Daerah Pertama di Provinsi Riau yang Mengenal Islam

ARASYNEWS.COM – Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pantai timur pulau Sumatera bagian tengah. Wilayah pesisirnya berbatasan dengan Selat Malaka. Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau, sekelompok besar pulau-pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam dan Pulau Bintan) yang terletak di sebelah Timur Sumatera dan sebelah Selatan Singapura. Kepulauan ini dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004.

Riau diduga telah dihuni sejak masa antara 10.000-40.000 SM. Kesimpulan ini diambil setelah penemuan alat-alat dari zaman Pleistosin di daerah aliran sungai Sungai Sengingi di Kabupaten Kuantan Singingi pada bulan Agustus 2009. Alat batu yang ditemukan antara lain kapak penetak, perimbas, serut, serpih dan batu inti yang merupakan bahan dasar pembuatan alat serut dan serpih. Tim peneliti juga menemukan beberapa fosil kayu yang diprakirakan berusia lebih tua dari alat-alat batu itu. Diduga manusia pengguna alat-alat yang ditemukan di Riau adalah pithecanthropus erectus seperti yang pernah ditemukan di Sangiran, Jawa Tengah. Penemuan bukti ini membuktikan ada kehidupan lebih tua di Riau yang selama ini selalu mengacu pada penemuan Candi Muara Takus di Kampar sebagai titik awalnya

Pada awal abad ke-16, Tome Pires, seorang penjelajah Portugal, mencatat dalam bukunya, Suma Oriental bahwa kota-kota di pesisir timur Sumatera antara suatu daerah yang disebutnya Arcat (sekitar Aru dan Rokan) hingga Jambi adalah pelabuhan dagang yang dikuasai oleh raja-raja dari Minangkabau. Di wilayah tersebut, para pedagang Minangkabau mendirikan kampung-kampung perdagangan di sepanjang Sungai Siak, Kampar, Rokan, dan Indragiri. Satu dari sekian banyak kampung yang terkenal adalah Senapelan yang kemudian berkembang menjadi kota Pekanbaru, yang kini menjadi ibu kota provinsi Riau.

Sejarah Riau pada masa pra-kolonial didominasi beberapa kerajaan otonom yang menguasai berbagai wilayah di Riau.

Kerajaan Keritang diduga yang paling pertama yang telah muncul pada abad keenam, dengan wilayah kekuasaan diperkirakan terletak di Keritang, Indragiri Hilir. Kerajaan ini pernah menjadi wilayah taklukan Majapahit, namun seiring masuknya ajaran Islam, kerajaan tersebut dikuasai pula oleh Kesultanan Melaka. Selain kerajaan ini, terdapat pula Kerajaan Kemuning, Kerajaan Batin Enam Suku, dan Kerajaan Indragiri, semuanya diduga berpusat di Indragiri Hilir. Dan hingga kedatangan kolonial, terdapat beberapa kerajaan dan kesultanan di Riau. Kerajaan Tambusai, Rambah, Kepenuhan, Rokan IV Koto dan Kunto Darussalam menguasai kawasan hulu sungai Rokan dan anak sungainya yang sekarang menjadi kabupaten Rokan Hulu.

Kerajaan Kampar Kiri dan Singingi menguasai kawasan sehilir sungai Kampar Kiri dan Singingi yang sekarang menjadi sebagian wilayah kabupaten Kampar dan sebagian wilayah kabupaten Kuantan Singingi. Kerajaan Kuantan menguasai kawasan sehilir sungai Kuantan yang sekarang menjadi sebagian wilayah kabupaten Kuantan Singingi. Kesultanan Siak Sri Inderapura menguasai kawasan yang sekarang menjadi kabupaten Rokan Hilir, Bengkalis, kota Dumai, Siak, Kepulauan Meranti, sebagian kota Pekanbaru, kawasan sehilir sungai Tapung Kiri dan kanan serta Taratak Buluh dan sekitarnya yang sekarang masuk kabupaten Kampar.

