ARASYNEWS.COM – Sebanyak 74 persen dari total temuan kasus Omicron di Indonesia dialami pasien yang telah menerima vaksin dosis lengkap dengan kondisi tanpa gejala dan ringan. Hal ini diungkapkan Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi dalam keterangannya.
“Artinya varian Omicron memiliki tingkat penularan yang tinggi, tapi dengan risiko sakit berat yang rendah. Walaupun begitu, masyarakat tetap harus waspada karena situasi dapat berubah dengan cepat,” kata Siti Nadia melalui pernyataan tertulis, yang diterima redaksi, Sabtu (1/1/2021).
Nadia menjelaskan, pada awal temuan kasus Omicron di Indonesia, dari 46 temuan, sebanyak 15 orang di antaranya (32,6 persen) merupakan pelaku perjalanan dari Turki.
Kemudian, sisanya adalah kasus konfirmasi Omicron yang berasal dari pelaku perjalan dari Inggris, UEA, Arab Saudi, Jepang, Malaysia, Malawi, Republik Kongo, Spanyol, Amerika, Kenya, Korea, Mesir, dan Nigeria.
Nadia berujar sebanyak temuan 74 persen penderita Omicron tersebut adalah pasien yang sudah divaksin lengkap, 80 persen tanpa gejala atau bergejala ringan, dan 96 persen kasus adalah WNI.
Nadia menerangkan, berdasarkan laporan WHO HQ. Enhancing readiness for Omicron (B.1.1.529): Technical Brief and Priority Actions for Member States, 23 Desember 2021, disebutkan varian Omicron memiliki karakteristik penularan yang lebih cepat daripada varian Delta pada negara-negara yang telah mengalami transmisi komunitas.
Di Inggris, tingkat keparahan varian Omicron menyebabkan 29 kematian. Estimasi risiko masuk perawatan gawat darurat Omicron 15-25 persen lebih rendah dibandingkan Delta. Estimasi risiko hospitalisasi atau rawat inap satu hari atau lebih akibat Omicron mencapai 40-45 persen lebih rendah. Mutasi Omicron mengurangi efektivitas antibodi monoklonal, termasuk Ronapreve atau kombinasi Casirivimab dan Imdevimab. Data awal menunjukkan Sotrovimab masih bisa menghambat Omicron dibandingkan antibodi monoklonal lainnya.
Data WHO dari penghitungan prediksi peningkatan kasus akibat Omicron dibandingkan dengan varian Delta dan dengan mempertimbangkan tingkat penularan dan risiko keparahan, maka didapati hasil kemungkinan akan terjadi peningkatan penambahan kasus yang cepat akibat Omicron. “Namun diiringi dengan tingkat penggunaan tempat tidur rumah sakit atau ICU yang lebih rendah dibandingkan dengan periode Delta,” ujarnya.
Terkait temuan kasus baru ini, Kemenkes mendorong upaya pencegahan dan pengendalian serta upaya mitigasi lainnya harus tetap berjalan optimal untuk mengantisipasi potensi gelombang lanjutan pada 2022.
Dalam kesempatan itu juga, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Ditjen P2P Kemenkes itu mengingatkan masyarakat untuk menunda perjalanan ke luar negeri bagi para WNI karena resiko penularan yang besar.
Diimbau, kepada masyarakat yang sedang berada di luar negeri tetap jalankan protokol kesehatan. Dan untuk masyarakat di Indonesia diminta untuk menunda perjalanan keluar negeri. []