Istana Kerajaan Rokan, Asal Usulnya dan Pergantian Simbolnya

ARASYNEWS.COM – Istana Rokan adalah salah satu objek wisata sejarah yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh BPCB Sumatera Barat.

Istana ini terletak di daerah Rokan Hulu. Istana Rokan adalah peninggalan dari kesultanan “Nagari Tuo” yang telah berumur lebih 200 tahun.

Disekitar istana terdapat beberapa rumah penduduk dan memiliki koleksi ukiran dan bentuk bangunan lama khas Melayu.

Dari keterangan orang-orang terdahulu, istana raja Rokan yang terdahulu dan pertama bernama Rokan Tinggi. Lokasinya kerajaan Rokan berdiri di sebarang sungai Rokan Kiri.

Raja pertamanya dari Pagaruyung di Sumatera Barat pada 1600-an dan bergelar Sutan Ibrahim. Kemudian dimasa raja kedua, bangunan pindah ke lokasi sekarang ini dan berdiri juga perkampungan.

Lokasi istana saat ini berada di Rokan Koto Ruang, Kecamatan Rokan IV Koto, Kabupaten Rokan Hulu, Riau.

Dipindahkan ke lokasi sekarang ini karena kawasan yang dahulu didominasi oleh air, sekitar 6 kilometer ke arah hilir yang dikenal dengan negeri Sitinjau Laut.

Dahulunya, Istana Rokan terdapat simbol yang mirip naga, namun, secara khazanah Melayu, simbol tersebut tidak dikenal dan diganti dengan simbol buaya.

Adapun pergantian ini, dari panelitian, merupakan khazanah Melayu. Simbol tersebut merujuk sebuah perjanjian antara para raja dan buaya untuk saling menghormati dan tidak saling menyakiti.

Nama kesultanan Rokan berasal dari bahasa Arab “Rokana” yang berarti damai dan rukun. Kesultanan yang merupakan kerajaaan Rokan Tua ini memiliki beberapa sultan yang berasal dari Minangkabau, seperti Sultan ke-6 yang mana seorang raja pertama yang datang dari Pagaruyung bernama Yang Dipertuan Sakti Mahyuddin.

Kesultanan ini didirikan oleh Sultan Seri Alam dari Koto Banio Tinggi di tahun 1340. Terdapat 15 sultan yang memerintah kerajaan sampai akhirnya Kesultanan mengalami kehancuran. Berikut nama-nama ke-15 Sultan yang pernah memerintah kesultanan ini, yakni: Sultan Seri Amal (1340-1381), Tengku Raja Rokan (1381-1454), Tengku Sutan Panglima Dalam (1454-1572), Tengku Sutan Sepedas Padi (1519-1603), Tengku Sutan Gemetar Alam (1572-1603), Yang Dipertuan Sakti Mahyuddin (1603-1645), Yang Dipertuan Sakti Lahid (1645-1704), Tengku Sutan Rikan (Pemangku) (1704-1739), Yang Dipertuan Sakti Selo (1739-1805), Andiko Yang Berempat (Wakil) (1805-1817), Dayang Datuk Mahudun Sati (Pemangku) (1817-1837), Yang Dipertuan Sakti Ahmad (1837-1859), Yang Dipertuan Sukti Husin (1859-1880), Tengku Sutan Zainal (1880-1903), Yang Di Pertuan Sakti Ibrahim (1903-1942)

Setelah diperintahkan oleh sultan terakhirnya. Kesultanan Rokan IV Koto mengalami kehancuran disebabkan karena invasi dari Aru dan Aceh bagian utara. Adapun yang tersisa saat ini adalah Istana Rokan.

Dengan beragaamnya cerita sejarah, ada sejarah yang sudah banyak di ketahui di kalangan semua orang dan masyarakat, dimana istana ini dikenal dengan sebutan istana berukir naga karena hampir di setiap bagian sisi dari istana ini terdapat kayu yang berukiran gambar naga.

Diperkirakan, kerajaan Rokan sudah berdiri sejak abad ke 18, usai runtuhnya kerajaan Rokan Tua.

Kini, Istana Rokan IV Koto satu-satunya istana kerajaan yang tersisa di kabupaten Rokan Hulu.

Kerajaan Rokan IV Koto terletak berdampingan dengan Kerajaan Kunto Darussalam yang sama-sama terletak di kawasan Rokan Kiri.

Sementara tiga kerajaan lainnya terletak di kawasan Rokan Kanan, yakni kerajaan Tambusai, kerajaan Rambah, dan kerajaan Kepenuhan. Sejarah-sejarahnya seakan hilang seperti bangunannya.

Bangunan Istana Rokan IV Koto

Istana Rokan merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Rokan yang merupakan salah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di daerah Rokan Hulu.

Istana Rokan yang terlihat saat ini dibangun dengan gaya arsitektur Melayu Rokan dengan ukiran naga-naga, serta berbagai ukiran bermotif tumbuhan (flora) yang menghiasi sisi tertentu istana.

