Asal Usul dan Hukum Pelaksanaan Puasa Arafah Sehari Sebelum Hari Raya Idul Adha

ARASYNEWS.COM – Pada bulan Dzulhijjah, umat muslim melaksanakan puasa sejak hari pertama hingga hari kesembilan. Puasa ini memiliki keistimewaan dan keutamaannya. Akan tetapi ada satu hari amalan yang sayang untuk dilewatkan, yakni puasa Arafah dalam bulan Dzulhijjah ini.

Puasa ini dilaksanakan pada hari kesembilan. Dan dilaksanakan pada hari Arafah, yakni hari di mana umat Islam berkumpul di Padang Arafah, untuk melaksanakan wukuf sebagai salah satu rangkaian dari ibadah Haji.

Asal Usul Puasa Arafah

Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang sangat dianjurkan, untuk dilaksanakan oleh seluruh umat Islam yang tidak melaksanakan ibadah Haji. Ini sudah menjadi kesepakatan para ulama.

Arafah adalah sebuah nama tempat di Mekkah. Selain nama tempat, Arafah juga merupakan nama hari pada tanggal 9 Dzulhijjah, tepatnya sehari sebelum Hari Raya Idul Adha.

Arafah memiliki arti sebagai ‘keyakinan’. Bertepatan pada hari di mana Nabi Ibrahim as, yakin bahwa mimpinya adalah benar perintah Allah yang harus dijalankan. Untuk mengenang hari di mana Nabi Ibrahim yakin akan perintah Allah, dikenang dengan nama Arafah.

Imam Nawawi dalam Al Majmu’ (6: 428) berkata, “Adapun hukum puasa Arafah menurut Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah: disunnahkan puasa Arafah bagi yang tidak berwukuf di Arafah. Adapun orang yang sedang berhaji dan saat itu berada di Arafah, menurut Imam Syafi’i’ secara ringkas dan ini juga menurut ulama Syafi’iyah bahwa disunnahkan bagi mereka untuk tidak berpuasa karena adanya hadits dari Ummul Fadhl.”

Ibnu Muflih dalam Al Furu’ -yang merupakan kitab Hanabilah- (3: 108) mengatakan, “Disunnahkan melaksanakan puasa pada 10 hari pertama Dzulhijjah, lebih-lebih lagi puasa pada hari kesembilan, yaitu hari Arafah. Demikian disepakati oleh para ulama.”

[]

You May Also Like