
ARASYNEWS.COM – Peran BJ Habibie bagi di Indonesia membuat banyak perubahan dan perkembangan di bidang teknologi. Ia dipanggil dari Jerman dan diangkat untuk menjabat Kepala Teknologi Pertamina dan pada 1978 ia diangkat sebagai Menteri Riset dan Teknologi yang kemudian dipegangnya terus-menerus selama hampir 20 tahun. Hal itu diberikan Soeharto pada saat menjadi presiden RI. Dan ia juga pernah menjabat sebagai wakil presiden dan pernah sebagai presiden RI ketiga menggantikan Soeharto. Namun, jejak Habibie ini justru hilang dari linimasa Iptek di Markas Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Habibie punya mimpi yang jauh melebihi zamannya. Dalam “Sophisticated Technologies: Taking Root in Developing Countries” (1990), Habibie ingin Indonesia mutlak menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika dua hal itu sudah dikuasai, Indonesia dapat melakukan lompatan besar: berubah dari negara agraris ke negara industri
Ambisi ini terlihat pada berdirinya dua lembaga besar sektor teknologi, yakni Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 1976 dan Pusat Penelitian, Sains, dan Teknologi (Puspitek) pada 1984.
Namun, kini seakan perannya dilupakan. Terutama di kantor BRIN. Terlihat kini ada sebuah panel berjudul ‘Sejarah Riset dan Inovasi Indonesia’. Terlihat jelas dua foto Presiden pertama RI Sukarno dan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko. Sisanya berupa logo besar G20 dan tulisan-tulisan aneka tema.
Jejak Habibie hilang dari linimasa itu. Tak ada pula keterangan yang menautkan namanya dengan pesawat produksi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) itu.
Hanya ada foto seorang pria dengan gaya klasik hitam putih berkostum jas di bagian paling kiri panel. Ia berpose agak menyamping sambil memegang pesawat miniatur. Akan tetapi, tak ada papan nama atau keterangan apa pun soal sosok pria ini.
Menarik ke belakang, pernah viral sebuah video sekitar tahun lalu. Laksana Tri Handoko sempat meminta para peneliti untuk lebih realistis dan tak mengulangi praktek era Habibie.
“Kita harus realistis lah, jangan diulangi lagi praktek kita yang sudah sejak zaman, mohon maaf nih ya, eyang kita ya, eyang Habibie,” ujarnya, dalam kutipan video yang beredar.
“Karena itu memang sudah eranya sudah beda. Ya zaman dulu aja enggak berjalan, apalagi zaman sekarang,” imbuhnya.
Narasi itu pun sempat menuai kritik dari Anggota DPR Fadli Zon. Ia menyebut Handoko masih jauh levelnya ketimbang Habibie.
Merespons video itu, Handoko menyatakan “Kebijakan di BRIN dan riset di Indonesia saat ini tidak dimaksudkan untuk membuat dikotomi antara era Habibie dan saat ini. Karena hal tersebut tidak relevan dan tidak penting”.
Sebagaimana diketahui, di BRIN, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, kini juga selaku Ketua Dewan Pengarah BRIN. []