Istana ini diperkirakan dibangun pada abad ke-18 dan telah berusia 200 tahun lebih.

Di sekitar Istana Rokan juga terdapat perkampungan penduduk dengan suku dan kaum yang terdiri dari: Suku Melayu, Suku Bendang, Suku Patapang, Suku Maeh, Suku Mandahiling, dan Suku Caniago.

Bangunan tersebut berada pada sebidang tanah yang dipagari. Bentuk bangunan Istana Rokan merupakan rumah panggung yang terlihat pada keberadaan kandang, tiang-tiang yang tinggi dan juga sandi yang berada di bagian bawah tiang.

Bangunan Istana Rokan, hampir mirip dengan bentuk rumah tradisional di Minangkabau, namun lengkungan gonjong sangat rendah bilang dibandingkan dengan gonjong pada rumah gadang.

Dari sisi depan sangat terlihat kemegahan dari bangunan, dengan ukuran yang cukup besar dan dilengkapi dengan ornamen yang khas, terutama ukiran hewan naga.

Pada sisi depan terdapat 3 tangga masuk berbahan kayu yang masing-masing berjumlah 4 anak tangga. Pada bagian sisi dalam anak tangga dilengkapi dengan hiasan berupa ukiran sulur-suluran.

Lantai terbuat dari papan yang memiliki ketinggian 2 meter dari tanah. Jumlah tiang penyangga bangunan berjumlah 18 buah dengan diameter tiang 25 cm.

Tiang-tiang luar diberi hiasan tempel ukir-ukiran berbentuk sulur-suluran. Tiang dibagian tangga pintu masuk berjumlah 6 buah pada bagian atas tiang di bentuk seperti kuncup bunga melati dalam 2 tingkatan. Bagian dinding bangunan tingkat bawah dan tingkat atas bermotif polos. Hanya pada lis dasar dinding bagian bawah diberi ukir-ukiran.

Bangunan istana bertingkat tiga yang keseluruhan komponen bangunan terbuat dari kayu. Pintu masuk istana terdapat pada bagian timur istana. Pada bagian bawah pintu masuk istana terdapat ornament ukiran berbentuk naga yang saling berhadapan dengan dipisahkan oleh “bunga”.

Masuk istana kita harus melewati tangga yang terbuat dari kayu. Pintu satu lagi terdapat di bagian barat istana, mempunyai tangga dari kayu juga. Lantai pertama dibagi menjadi dua bagian, yaitu ruangan depan yang berukuran 14,9 x 4,2 meter, dan ruangan belakang yang berukuran 4,1 x 8,9 m. Antara ruangan depan dan ruangan belakang dihubungkan oleh sebuah pintu. Di samping kiri kanan ruang belakang terdapat ruangan kecil (kamar) yang berukuran masing-masing 4,1 x 3 meter. Pada masing-masing kamar dapat sebuah pintu. Jendela yang terdapat pada bangunan tingkat pertama berjumlah 11 buah ,yaitu 4 buah dibagian muka, 1 buah di samping kiri, 1 buah di samping kanan dan 5 buah di bagian belakang. Tinggi ruangan tingkat pertama 3,1 meter.

Tingkat kedua merupakan sebuah ruangan denah empat persegi panjang dengan ukuran 14,45 x 7,8 meter. Ruangan ini tanpa jendela, tanpa dinding. Pada keempat sisi ruangan berbatasan langsung dengan atap seng. Cahaya masuk melalui dua buah atap asbes/plastik yang dipasang sebagai penerang ruangan. Tinggi ruangan ini 2,25 meter

Sedangkan tingkat ketiga/paling atas merupakan terdapat ruangan yang berukuran 3,1 x 9,2 meter. Tinggi ruangan bagian tengah 4,11 meter, tinggi bagian tepi ruangan 1,92 meter.

Terdapat 8 jendela, yaitu bagian muka dan belakang terdapat 3 buah jendela dan bagian samping terdapat masing-masing 1 buah. Jenis jendela adalah kombinasi antara jendela panin dan jendela jalusi. Pada bagian pintu terdapat ornamen berupa hewan naga yang saling berhadapan dengan bentuk yang sedikit panjang bila dibandingkan dengan naga pada pintu masuk Istana. Atap bangunan terdiri dari dua tingkat yang terbuat dari seng. Dua buah atap seng diganti dengan atap transparan sebagai penerang ruangan tingkat kedua.

Selain rumah dan benda cagar alam lainnya, kompleks istana ini juga dilengkapi beberapa makam raja Rokan IV Koto dan para tetua suku yang tinggal di dalam kompleks istana Rokan IV Koto.

Sekitar halaman depan dan belakang selalu dijaga kebersihannya dan terawat dengan baik oleh masyarakat sekitar. Walaupun pagar Istana Rokan jarang dikunci, warga sekitar tetap tidak merusak bangunan istana tersebut.

[]

Source. BPCB Sumbar

You May Also Like