
ARASYNEWS.COM – Banjir bandang atau Galodo pernah melanda kawasan Lembah Anai pada zaman dahulu. Banjir yang merupakan campuran air, lumpur, batu-batu berukuran besar dan kayu-kayu pohon membuat sejumlah kerusakan dan kerugian materil. Hanya saja tidak diketahui apakah ada korban jiwa yang ditimbulkannya pada saat itu.
Pada tahun 1891-1894 di kawasan Lembah Anai dilakukan pembangunan jalan kereta api di Sumatera Barat. Pembangunan ini dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
Pembangunan dimulai dari Teluk Bayur sampai ke tambang batubara Sawahlunto yang panjangnya 158 km dan melewati kota Padang Panjang.
Jalur ini melewati Lembah Anai dengan topografi yang berbukit-bukit dan berhutan lebat.
Pada tahun 1892, setahun setelah proses pembangunan jembatan rel kereta api di Lembah Anai, tepatnya di Batubadukuang, secara tiba-tiba banjir bandang atau galodo melanda dan merusak jembatan yang baru dibangun tersebut.
Hampir keseluruhan pondasi yang ada saat itu luluhlantah dan rusak karena banjir yang terjadi saat itu.
Salah satu yang terdampak adalah jembatan rel kereta api. Akan tetapi pondasi rel masih berdiri kokoh meski banyak bebatuan yang berukuran kecil hingga besar menerjang.
Revitalisasi dan perbaikan kembali dilakukan pemerintah kolonial Belanda dengan melibatkan warga pribumi. Dan rel kereta api kembali berfungsi dan membantu melintasi kereta api di kawasan Lembah Anai

Pada tahun 2024, tepatnya Sabtu, 11 Mei 2024, banjir bandang di sungai lembah Anai kembali terjadi dan mengulang tragedi banjir pada tahun 1892. Banjir bandang kali ini turut merusak infrastrukur seperti rumah penduduk, tempat usaha masyarakat, tempat wisata dan bahkan juga jalan penghubung kota Padang Panjang menuju kota Padang.
Akan tetapi, pondasi jembatan rel kereta api tersebut masih berdiri kokoh. []
Dok. Christiaan Benjamin Nieuwenhuis, fotografer Hindia Belanda.