Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Ini Sepenggal Kisah Mahmud Marzuki, Harimau Kampar Kebanggaan Buya Hamka

ARASYNEWS.COM, KAMPAR – Provinsi Riau mengusulkan dua nama tokoh pejuang menjadi Pahlawan Nasional, salah satunya adalah Mahmud Marzuki. Usulan ini diajukan Tim Peneliti Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Kabupaten Kampar kepada pemerintah provinsi Riau.

Mahmud Marzuki mempunyai pengaruh dan jasa-jasa besar bagi tanah air, khususnya Provinsi Riau.

Mahmud Marzuki lahir pada tahun 1911, di Desa Kumantan, Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar. Ia meninggal dunia pada 5 Agustus 1946. Setahun setelah puncak perjuangannya. Usianya tidak terlalu tua.

Mahmud Marzuki adalah seorang pendakwah, politikus dan pejuang Riau. Juga merupakan orang pertama yang mengibarkan Bendera Merah Putih pasca kemerdekaan Indonesia di Kampar.

Kisah tentang Mahmud Marzuki tidak asing bagi masyarakat Kampar. Ia mempunyai perawakan yang biasa, tidak terlalu tinggi, tidak juga tegap. Namun suara lantangnya mampu mengobarkan semangat puluhan pemuda di Bangkinang, Kabupaten Kampar, Riau, untuk tidak takut mengibarkan Merah Putih pada saat itu.

Bersama pemuda lainnya, Mahmud Marzuki dengan langkah pasti masuk ke lapangan Controleur Bangkinang (kini Lapangan Merdeka). Berada di puncak, penghormatan bendera Indonesia itu dilakukannya, diikuti puluhan pemuda lainnya.

Pada saat itu, ketakutan membayangi tentara Sekutu dan Jepang yang masih berkeliaran di Bangkinang. Memang terlalu telat karena kabar Indonesia merdeka baru sampai melalui telegram oleh Mahmud Marzuki pada 5 September 1945.

“Awalnya direncanakan pada 9 September 1945, tapi karena kondisi masih mencekam di Riau. Sekutu belum mengakui kemerdekaan dan berniat membantu Belanda menjajah lagi,” dikutip dari keterangan sejarawan Riau, Prof Dr Suwardi Ms.

Pembahasan pengibaran bendera memang cukup alot. Kongres yang digelar di daerah Muara Jalai masih membuat masyarakat masih takut. Namun dengan sigap, ‘Harimau Kampar’ itu berdiri dengan suara lantang agar masyarakat tidak takut.

“Kafir penjajah harus segera diusir, tidak boleh takut di negeri sendiri. Nyawalah untuk kemerdekaan ini,” ucap Mahmud Marzuki yang seketika membakar semangat pemuda di Kampar kala itu.

Mahmud Marzuki mempunyai beragam pendidikan yang dienyamnya, bahkan sampai ke Aligarh Muslim University India. Sebagai tokoh Muhammadiyah di Riau, dia mulai aktif menyuarakan perlawanan dari sekolah-sekolah yang diajarnya.

“Sekarang masih ada sekolah yang didirikannya dulu, Mualimin di Bangkinang,” sebut Suwardi.

Tak hanya guru, tukang pangkas pernah juga dilakoninya di Selat Panjang pada tahun 1934. Perjuangannya juga sampai ke Sumatera Barat sehingga menjadi kebanggaan Buya Hamka, seorang ulama besar di Minangkabau.

“Beliau adalah seorang orator terkenal. Buya Hamka saja mengaguminya,” kata sejarawan lainnya, Abdul Latif Hasyim yang bersama Suwardi meneliti tentang jejak sejarah Mahmud Marzuki.

Kekaguman Buya Hamka ini, jelas Latif, terbukti ketika tokoh pejuang asal Sumatera Barat itu selalu berpidato. Nama Mahmud Marzuki selalu disebut Buya Hamka dan menjadi kebanggaanya.

Menurut Latif, ada dua pejuang yang selalu disebut Buya Hamka. Selain Mahmud, ada pula nama Kasman Singodimedjo (Pahlawan asal Purworejo).

“Kedua nama ini, adalah tokoh muda saat itu yang dibanggakan oleh Buya Hamka. Bangga dengan semangat juang, dan ilmu keagamaan yang dimilikinya. Dua nama ini selalu disebut saat berpidato di Sumatera ini,” jelasnya.

Di Riau, Kampar khususnya, Mahmud Marzuki membentuk semacam pergerakan pejuang. Anggotanya tergabung dalam “Harimau Kampar”.

Ia juga pernah ditangkap usai mengibarkan bendera. Namun, Mahmud Marzuki, hanya setahun bisa menikmati kemerdekaan Indonesia. Dia gugur karena penyakit yang dialami pada 5 Agustus 1946. Penyakit itu akibat siksaan ketika tertangkap Sekutu usai pengibaran bendera kala itu.

Dalam cerita sejarah, awal mula tertangkap Mahmud Marzuki dikenal dengan istilah insiden durian di Danau Bingkuang. Kala itu, tentara Jepang yang masih berada di Riau usai menyerah pada Sekutu dibunuh oleh Pemuda Keamanan Rakyat.

Kala itu, tentara Jepang menghadang pemuda ketika makan durian. Jepang menuduh Mahmud sebagai dalang karena begitu getol mengusir penjajah dan sebagai aktor pengibaran bendera. Mahmud yang mengadakan rapat Komite Nasional Indonesia dijemput serdadu Jepang bersenjata lengkap.

Lokasi rapatnya dikepung. Sejumlah rakyat Indonesia ditembaki agar Mahmud menyerahkan diri. Dengan pertimbangan agar tidak ada jatuh korban lagi, dia menyerah bersama beberapa pemuda lainnya.

Kemudian, Mahmud dibawa ke Pekanbaru, ditahan selama 23 hari. Jepang lakukan penyiksaan, Mahmud Marzuki pun tak sadarkan diri karena terluka.

Setelah ada perundingan antara Indonesia dengan Sekutu dan Jepang, Mahmud Marzuki dan pemuda lainnya dilepaskan. Dia pulang kembali ke Kampar dengan kondisi sakit-sakitan.

Dengan kondisinya itu, Mahmud Marzuki tetap berjuang. Tapi jalan perjuangannya sudah tidak pakai senjata lagi, melainkan mendirikan beberapa sekolah dengan harapan kelak pemuda bisa mengisi kemerdekaan.

Mahmud Marzuki sudah lima kali diajukan sebagai pahlawan Nasional. Dan pada tahun ini diharapkan pemerintah pusat mengakui perjuangan Mahmud Marzuki sebagai Pahlawan Nasional dari Kampar, Riau.

Untuk diketahui, Provinsi Riau telah memiliki beberapa Pahlawan Nasional. Di antaranya adalah Tuanku Tambusai. Tuanku Tambusai lahir pada 5 November 1784 di Desa Dalu-dalu, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Dan meninggal dunia pada 12 November 1882 di Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia.

Lalu, Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syarifuddin atau dikenal dengan Sultan Syarif Kasim II. Lahir pada 1 Desember 1893 di Kabupaten Siak Sri Indrapura. Sultan Syarif Kasim meninggal dunia pada 23 April 1968 di Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru.

Dan pada tahun ini, bersama Mahmud Marzuki, juga ada nama Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah atau dikenal Marhum Pekan. Ia adalah pendiri Kota Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau. Sultan kelima Kerajaan Siak Sri Indra Pura ini memerintah pada tahun 1780-1782. Dia diketahui wafat pada 1782 M. []

You May Also Like