Kesultanan Pelalawan menguasai kawasan yang sekarang menjadi kabupaten Pelalawan. Dan kesultanan Indragiri (1928) oleh Raja Merlang I menguasai kawasan yang sekarang menjadi kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir, sedangkan sebagian kawasan pesisir Indragiri dulunya menjadi wilayah kesultanan Lingga–Riau yang berpusat di Daik Lingga. Kawasan sehilir sungai Kampar Kanan dipimpin oleh Datuk-datuk adat mereka sendiri. Selanjutnya ada juga kesultanan Siak atau Kesultanan Siak Sri Inderapura didirikan oleh Raja Kecil dari Pagaruyung pada tahun 1723.

Penyebaran Islam

Islam di Riau mulai berkembang sejak masa Kerajaan Sriwijaya. Penyebaran Islam di Riau melalui wilayah Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Penyebarannya dipengaruhi oleh pedagang Arab yang berdakwah sambil berdagang di wilayah Riau.

Melalui Sumatera Barat, diketahui, wilayah pertama yang mengenal Islam di Riau adalah Desa Kuntu, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar.

Penyebaran Islam di Riau diperkirakan berawal dari Sumatera Barat. Penyebaran Islam dilakukan melalui dakwah oleh Burhanuddin Ulakan. Ia adalah seorang pendakwah yang awalnya menyebarkan ajaran Islam di wilayah Ulakan Tapakis, Padang Pariaman.

Wilayah yang pertama yang mengenal Islam di Riau adalah Desa Kuntu yang berada di pinggiran anak sungai Kampar, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar. Diperkirakan melalui transportasi sungai.

Perkiraan ini didasari oleh keberadaan Pegunungan Bukit Barisan yang memisahkan wilayah Sumatera Barat dan Riau. Anak sungai Kampar yang mencapai wilayah Sumatera Barat adalah Sungai Sibayang. Sungai Kampar merupakan bagian hulu dari Sungai Sibayang. Aliran sungainya mencapai daerah Pangkalan dan Payakumbuh di Kabupaten Lima Puluh Kota. Hubungan antara kedua sungai ini memperkuat jalur penyebaran Islam di Riau melalui Sumatera Barat.

Syekh Burhanuddin diketahui merupakan tuan guru dari tarekat naqsyabandi. Ia lahir di Mekkah pada tahun 1111 Masehi, atau 530 H dan wafat di Kuntu, Riau pada 1191 M atau 610 H. Dia menyiarkan agama Islam di Batu Hampar, Sumatra Barat (Sumbar), pada 1141 – 1151 M, pada 1151 – 1156.

Dia tinggal di Kumpulan Bonjol Sumbar, kemudian berpindah lagi ke Pariaman pada rentang waktu 1156 – 1171.

Kemudian Syekh Burhanuddin menetap dan menyiarkan Islam di Kuntu, Riau, selama 20 tahun. Dia meninggal dunia pada tahun 1191 dan dimakamkan di tepian Sungai Sebayang, Desa Kuntu. Makam syekh ini ada di Desa Kuntu Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

Selain itu, penyebaran Islam di Riau juga terjadi karena letak wilayahnya yang dekat dengan kota-kota perdagangan. Kota-kota ini didatangi oleh para pedagang asing terutama pedagang dari Jazirah Arab.

Di pesisir barat Sumatera terdapat sebuah pelabuhan yaitu Pelabuhan Barus. Barus merupakan wilayah penghasil kapur barus yang bermutu tinggi dan haru,. Kapur barus ini digunakan sebagai pengawet mayat di Timur Tengah khususnya Jazirah Arab dan Persia Raya. Para pedagang Arab yang berdagang di Aceh khususnya di Perlak dan Samudra Pasai, langsung melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Barus. Sambil berdagang, mereka melakukan dakwah.

Akhirnya Islam menyebar ke daerah-daerah yang berdekatan dengan Barus, termasuk ke wilayah Kabupaten Rokan Hulu. Wilayah ini merupakan perbatasan antara Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Utara. Penyebaran Islam dari Barus di Kabupaten Tapanuli Tengah mengarah ke seluruh hutan Tapanuli yang mencapai wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Dari Kabupaten Tapanuli Selatan, Islam menyebar ke wilayah Kabupaten Rokan Hulu. []

You May Also Like