ARASYNEWS.COM – Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam, berupa kalam Allah SWT yang menjadi petunjuk dan pedoman hidup manusia.
Sebagai salah satu mukjizat yang diberikan Allah SWT, Al-Qur’an merupakan kitab suci yang di dalamnya penuh tuntunan sejarah masa lalu dan ikutan sampai dengan hari zaman kelak serta sejumlah keistimewaan lainnya,
Salah satu yang dipertunjukkan dalam Al-Qur’an adalah tentang keberagaman suku bangsa.
Salah satu yang paling spesifik, dan seringkali dijadikan landasan keniscayaan kehidupan berbangsa dan bernegara, adalah surah al-Hujurat [49]: 13, yang isinya adalah sebagai berikut,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Wahai manusia! Sesungguhnya kami telah menciptakan kalian menjadi laki-laki dan perempuan, dan (dengan menciptakan manusia berpasangan) kami telah jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling bertakwa diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui”
Yang tersirat dalam ayat ini yakni pada awalnya manusia dari keturunan yang sama, yaitu Nabi Adam AS.
Kemudian, ketika Allah takdirkan ada pasangannya, yaitu Siti Hawa, jadilah manusia kemudian berketurunan terus menerus berkembang biak, menyebar ke seluruh penjuru bumi dengan beragam bangsa dan warna kulit.
Hal itu dijelaskan oleh Ibn Katsir dalam tafsirnya, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim ketika menafsirkan ayat 1 dalam surah An-Nisa
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
“Wahai manusia!, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari jiwa yang satu, dan menciptakan dari jiwa tersebut pasangannya dan memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kalian saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu”.
Kenyataannya bahwa manusia berasal dari nenek moyang yang sama lalu berkembang biak sehingga menjadi bersuku dan berbangsa dikaitkan langsung dengan ajaran menjaga hubungan kekeluargaan.
Ibn Katsir, masih dalam karya tafsirnya, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, mengutip sekian riwayat berisi kritik terhadap Rasulullah.
Kritik itu berisi merendahkan orang lain, yakni ketika Bilal yang berkulit hitam yang awalnya merupakan budak yang telah bebas diperintahkan mengumandangkan azan.
Allah menurunkan ayat tersebut, untuk melarang mereka saling berbangga karena keturunan, berlomba memperbanyak harta, menghina yang fakir.
Sesungguhnya intinya adalah ketakwaan. Maksudnya: semua manusia itu keturunan Adam dan Hawa. Dan yang ditekankan pada ini yang membedakan kemuliaan seseorang hanya terletak pada ketakwaannya. []