ARASYNEWS.COM – Kasus pembunuhan kerap terjadi sejak zaman dahulu. Pembunuhan dilakukan dengan berbagai motif, mulai dari merampas harta benda, pemerkosaan, rasa tidak senang, tabrakan lalu lintas, dan lainnya.
Kasus-kasus pembunuhan bahkan membuat heboh masyarakat. Bahkan dilakukan penyelidikan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi.
Kasus pembuahan telah ada sejak zaman dahulu. Bahkan yang pertama terjadi di dunia adalah yang dilakukan Qabil dan Habil.
Kisah dua anak Nabi Adam yakni Qabil dan Habil menjadi awal terjadinya pembunuhan pertama di muka bumi.
Tetapi, misteri yang akan disampaikan kali ini adalah yang terjadi di jalan lintas Sumatera Barat (Sumbar) – Riau. Kejadian ini melibatkan seseorang terbunuh. Dan orang tersebut adalah warga Jepang.
Kisah ini terus beredar sejak dahulu hingga sekarang ini. Hanya saja tidak banyak yang mengetahui dan beredar lagi terutama pada generasi sekarang ini.
Dari berbagai sumber, menceritakan pembunuhan ini adalah kisah tragis seorang ilmuwan Jepang, Tomoko Ishizawa, berakhir tragis di Kelok Sembilan Sumatera Barat.
Kisah ini perjalanan pahit seorang ilmuwan yang menjadi korban kekejaman dan pencarian keadilan di tengah ketidakadilan.
Dilansir arasynews.com, dari liputan6 dan timenews, menuliskan Tomoko Ishizawa adalah seorang perempuan ilmuwan asal Jepang yang dikenal dalam bidang penelitian tumbuhan dan budaya lokal.
Berawal dari Yogyakarta, ia bertemu seorang teman di Sumbar, bernama Edi Alharison. Kemudian terjalin kisah asmara dan menikah pada tahun 2001.
Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Setelah dua tahun hidup bersama di Indonesia, Tomoko harus kembali ke Jepang setelah menyelesaikan penelitiannya.
Hubungan jarak jauh mulai mengikis kemesraan mereka, dengan komunikasi hanya melalui telepon dan email.
Pada tahun 2005, Edi memohon kepada Tomoko untuk datang ke Indonesia guna mengurus perceraian mereka
Namun, niat baik ini berubah menjadi tragedi yang mengerikan.
Tomoko tewas dibunuh oleh Edi dan sepupunya, Jonny Rahman, di rumah mereka di Payakumbuh, Sumatera Barat.
Jenazahnya dikubur di daerah terpencil, Kelok Sembilan, yang terkenal dengan tikungannya. Edi dan Jonny mengubur jasad korban di bawah batu penahan longsor.
Keluarga Tomoko di Jepang, yang menunggu kepulangannya tanpa ada kabar, akhirnya mengetahui nasib tragis yang menimpa putri mereka.
Mereka melaporkan hilangnya Tomoko kepada otoritas Jepang setelah mencurigai penarikan dana yang tidak wajar dari rekening Tomoko di bank lokal.
Kasus pembunuhan ini akhirnya terungkap, dan Edi beserta Jonny dan Yulia Asmarani, istri barunya, diadili di Pengadilan Negeri Payakumbuh.
Mereka dijatuhi hukuman yang berat: Edi 20 tahun penjara, Jonny 18 tahun, dan Yulia 10 tahun penjara.
Tragedi ini tidak hanya merenggut nyawa seorang ilmuwan yang berbakat, tetapi juga mengungkap sisi gelap dari manusia yang tak terduga.
Kisah Tomoko Ishizawa dan akhir tragisnya di Indonesia memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kepercayaan, pengkhianatan, dan keadilan.
Kedutaan Besar Jepang di Indonesia berkoordinasi dengan Kepolisian Daerah Metro Jaya lalu mengusut keberadaan Tomoko. Mereka menelusuri bukti-bukti dan catatan transaksi melalui anjungan tunai mandiri (ATM) sebelum rekening Tomoko diblokir.
Terdeteksi ada penarikan tunai yang sering dilakukan di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan. Kasus itu makin terang setelah kamera tersembunyi di ruangan ATM merekam tiga wajah penarik uang Tomoko.
Polda Metro Jaya lalu melimpahkan kasus ke Kepolisian Daerah Sumbar. Setelah cukup bukti, Edi dan istri mudanya Yulia Asmarani serta sepupunya Joni Rahman dicokok di sana.
Satu bulan setelah pembunuhan, mayat Tomoko ditemukan. Hasil otopsi Tim Forensik Polda Sumbar menyimpulkan wanita tak beridentitas itu meninggal akibat dicekik. Jenazah lalu dikremasi di Kota Padang.
Akibat perbuatan jahat mereka, Wakil Direktur Reserse dan Kriminal Polda Sumbar Ajun Komisaris Besar Polisi Ade R. Suhendi pada saat itu mengatakan, para tersangka masing-masing dijerat hukuman minimal dua puluh tahun kurungan penjara. []