
ARASYNEWS.COM – Presiden Jokowi menyebutkan adanya praktik tidak benar dalam perdagangan digital dan menggaungkan agar masyarakat membenci produk asing. Jokowi menyampaikan pernyataan ini juga saat membuka Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan Tahun 2021 dan disiarkan di YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (4/3/2021).
Terkait hal ini, diterangkan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. Lutfi menjelaskan bahwa yang disebutkan Presiden Jokowi adalah adanya praktik tidak benar dalam perdagangan digital yakni pada e-commerce.
“Perlu diluruskan ada latar belakang yang menyertai pernyataan Pak Presiden. Laporan saya ke beliau tentang laporan praktik yang tak sesuai di perdagangan e-commerce,” jelas Lutfi dalam pernyataan Menteri Perdagangan yang disampaikan secara virtual, dikutip arasynewscom, Sabtu (6/3/2021).
“Praktik e-commerce yang mendunia, praktik ilegal perdagangan predatory pricing, jadi harga yang membunuh kompetisi,” lanjut Lutfi.
“Hal ini terjadi karena adanya e-commerce asing yang menjual produk impor secara tidak sehat dan membunuh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal,” lanjutnya.
Diteruskan Lutfi, bahwa e-commerce yang dimaksud adalah perusahaan internasional asing, bukan perusahaan asli Indonesia.
Menurut Lutfi, menjual barang-barang hasil meniru produksi UMKM dalam negeri. Mereka juga mempelajari apa yang disukai oleh masyarakat Indonesia.

Akan tetapi tidak menutup kemungkinan, pelaku di e-commerce Indonesia juga turut menjual produk yang datang dari luar.
“Ada sebuah tulisan yang dikeluarkan lembaga internasional dunia tentang cerita bagaimana hancurnya kegiatan UMKM terutama di fashion Islam yang terjadi di Indonesia,” kata Lutfi.
“Pada 2016-2018, sebuah industri rumah tangga mempunyai kemajuan yang luar biasa menjual hijab dan industri tersebut mempekerjakan 3.400 pekerja yang ongkosnya lebih dari US$ 650 ribu dollar/tahun,” kata Lutfi.
Kemajuan industri rumahan dalam negeri itu tidak lepas dari pantauan industri-industri asing. Besarnya pasar Indonesia dengan jumlah kaum muslim terbesar di dunia membuat negara asing, yakni China tertarik.
Justru, jahatnya e-commerce yang seharusnya menjadi penengah justru membocorkan rahasia industri dalam negeri ini ke perusahaan China.
“Ketika industrinya maju di 2018 kemudian disadap oleh artificial intelligence yang digunakan oleh perusahaan digital asing, kemudian disedot informasinya dan kemudian dibuat industrinya di china, lalu diimpor barangnya ke Indonesia. Mereka bayar USD 44 ribu sebagai bea masuk tapi menghancurkan industri UMKM tersebut. UMKM ini biaya gajinya 1 tahun lebih dari USD 650 ribu, sedangkan bea masuk mereka USD 44 ribu dan hal tersebut jadi suatu tren,” terang Mentri Perdagangan ini.
“Sehingga barang murah, jauh dari standar di platform e-commerce beredar di Indonesia, yang bisa saja dari hasil dari pelaku curang.. Apalagi, beberapa waktu lalu juga ada tagar #SellerAsingBunuhUMKM,” papar Lutfi.
“Ketika kita membuka platform digital di handphone, benar saja hijab yang dijual perusahaan tersebut Rp 1.900/pcs dan dengan begitu ini disebut predatory pricing. Kita nggak bersaing karena e-commerce itu subsidi atau anti dumping supaya harga turun, matinya kompetisi, matinya industri UMKM dan ini menyebabkan kebencian daripada produk asing yang diutarakan bapak Presiden, karena kejadian-kejadian pada perdagangan yang nggak adil, nggak menguntungkan dan nggak bermanfaat,” sebut Lutfi.
“Produk-produk dalam negeri gaungkan, gaungkan juga benci produk-produk dari luar negeri, bukan hanya cinta tapi benci. Cintai barang kita, benci produk dari luar negeri sehingga betul-betul masyarakat kita menjadi konsumen yang loyal sekali lagi untuk produk-produk Indonesia,” pungkas Lutfi. []