ARASYNEWS.COM – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Mentawai menyebut sebanyak lebih dari 500 orang yang masih bertahan di tempat pengungsian di perbukitan.
Kepala Desa Simalegi, Jaret mengatakan, warga Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar) belum bersedia kembali ke kediaman mereka pasca gempa yang terjadi sepanjang Senin (29/8/2022).
Hanya saja, ada beberapa warga yang kembali ke kediamannya hanya untuk mengambil sejumlah kebutuhan seperti makanan, peralatan masak, pakaian dan selimut.
“Mereka hanya mengambil kebutuhan itu, lalu kembali ke tenda pengungsian di atas bukit dan menginap di sana,” kata Kepala Desa dalam keterangannya Selasa (30/8/2022).
Jaret menjelaskan, terdapat tujuh dusun Desa Simalegi yang berada di dekat pantai. Kondisi tersebut dinilainya sangat rentan dengan tsunami, meskipun jarak pemukiman warga di perbukitan sekira 800 meter.
Pasca gempa yang terdata sudah lebih dari enam kali itu, membuat sejumlah kerusakan pada bangunan seperti rumah, sekolah, puskemas, tempat ibadah, dan fasilitas umum lainnya. Gempa ini berdampak juga pada 2.326 jiwa.
Dan pihak BPBD juga telah mendirikan sejumlah fasilitas di tempat pengungsian. Kondisi pengungsian, kata Kepala BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai, Novriadi, sudah terdapat dapur umum yang sudah dibuat oleh lembaga ABS.
“Tenda-tenda tempat masyarakat berlindung sudah dibuat, kemudian juga sudah ada dapur umum, ada 500 warga yang mengungsi di tiga titik,” kata Novriadi, Selasa (30/8)
Novriadi memaparkan, sejumlah fasilitas umum dan pendidikan yang rusak akibat gempa bumi tersebut di antaranya, SMPN 3 Simalegi, Puskesmas Betaet dan gereja. Dan sekolah yang terparah adalah SDN 11 dan SMP N 3 Simalegi.
Data dari BNPB, saat ini jumlah masyarakat yang sedang mengungsi yang baru terdata oleh pemerintah desa ada sebanyak 494 kepala keluarga atau 2.326 yang dihuni di tujuh Dusun. Mereka tersebar di Dusun Saboilogkat, Sute’uleu, Muara Selatan, Muara Utara, Betaet Utara, Betaet Selatan dan Sakaldhat. Rata-rata warga mengungsi karena takut akan adanya potensi gempa susulan.
“Warga masih ada yang di pengungsian, terutama anak-anak, wanita dan lansia,” kata Novriadi.
Untuk ketersediaan logistik, dikatakannya hanya mampu mencukupi hingga dia hari kedepan.
Novriadi meminta pihak terkait agar memaksimalkan potensi yang ada seperti memanfaatkan ketersediaan makanan yang ada di pertokoan sembari menunggu bantuan.
Dikatakannya juga, pengiriman dukungan logistik dan peralatan masih terkendala cuaca buruk di perairan. Upaya pengiriman dukungan tersebut hanya dapat diakses melalui penyeberangan laut menggunakan kapal dengan waktu tempuh kurang lebih delapan jam.
“Logistik dan makanan hanya cukup untuk dua hari dan itupun sudah dibagikan kepada warga kemarin sore,” ungkap Novriadi.
Seperti diketahui, Kabupaten Kepulauan Mentawai diguncang beberapa kali sepanjang Senin (29/8/2022).
Gempa pertama terjadi pada pukul 00.04 WIB dengan magnitudo 5,2 di 156 kilometer Kepulauan Mentawai. Gempa tersebut berada di 1,00 Lintang Selatan (LS) dan 98,58 Bujur Timur (BT) dengan kedalaman 14 kilometer.
Kemudian, gempa magnitudo 5,9 pukul 05.34 WIB yang berlokasi di 1,04 LS dan 98,55 BT di 156 kilometer Kepulauan Mentawai dengan kedalaman 11 kilometer.
Gempa magnitudo 3,7 pukul 06.06 WIB di 0,93 LS, 98,88 BT berada di 50 kilometer Barat Laut Pulau Siberut dengan kedalaman 10 kilometer. Dan keempat M 6,1 di di 0,99 LS dan 98,53 BT di 12 kilometer Barat Laut Siberut Barat dengan kedalaman 24 kilometer.
Ada sebanyak 13 kali gempa susulan yang terjadi kembali dengan kekuatan M 3,5 hingga M 6,4
Hasil pendataan dan pemantauan, rangkaian gempa bumi tersebut terjadi di segmen megathrust Mentawai yang diketahui menyimpan potensi energi gempa hingga M 8,9 dan berpotensi mampu memicu tsunami. []