LAPAN Beri Penjelasan Terkait Fenomena Langit Pasca Gempa di Langit Blitar

ARASYNEWS.COM – Viralnya video dan foto memperlihatkan fenomena yang aneh terjadi di langit Blitar pasca gempa, dijelaskan LAPAN melalui Andi P Hasanuddin.

Ia menyebutkan keanehan yang terjadi pada awan yang terlihat di Blitar, Jawa Timur saat pasca gempa kuat berkekuatan M 6,1 pada 10 April 2021 adalah fenomena yang biasa.

“Itu adalah irisasi atau cloud irisdence, yang bersumber dari dua kemungkinan, yakni difraksi cahaya Matahari atau interferensi cahaya matahari, yang terjadi pada butir-butir air atau kristal-kristal es mikro di bagian transparan dari awan,” terang dia.

“Hal ini adalah berdasarkan kedudukan matahari, yang dapat diprakirakan dari foto dan video yang tersebar. Kehadiran awan tebal dengan tepian bening, maka dapat diperkirakan itu adalah Irisasi atau Cloud Irisdence,” kata dia.

Pada irsasi, awan menghalangi pandangan kita ke matahari. Bagian tepi awan cukup tipis dan transparan, memungkinkan cahaya matahari yang melintasinya terdifraksi atau terinterferensi.

Karena bukan cahaya monokromatik (sinar dengan warna tunggal), maka difraksi atau interferensi cahaya matahari tidak menghasilkan pola gelap dan terang sebagaimana halnya biasa dipraktikkan di laboratorium fisika. Melainkan membentuk warna-warna pelangi.

“Fenomena ini mirip saat kita bermain gelembung sabun. Pada gelembung terlihat pendaran warna-warna pelangi. Itulah produk difraksi atau interferensi cahaya matahari oleh lapisan tipis,” jelasnya.

“Ukuran kristal es menjadi penentu. Jika butir-butir kristalnya lebih besar membentuk lempeng heksagonal, maka yang akan terjadi adalah lingkaran cahaya atau halo,” jelasnya.

“Irisasi produk difraksi terbentuk saat jarak sudut antara Matahari dan awan warna-warni tersebut kecil dari 10 derajat. Sebaliknya jika besar dari 10 derajat maka interferensi lebih dominan,” terangnya.

Ia mengatakan, interaksi cahaya matahari dengan butir-butir air atau kristal es dalam awan tak hanya menghasilkan halo matahari yang populer itu. Namun juga bisa memproduksi irisasi dan pelangi api.

“Fenomena-fenomena ini dianggap sebagai pemandangan langit yang wajar sehingga tak pernah dimasukkan ke dalam laporan cuaca,” pungkasnya. []

You May Also Like