Ini Penyebab Cuaca dan Suhu Panas yang Melanda Indonesia Beberapa Hari Belakang

ARASYNEWS.COM – Ramai dikeluhkan masyarakat di Indonesia dan berbagai negara tentang cuaca terik dan suhu yang panas yang melanda bumi beberapa hari terakhir. Dan berkemungkinan akan terus melanda hingga akhir bulan Mei tahun 2022 ini.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa fenomena ini bukanlah fenomena gelombang panas.

“Secara umum suhu panas di Indonesia berlangsung selama Mei,” kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin, dikutip pada Sabtu (14/5/2022).

Menurut data BMKG pada 12-13 Mei 2022, terpantau suhu terpanas di wilayah Indonesia teramati di Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak dengan suhu 36,4 °C.

Setelah itu, disusul Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Salahuddin dengan suhu 35,4 °C, dan Stasiun Meteorologi Jayapura dengan suhu 35,2 °C.

Ia mengatakan juga agar masyarakat lebih meningkatkan kewaspadaan terkait suhu dan cuaca yang bakal terus akan melanda.

Dijelaskannya, pemicu suhu udara panas pada siang dan malam hari di sejumlah daerah ada beberapa hal, yakni:

  • Posisi semu matahari saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator yang mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau, di mana tingkat pertumbuhan awan dan fenomena hujannya akan sangat berkurang. Sehingga, cuaca cerah pada pagi menjelang siang hari akan cukup mendominasi.
  • Dominasi cuaca yang cerah dan tingkat perawanan yang rendah tersebut dapat mengoptimumkan penerimaan sinar matahari di permukaan bumi, sehingga menyebabkan kondisi suhu yang dirasakan oleh masyarakat menjadi cukup terik pada siang hari.

Adapun data hasil pengamatan BMKG selama periode 1-7 Mei 2022, suhu maksimum berkisar 33-36,1 °C dengan suhu maksimum tertinggi hingga 36,1 °C terjadi di wilayah Tangerang, Banten dan Kalimarau, Kalimantan Utara.

Sementara itu, suhu maksimum tertinggi di Indonesia pada bulan April selama 4-5 tahun terakhir sekitar 38,8 °C di Palembang pada tahun 2019, sedangkan di bulan Mei sekitar 38,8 °C di Temindung Samarinda pada tahun 2018.

World Meteorological Organization (WMO) juga memberikan penjelaskan, bahwa gelombang panas atau dikenal dengan heatwave merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama lima hari atau lebih secara berturut-turut, di mana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5°C atau lebih.

Biasanya fenomena gelombang panas terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika yang dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer di lintang menengah. Sedangkan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah fenomena kondisi suhu panas/terik dalam skala variabilitas harian.

Untuk menjaga tubuh dari cuaca panas yang terjadi, masyarakat dapat tetap memenuhi kecukupan cairan tubuh terutama bagi yang beraktivitas di luar ruangan agar tidak dehidrasi.

Untuk peta suhu maksimum harian yang dirilis BMKG dapat dipantau melalui laman http://web.meteo.bmkg.go.id/pengamatan/pengataman-harian.

Sedangkan untuk nformasi cuaca terkini yang dirilis BMKG dapat diakses melalui http://www.bmkg.go.id, media sosial @infoBMKG, aplikasi “Info BMKG”, atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat di Indonesia.

Sebagai tambahan informasi, atmosfer Bumi memiliki serangkaian lapisan, yang masing-masing memiliki ciri khas tersendiri. Lapisan atmosfer tersusun dari troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, dan eksosfer.

Secara bertahap, eksosfer yang merupakan lapisan atmosfer terluar, memudar ke ranah ruang antarplanet.

Eksosfer, lapisan atmosfer terluar dan terluas yang memiliki tekanan udara paling besar. Meskipun beberapa ahli menganggap termosfer sebagai lapisan paling atas dari lapisan atmosfer Bumi, yang lain menganggap eksosfer sebagai “batas akhir” dari selubung gas Bumi.

Dilansir dari University Corporation for Atmospheric Research (UCAR), udara di eksosfer sangat tipis, membuat lapisan ini lebih mirip ruang angkasa daripada termosfer.

Faktanya, udara di eksosfer terus-menerus, meskipun sangat bertahap, “bocor” keluar dari atmosfer Bumi ke luar angkasa.

Dilansir dari Sumber Belajar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kekuatan atau gaya tarik Bumi pada lapisan eksosfer rendah karena jaraknya yang cukup jauh dari permukaan.

Pengaruh gaya berat pada lapisan eksosfer juga sangat kecil karena pada lapisan ini mulai terjadinya interaksi yang sangat keras dengan susunan gas-gas yang ada di luar angkasa.

Lapisan eksosfer merupakan lapisan paling panas daripada lapisan atmosfer lainnya. Disebut pula sebagai ruang antarplanet dan geostasioner. []

Source. BMKG dan kompas.

You May Also Like