
ARASYNEWS.COM – Seekor Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) dewasa berjenis kelamin betina ditemukan mati di Kilometer 48 Koto Pait Beringin, Dusun Pematang Gonting, Kecamatan Talang Muandau, Bengkalis, Riau, Rabu (25/5).
Hal itu diungkapkan Kapolres Bengkalis, AKBP. Indra Wijatmiko, SIK melalui Kapolsek Pinggir, Kompol Maitertika, Kamis (26/5).
Kapolsek bersama Panit I Unit Reskrim Polsek Pinggir, IPTU Gogor Ristanto dan personel lainnya mendapat laporan terkait gajah mati di sekitar perkebunan konsesi Akasia milik PT Riau Abadi Lestari.
“Laporan masuk pada Rabu, 25 Mei 2022 sekira pukul 12.12 WIB. Seorang karyawan konsesi menemukan seekor Gajah Sumatera dengan posisi tertidur di tengah jalan kilometer 9 saat hendak pulang ke rumahnya di Desa Koto Pait Beringin.
Sekira pukul 16.30 WIB pada Rabu sore, pihaknya segera mendatangi lokasi guna memastikan kebenaran informasi tersebut.
“Segera Tim gabungan Balai Besar KSDA Riau dan Rimba Satwa Foundation (RSF) yang saat itu sedang melakukan patroli menyisir ke tkp.
“Tim gabungan menyisir tkp di titik koordinat ditemukannya bangkai Gajah yaitu yaitu di N 01° 4′ 48″ E 101° 27′ 21″ masuk dalam konsesi PT. Riau Abadi Lestari yang berdampingan dengan kebun sawit masyarakat. Tim gabungan segera melaporkan ke kantor Balai Besar KSDA Riau,” terangnya.
Setibanya di lokasi, pihaknya mendapati seekor satwa langka dilindungi ini mati dengan posisi terbaring menyamping kiri.
“Sudah dalam kondisi mati dan mengeluarkan aroma tak sedap, fisiknya sudah kaku dan tegang,” kata Kompol Maitertika dalam keterangannya, Kamis (26/5).
BBKSDA Riau yang berkoordinasi dengan Polsek Pinggir untuk membantu Tim gabungan mengamankan lokasi. BBKSDA Riau langsung menurunkan Tim medis serta Polisi Kehutanan menuju lokasi untuk melakukan nekropsi didampingi dokter hewan dari Kesehatan Hewan Duri.
Dikatakannya, penyebab kematian belum bisa disimpulkan. Dan pihak BBKSDA Provinsi Riau langsung melakukan Nekropsi atau proses bedah bangkai gajah untuk mengetahui asal muasal penyebabnya.
Dikatakan pihak BBKSDA, proses terjadinya adalah karena penyakit infeksius, keracunan, defisiensi nutrisi dan tumor yang menyebabkan kematian.
Penyebab kematian Gajah Sumatera belum dapat dipastikan, akan tetapi dari mulut dan anusnya keluar darah. Diperkirakan Gajah betina tersebut berumur sekitar 25 tahun.
Saat dilakukan nekropsi diketahui bahwa Gajah dalam kondisi mengandung dan akan segera melahirkan anaknya. Tim mengambil sample hati, dinding usus, paru, dan kotoran Gajah tersebut untuk dilakukan uji laboratorium. Dengan bantuan alat berat konsesi Tim menguburkan bangkai Gajah di lokasi.
“Penyebab kematian masih didalami paramedis dan BBKSDA Riau, jelang Rabu malam sekitar 30-an ekor gajah diduga kelompok dari gajah yang mati masih berada di sekitar lokasi dan merusak pondok-pondok milik warga sekitar. Memandang situasi genting, kita imbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak mendekati lokasi tersebut guna menghindari konflik dengan kawanan gajah sumatera ini,” ungkapnya.

Terpisah, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Fifin Arfiana Jogasara juga membenarkan kabar memilukan itu. Bahkan yang lebih parah, gajah yang mati ternyata tengah mengandung dan diprediksi bakal segera melahirkan. Namun sayang, nyawa satwa dilindungi ini melayang.
“Penyebab kematiannya belum dapat dipastikan, akan tetapi dari mulut dan anusnya keluar darah. Diperkirakan gajah betina tersebut berusia sekitar 25 tahun, saat dilakukan Nekropsi diketahui bahwa gajah itu tengah mengandung dan akan segera melahirkan,” kata Fifin berdasarkan siaran pers yang diterima.
Segera tim BBKSDA dibantu tenaga terampil Dokter Hewan mengambil sampel hati, dinding usus, paru dan kotoran gajah untuk diuji laboratorium. Setelah selesai mengumpulkan sampel dan melakukan bedah bangkai, pihaknya segera mengubur si ‘Bongsor’ dan anaknya dengan bantuan satu unit alat berat.
“Sampel bagian organ satwa akan segera dikirim ke Balai Verteriner, Bukit Tinggi, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) untuk mengetahui penyebab kematian satwa ini. Atas peristiwa ini, dunia konservasi kembali berduka,” pungkasnya. []