ARASYNEWS.COM, TEMBILAHAN – Musibah dialami pasangan suami istri di Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, provinsi Riau, Khaidir dan Nova Hidayati. Pasangan ini kehilangan bayi perempuan mereka dan tidak dapat tertolong saat akan melahirkan. Kejadian ini terjadi di Puskesmas Gajah Mada di Tembilahan.
Bayi perempuan mereka meninggal dunia karena terputus antara badan dan kelapa saat proses persalinan. Khaidir (ayah bayi) disebut menyaksikan kepala anaknya terputus dan tertinggal di dalam perut istrinya.Proses persalinan di puskesmas itu, Khaidir memang mendampingi istrinya.
Berdasarkan keterangan sang suami (Khaidir) melalui kuasa hukumnya, Hendri Irawan mengatakan, air ketuban Nova telah pecah saat dibawa ke Puskesmas yang berjarak sekitar 15 menit dari rumah.
“Dibawa ke Puskesmas dalam keadaan ketuban sudah pecah dari rumah. Jarak dari rumah juga ke Puskesmas sekitar 15 menit. Suaminya sempat minta ambulan untuk dibawa ke rumah sakit, tapi karena secara BPJS harus rujukan dulu di Puskesmas kalau mau ke RSUD,” diceritakan Hendri, Kamis (1/9) dikutip dari Antara.
Kemudian, pihak puskesmas, ada tiga orang bidan di Puskesmas Gajah Mada yang langsung mengambil tindakan untuk proses persalinan mengeluarkan bayi. Dan bidan, dikatakan Hendri, mengetahui bahwa bayi dalam keadaan sungsang di dalam perut, bagian bokong (pantat) bayi sudah keluar dari rahim atau terlihat dari luar.
“Posisi bayi sungsang, pantatnya terlihat. Harusnya tidak boleh ditangani bidan, karena kapasitas bidan itu bukan menangani bayi sungsang,” kata Hendri.
Alhasil, proses persalinan yang dilakukan pun fatal terjadi. Bayi yang dilahirkan putus kepala dengan badannya. Ia mengatakan daei keterangan Khaidir, darah sempat terlihat mengucur setelah terputus saat proses persalinan di Puskesmas itu.
Melihat darah mengucur, Khaidir langsung syok. Sementara istrinya langsung dibawa ke RSUD setempat untuk dapat tindakan medis mengeluarkan kepala bayinya yang masih tertinggal di dalam rahim.
“Setelah kejadian itu baru kemudian dibawa ke RSUD untuk ditangani dokter spesialis mengeluarkan kepala bayi yang tertinggal,” diceritakannya.
“Bidan di Puskesmas itu mengetahui kalau itu sungsang, bukan ranah bidan untuk melakukan persalinan. Harusnya dirujuk ke rumah sakit, namun mereka malah tetap lakukan persalinan dengan alasan panggilan kemanusiaan,” terang Hendri
Hendri juga mengatakan bahwa keberadaan rumah sakit, yakni RSUD Puri Husada hanya berkisar kurang dari tiga kilometer dari Puskesmas Gajah Mada. Sehingga tak butuh waktu lama untuk bisa dirujuk dan ditangani dokter spesialis kandungan.
“Padahal Puskesmas ke RSUD itu sekitar 5 menit jalan kaki,tidak sampai 3 kilometer kalau dirujuk,” kata Hendri.
Melihat kondisi itu, keluarga menduga ada tindakan yang salah dilakukan tiga bidan di puskesmas itu. Hal itu dinilai sebagai malpraktik atau kelalaian dalam standar profesional yang menyebabkan seseorang meninggal.
Khaidir juga tengah berdiskusi untuk melanjutkan hal ini ke ranah selanjutnya.
“Kami menduga itu malpraktik. Ini karena seharusnya tak ditangani bidan, harusnya ditangani dokter karena posisi sungsang,” katanya.
Diketahui, proses persalinan yang terjadi di Puskesmas Gajah Mada itu terjadi pada Jum’at (26/8) malam. Proses persalinan dilakukan di UGD setelah Nova mengalami pecah air ketuban.
Setibanya di puskesmas, Nova langsung ditangani tenaga kesehatan. Namun tak disangka, bayi yang dilahirkan justru tidak utuh alias putus di bagian kepala.
Insiden itu membuat Khaidir (ayah bayi) syok. Nova kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Puri Husada untuk mendapat penanganan medis. []