Tentang Keinginan Orang yang Mengajak Kaum Muslimin kepada Kekafiran dan Perpecahan

ARASYNEWS.COM – Dalam surah al-Baqarah, Allah ﷻ berfirman

إِنَّآ أَرْسَلْنَٰكَ بِٱلْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا ۖ وَلَا تُسْـَٔلُ عَنْ أَصْحَٰبِ ٱلْجَحِيمِ

Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka. (QS. al-Baqarah: 119)

وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ ٱلْيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ ٱتَّبَعْتَ أَهْوَآءَهُم بَعْدَ ٱلَّذِى جَآءَكَ مِنَ ٱلْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِىٍّ وَلَا نَصِيرٍ

Artinya: Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. al-Baqarah: 120)

Makna dua ayat di atas sejatinya sungguh gamblang, jelas dan terang benderang dan tegas bagi orang yang hatinya bersih dan mau menerima Al-Qur’an dengan taslim.

Bisa dipahami orang yang awam sekalipun. Namun orang yang di dalam hatinya ada penyakit, senantiasa berusaha menimbulkan kerancuan dan keraguan. Sehingga dari ayat di atas, dimunculkan tiga pertanyaan dan kerancuan yang disebarkan sebagian orang di internet (warganet) belakangan ini.

Dalam permasalahan ini, dalil lain yang bisa membantu kita memahami surah al-Baqarah ayat 120 di atas, adalah firman Allah ﷻ

وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۖ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّـهُ بِأَمْرِهِ ۗ إِنَّ اللَّـهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: “Banyak dari kalangan ahli kitab yang menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki (yang timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintahNya. Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. al-Baqarah: 109).

Disadur dari muslim.or.id, Dalam kitab tafsirnya, Ibn Katsir rahimahullah menukil beberapa atsar yang menyebutkan tentang asbaabun-nuzuul (sebab turunnya) ayat ini, yaitu bahwa ayat tersebut turun dengan sebab satu atau dua orang Yahudi (orang golongan kafir). Namun demikian, ternyata beliau tetap menafsirkan ayat ini dengan keumuman lafazhnya, bukan dengan kekhususan asbaabun-nuzuul-nya. Perhatikan perkataan beliau berikut,

يحذر تعالى عباده المؤمنين عن سلوك طرائق الكفار من أهل الكتاب، ويعلمهم بعداوتهم لهم في الباطن والظاهر وما هم مشتملون عليه من الحسد للمؤمنين، مع علمهم بفضلهم وفضل نبيهم. ويأمر عباده المؤمنين بالصفح والعفو والاحتمال، حتى يأتي أمر الله من النصر والفتح. ويأمرهم بإقامة الصلاة وإيتاء الزكاة. ويحثهم على ذلك ويرغبهم فيه، كما قال محمد بن إسحاق: حدثني محمد بن أبي محمد ، عن سعيد بن جبير، أو عكرمة، عن ابن عباس، قال: كان حيي بن أخطب وأبو ياسر بن أخطب من أشد يهود للعرب حسدا، إذ خصهم الله برسوله صلى الله عليه وسلم، وكانا جاهدين في رد الناس عن الإسلام ما استطاعا، فأنزل الله فيهما: (ود كثير من أهل الكتاب لو يردونكم) الآية.

Artinya: “Allah Ta’ala memperingatkan para hambaNya untuk tidak berjalan di atas jalan orang kafir dari kalangan ahli kitab, dan mengabarkan kepada mereka (yaitu, para hambaNya) tentang permusuhan ahli kitab (kepada kaum muslimin) baik secara bathin maupun zhahir, dan (mengabarkan juga) tentang hasad/dengki yang mereka miliki kepada kaum mukminin, padahal mereka tahu keutamaan kaum mukminin dan keutamaan Nabi. Allah juga memerintahkan para hambaNya, yaitu orang-orang yang beriman, untuk membiarkan, memaafkan, dan menoleransi mereka hingga datang ketetapan dari Allah berupa pertolongan dan kemenangan. Allah juga memerintahkan mereka untuk menegakkan shalat dan membayar zakat. Allah menyemangati dan memotivasi mereka untuk melakukannya. Muhammad ibn Ishaq berkata: Telah mengabarkan kepadaku Muhammad ibn Abi Muhammad, dari Sa’id ibn Jubair, atau ‘Ikrimah, dari Ibn ‘Abbas, bahwa beliau berkata: Huyay ibn Akhthab dan Abu Yasir ibn Akhthab adalah termasuk orang-orang Yahudi yang paling dengki kepada orang Arab karena Allah mengistimewakan mereka dengan RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berdua itu sangat berusaha semampu mereka untuk menjauhkan manusia dari Islam. Maka Allah menurunkan ayat ini tentang mereka, ‘Banyak dari kalangan ahli kitab yang menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran.”

