْ ذَنْبِىْ وَاذْهِبْ غَيْظَ قَلْبِىْ وَاَجِرْنِىْ مِنَ الشَّيْطَانِ
Allahummaghfir lii dzambii wadzhib ghaidzho qolbii wa ajirnii minasy syaithooni.
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kemarahan hatiku dan selamatkanlah aku dari kejahatan setan.”
Doa lainnya untuk menahan amarah
Allaahumma Rabban nabiyyi Muhammadin, ighfirlî dzanbii, wa adzhib ghaizha qalbii, wa ajirnii min mudhillaatil fitani.
Artinya: “Ya Allah, Tuhan Nabi Muhammad, ampunilah dosaku, redamlah murka hatiku, dan lindungilah diriku dari pengaruh (setan) yang menyesatkan dalam cobaan”.
[]