
ARASYNEWS.COM, JAKARTA – Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jenderal Dudung Abdurachman kembali jadi perbincangan media dan warganet. Ia akhirnya angkat bicara soal tudingan mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo bahwa militer Angkatan Darat (AD) tengah disusupi oleh PKI.
Letjen Dudung menegaskan kalau diorama G30S/PKI di Museum Darma Bhakti Kostrad diambil oleh pembuatnya yakni Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution.
Mantan Pangdam Jaya itu menyebutkan alasan Letjen AY Nasution meminta diorama itu karena merasa berdosa karena sudah membuat patung.
Azmyn membuat diorama tersebut saat dirinya menjabat sebagai Panglima Kostrad ke-34 periode 2011-2012. Namun beberapa waktu ke belakang yang bersangkutan meminta izin kepada Dudung untuk membawa diorama tersebut.
“Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan,” kata Dudung dalam keterangan tertulisnya, pada Selasa (28/6/2021) kemarin.
Dudung pun membantah apabila penarikan patung Jenderal TNI AH Nasution (Menko KSAB), Mayjen TNI Soeharto (Panglima Kostrad), dan Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo (Komandan RPKAD) itu atas dasar kemauan pihaknya untuk melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G30S/PKI.
“Saya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Piere Tendean dalam peristiwa itu,” kata dia.
Selain itu, Dudung juga menilai kalau tudingan yang disampaikan Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo merupakan tindakan keji terhadap pihaknya. Menurut Dudung, seharusnya Gatot bisa melakukan klarifikasi terlebih dahulu sebelum menyebarkan tudingan kepada publik.
“Dalam Islam disebut tabayun agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang membuat fitnah, dan menimbulkan kegaduhan terhadap umat dan bangsa,” tukasnya.
Pernyataan Dudung itu pun ramai dikomentari warganet. Beberapa diantaranya yang mengingatkan Letjen Dudung soal pernyataan terkait fanatisme agama.
Dikatakan warganet, bahwa kepentingan pribadi sudah mengalahkan kepentingan negara. Dan Pak Dudung akhirnya lebih membela kepentingan pribadi. []