
ARASYNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, mencermati harga BBM jenis Pertalite yang berada di kisaran Rp 7.650 per liter. Harga BBM jenis ini masih memiliki selisih harga Rp 3.350 dibanding harga normal yang berada di atas Rp 11 ribu per liter.
Menurut Mamit, Pertamina terpaksa harus merugi akibat nilai jual Pertalite yang terlalu rendah. Padahal harga minyak dunia saat ini terpantau terus melambung akibat dampak dari krisis energi.
“Dengan kondisi saat ini, untuk Pertalite Pertamina dalam posisi merugi karena memang nilai keekonomian saat ini sudah jauh lebih tinggi lagi,” kata Mamit yang dikutip dari liputan6 pada Rabu (27/10/2021).
Tapi, ia enggan menyalahkan pemerintah yang memaksa Pertamina menjual Pertalite dengan harga tekor. Sebab di sisi lain, daya beli masyarakat kini masih belum pulih seutuhnya akibat dampak pandemi Covid-19 berkepanjangan.
Sebagai jalan tengah, Mamit usul harga Pertalite mungkin bisa naik Rp 1.500 atau menjadi Rp 9.150 per liter. Nominal itu menurutnya masih sesuai, baik dari sisi masyarakat maupun Pertamina.
“Saya kira, jalan yang paling agak win-win solusi tanpa memberatkan keuangan negara adalah memberikan keleluasaan kepada Pertamina untuk menyesuaikan harga BBM, umum tapi disesuaikan dengan kemampuan masyarakat juga,” kata dia.
“Tapi jika memang ingin menyesuaikan dengan kondisi masyarakat, kenaikan Rp 1.500 (per liter) saya kira sudah cukup membantu Pertamina, dimana sudah mengurangi selisih hampir 50 persen dari saat ini,” terang dia.
Kendati begitu, Mamit mengatakan, jika harga kompensasi Pertalite mau diubah, pemerintah harus mengubah terlebih dahulu sejumlah peraturan, seperti Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 69/2021, dan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 62/2020.
“Tanpa ada perubahan, maka terkait dengan kompensasi saya kira sulit dilakukan. Mengingat saat ini untuk Pertalite maupun Pertamax tidak masuk kedalam penugasan maupun subsidi,” pungkasnya. []