
ARASYNEWS.COM – Tahun baru Islam juga dikenal dengan tahun baru Hijriyah. Memasuki tahun baru 1 Muharram, ada doa yang biasa dibacakan:
“Allahumma antal-abadiyyul-qadiimul-awwal. Wa alaa fadhlikal-azhimi wujuudikal-mu awwal. Wa haadzaa aamun jadiidun qad aqbal. Nas alukal ishmata fiihi minasy-syaithaani wa auliyaa-ihii wa junuudihii. Wal auna alaa haadzhihin-nafsil-ammarati bis-suu-i. Wal-isytighaala bimaa yuqorribuni ilaika zulfa. Yaa dzal-jalaali wal-ikraam. Wa shallallaahu alaa sayyidina Muhammadin wa alaa aalihi wa shahbihii wa sallam.”
Artinya: “Ya Allah Engkaulah yang abadi, dahulu, lagi awal. Dan hanya kepada anugerah-Mu yang Agung dan Kedermawanan-Mu perlindungan dalam tahun ini dari godaan setan, kekasih-kekasihnya dan bala tentaranya. dan kami memohon pertolongan untuk mengalahkan hawa nafsu amarah yang mengajak pada kejahatan, agar kami sibuk melakukan amal yang dapat mendekatkan diri kami kepada-Mu wahai Dzat yang memiliki Keagungan dan kemuliaan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, dan ke atas para keluarga dan sahabatnya.”
Memahami tahun baru Islam, bagi umat muslim muslimah, ada peristiwa dan sejarah dibaliknya.
Tahun baru hijriyah diperingati dengan maksud agar umat Islam mampu mengambil i’tibar (pelajaran) dari peristiwa hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad ﷺ dari Makkah ke Madinah.
Sejarah Tahun Baru Hijriyah
Tahun Hijriyah bagi umat Islam dipahami sebagai bulan Hijrahnya Nabi Muhammad ﷺ dari Makkah ke Madinah, yang sebelumnya bernama “Yastrib”.
Sebenarnya kejadian hijrah Rasulullah tersebut terjadi pada malam tanggal 27 Shafar dan sampai di Yastrib (Madinah) pada tanggal 12 Rabiul awal, atau pada 622 Masehi
Pemahaman bahwa bulan Muharram adalah bulan Hijrah Nabi disebabkan oleh proses hijrah yang sebenarnya sudah dimulai sejak bulan Muharram, sesaat setelah Nabi dibaiat di akhir bulan Dzulhijjah.
Penetapan bulan Muharram sebagai bulan yang pertama dalam kalender Qamariyah ditetapkan oleh Umar bin Khattab yang merupakan khalifah kedua sesudah Abu Bakar. Penetapan ini selanjutnya dijadikan titik awal mula kalender bagi umat Islam dengan diberi nama Tahun Hijriyah.
Pada masa Kekhalifahan Umar inilah para sahabat sepakat untuk menggunakan hijrah Nabi Muhammad sebagai titik awal era Islam. Dengan menetapkan hijrah sebagai titik awal, umat Muslim memiliki fondasi yang kuat untuk mengukur waktu dan mengidentifikasi diri mereka sebagai umat Islam.
Dengan demikian, kalender Islam bukan hanya sekadar alat pengukur waktu, tetapi juga lambang identitas dan warisan umat Muslim. Para sahabat Nabi telah memahami pentingnya menjaga ketertiban dan konsistensi dalam penggunaan kalender ini, sehingga memastikan bahwa perintah Allah dan Rasul-Nya tetap terjaga.
Dalam peristiwa hijrah tersebut, umat Muslim-Muslimah hendaknya mengambil makna dan pesan yang terkandung. Terutama dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kita umat Islam di Indonesia, bukan diartikan berpindah tempat, melainkan hijrah dalam makna hijratun nafsiah dan hijratul amaliyah. Dan bagi yang telah berada pada jalan yang benar-benar hijrah, sebaiknya Istiqomah dalam berhijrah dan lebih memperbaiki dan memperdalam untuk menjadi lebih baik lagi.
Dan ada baiknya umat Islam mengisi Tahun Baru Hijriyah ini dengan meningkatkan keimanan dan ibadah kepada Allah SWT. []
Wallahu alam