Ibn Katsir rahimahullah kemudian melanjutkan,

وقال عبد الرزاق، عن معمر عن الزهري، في قوله تعالى: (ود كثير من أهل الكتاب) قال: هو كعب بن الأشرف. وقال ابن أبي حاتم: حدثنا أبي، حدثنا أبو اليمان، حدثنا شعيب، عن الزهري، أخبرني عبد الرحمن بن عبد الله بن كعب بن مالك، عن أبيه: أن كعب بن الأشرف اليهودي كان شاعرا، وكان يهجو النبي صلى الله عليه وسلم. وفيه أنزل الله: (ود كثير من أهل الكتاب لو يردونكم) إلى قوله: (فاعفوا واصفحوا)

Artinya: “Abdur-Razzaq berkata, ‘Dari Ma’mar, dari az-Zuhriy, tentang firman Allah Ta’ala, ‘Banyak dari kalangan ahli kitab,’ (maka ‘Abdur-Razzaq berkata) ia adalah Ka’b ibn al-Asyraf.’ Ibn Abi Hatim berkata: Ayahku telah mengabarkan kepada kami, (di mana beliau berkata) telah mengabarkan kepada kami Abul-Yaman, (di mana beliau berkata) telah mengabarkan kepada kami Syu’aib, dari az-Zuhriy, (di mana beliau berkata) telah mengabarkan kepadaku ‘Abdur-Rahman ibn ‘Abdillah ibn Ka’b ibn Malik, dari ayahnya, bahwa Ka’b ibn al-Asyraf, seorang Yahudi, adalah seorang penyair, dan bahwa dia ini mengolok-ngolok Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Allah menurunkan ayat tentangnya, ‘Banyak dari kalangan ahli kitab yang menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran,’ hingga firmanNya, ‘Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka.”

Perhatikanlah bagaimana Ibn Katsir rahimahullah, yang telah mengetahui bahwa asbaabun-nuzuul dari ayat ini adalah tentang satu atau dua orang Yahudi, tetap mengambil pelajaran dari keumuman lafazh ayat.

Pelajaran yang bisa diambil adalah bahwa kita harus memaknai ayat sesuai dengan keumuman lafazhnya, bukan dengan kekhususan sebab turunnya. Misalnya, pada ayat di atas, tentu tidak diragukan lagi bahwa Huyay ibn Akhthab, Abu Yasir ibn Akhthab, dan Ka’b ibn al-Asyraf tercakup dalam makna ayat.

Namun, ini tidak berarti bahwa ayat itu hanya mencakup mereka. Jika ayat tersebut menggunakan lafazh umum, kita tidak boleh menyempitkannya pada makna khusus kecuali jika ada dalil atau qarinah (petunjuk) yang mendukung.

Jika kita bersikeras bahwa yang dimaksud oleh ayat ini hanyalah satu atau dua orang Yahudi tersebut, maka itu justru bertentangan dengan lafazh “katsir” (banyak) yang digunakan pada ayat di atas. ath-Thabariy rahimahullah telah menjelaskan dalam kitab tafsirnya kemungkinan lain dari makna “katsir” ini, di mana beliau kemudian menegaskan bahwa makna yang benar untuk kata tersebut adalah “banyak secara jumlah”

Dari ayat ini kita ketahui para ulama memaknai bahwa secara umum kaum Yahudi dan Nasrani terus berusaha mengajak kaum Muslimin kepada kekafiran, bukan hanya dilakukan oleh sebagian oknum di antara mereka.

Golongan ini akan selalu tidak senang hingga akhirnya terjadi perpecahan umat Muslim di dunia. []

You May Also Like