Asal Mula Pacu Jalur dan Kisah Mistis Dibaliknya

ARASYNEWS.COM – Jalur atau sampan berukuran panjang telah dikenal pada abad ke-17 di Desa Rantau Kuantan. Lokasi desa itu yakni daerah di sepanjang Sungai Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu hingga Kecamatan Cerenti di hilir.

Saat itu memang belum berkembang transportasi darat, sehingga air (sungai) yang dipergunakan masyarakat sebagai sarana, terutama untuk sarana angkut hasil bumi, pertanian, dan juga orang. Sehingga jalur dibuat dengan ukuran yang panjang.

Jalur-jalur yang dibuat ini adalah dari kayu pohon yang diambil dari dalam hutan. Pembuatannya juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar pada zaman dahulu.

Seiring perubahan waktu, kemudian muncul jalur-jalur yang diberi ukiran indah, seperti ukiran kepala ular, buaya, atau harimau, baik di bagian lambung hingga selembayung-nya. Juga ditambah dengan perlengkapan payung, tali-temali, selendang, tiang tengah (gulang-gulang), serta lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri).

Hanya saja, jalur dengan berbagai macam hiasan ini tidak dipergunakan sebagai sarana angkut, melainkan hanya dipergunakan penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk saja sebagai identitas sosial.

Kemudian, keberadaan jalur itu menjadi semakin menarik, yakni dengan digelarnya acara lomba adu kecepatan antarjalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama Pacu Jalur.

Pada masa penjajahan Belanda pacu jalur diadakan untuk memeriahkan perayaan adat, kenduri rakyat dan untuk memperingati hari kelahiran ratu Belanda wihelmina yang jatuh pada tanggal 31 Agustus. Kegiatan pacu jalur pada zaman Belanda di mulai pada tanggal 31 Agustus sampai awal September.

Perayaan pacu jalur tersebut dilombakan selama 2-3 hari, tergantung pada jumlah jalur yang ikut pacu. Menurut orang-orang tua, pada zaman Belanda jumlah jalur belum banyak sampai sekarang seperti pada saat sekarang yang jumlah nya sampai ratusan buah. Pada masa itu jumlah jalur hanya berkisar antara 22 sampai 30 buah jalur.

Sedangkan, arena lomba pacu jalur bentuknya mengikuti aliran Sungai Batang Kuantan, dengan panjang lintasan sekitar 1 km yang ditandai dengan enam tiang pancang.

Namun, seiring perkembangan zaman, akhirnya Pacu Jalur diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Oleh karena itu Pacu Jalur diadakan sekitar bulan Agustus. Tergantung pada jumlah jalur yang ikut pacu, dan biasanya jalur yang mengikuti perlombaan mencapai lebih dari 100 jalur dari berbagai desa.

Menurut masyarakat setempat konon sudah ada sejak tahun 1903 ini menjadi agenda tetap Pemerintah Provinsi Riau untuk menarik wisatawan nusantara maupun mancanegara untuk berkunjung ke Riau, khususnya di Kabupaten Kuantan Singingi.

Selain itu, jalur yang dibuat pada zaman dahulu, tidak hanya melibatkan unsur fisik, namun juga hal-hal yang bersifat mistis. Paranormal merupakan tokoh berkaitan dengan jalur. Perannya terlihat dengan jelas mulai dari menetapkan lokasi pencarian kayu, memilih kayu yang akan dibuat jalur, pemberian nama jalur, sampai pada pacuan berlangsung.

Menurut masyarakat setempat jalur adalah ”perahu besar” terbuat dari kayu bulat tanpa sambungan dengan kapasitas 45-60 orang pendayung (anak pacu). Panjang jalur antara 16 m s/d 25 m dan lebar bagian tengah kir-kira 1,3 m s/d 1,5 m.

Mulanya jalur juga dipakai sebagai menyambut tamu-tamu terhormat seperti raja, sultan yang berkunjung ke Rantau Kuantan.

Kemudian, sejak tahun 1905 jalur tersebut di lombakan (dipacukan) dan mulai saat itu, dikenal dengan nama PACU JALUR. Artinya jalur yang dipacukan (dilombakan) atau lomba jalur.

Dan kini warna warni kostum dan dentum suara meriam penanda mulai lomba, serta teriakan pemberi semangat menjadi daya tari budaya lokal asli Kuantan Singingi Riau yang pantas dinanti dan dinikmati. Dan ditambah lagi dengan adanya tarian anak jalur yang berada di depan jalur dengan mengenakan pakaian khas. []

You May Also Like