Pertalite Saat Ini Lebih Cepat Habis Terpakai, Ini Penjelasan Dosen ITB dan Pertamina

ARASYNEWS.COM – Banyak masyarakat di Indonesia yang menyampaikan keluhannya melalui media sosial terkait pemakaian bahan bakar minyak (BBM) yang cepat habis.

Mereka menyampaikan BBM jenis Pertalite ini lebih cepat habis di konsumsi kendaraan baik roda dua atau roda empat. Padahal mereka membeli dengan jumlah (liter) yang sama dan jarak tempuh yang juga sama. Konsumsi Pertalite lebih cepat habis dan bandingkan Pertalite yang sama sebelum dinaikkannya harga oleh pemerintah.

BBM jenis Pertalite yang saat sekarang ini seakan lebih boros dibandingkan BBM jenis Pertalite yang dahulu sebelum dinaikkan harganya.

Dan bukan hanya Pertalite saja yang dicurigai, tapi BBM jenis Pertamax juga dikatakan tidak jauh berbeda lebih cepat boros dibanding yang sebelumnya.

Salah satu postingan di Twitter, pengguna menuliskan, semenjak harga BBM naik, Pertalite menjadi agak boros di motor.

“Apa cuma saya yang ngerasain? Full tank kok cepat banget habisnya..” cuit warganet.

“Lah iyaa saya juga rasain, Lenteng Agung – Taman Mini PP 2 x bensin 45 rb motor Skywave,” cuit akun lainnya.

Tapi ada juga yang komen. “Itu karena misalkan (tadinya, red) 20 rb dapet hampir 3 liter, sekarang jadi 2 liter jadi kelihatan boros,” bilang akun bernama Naminasaha.

Ada juga yang berasumsi bahwa perasaan lebih boros tersebut terjadi ketika beralih dari BBM yang oktannya lebih tinggi ke Pertalite.

Selain itu, salah satu mekanik mobil mengatakan dari hasil surveinya di lapangan, bahwa warna bahan bakar jenis Pertalite dan Pertamax yang beredar saat ini terlihat lebih berbeda dibandingkan yang sebelumnya.

“Untuk Pertalite, yang saat ini warnanya terlihat lebih kental daripada sebelumnya. Dan itu juga terlihat pada BBM jenis Pertamax,” kata salah satu mekanik mobil Hyundai setelah meneliti beberapa SPBU yang ada.

Disisi lain, dalam keterangan dosen dari Kelompok Keahlian Konversi Energi Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto Zaenuri, menjelaskan bahwa apabila pengguna BBM Pertamax beralih ke Pertalite, konsumsinya memang akan menjadi boros. Alasannya, bilangan oktan atau Research Octane Number (RON) Pertalite lebih rendah ketimbang Pertamax.

“Dengan RON Pertalite 90 dan Pertamax 92 dan 98. Wajar ya kalau daya lebih rendah maka otomatis bahan bakar akan lebih boros,” kata Tri dikutip dalam keterangannya pada Rabu (21/9)

“Beda kasus jika pengguna sebelumnya juga memakai Pertalite. Dari biasanya cukup untuk seminggu, misalnya, kini mungkin sekitar 3-4 hari. Mungkin secara komposisi kimia senyawa-nya di dalam BBM berubah sehingga nilai kalor bensin berubah,” terangnya.

Menurut Tri, nilai kalor yang menandakan kandungan energi pada bahan bakar ditentukan oleh senyawa kimia seperti karbon dan hidrogen. Karena perbedaan senyawa itu misalnya, minyak solar per kilogram lebih tinggi kandungan energinya daripada bensin.

“Perubahan senyawa juga bisa mengakibatkan perubahan massa jenis atau density bensin. Jika ukuran bensin sama-sama satu liter, namun massa jenis berkurang dari 820 menjadi 770 gram, pemakaian bensin pasti akan jadi boros. Jadi begitu density berubah maka nilai kalor per liternya berubah,” kata Tri.

Karena itu, menurutnya, ada yang bilang kalau mengisi BBM jangan siang hari ketika panas terik, atau ketika BBM baru diisi di SPBU. Itu, kata dia terkait densitas yang berubah. Masalahnya, kata Tri, dalam spesifikasi minyak dan gas sebagai syarat boleh tidaknya bahan bakar dijual di Indonesia, tidak diperhitungkan soal nilai kalor.

Kondisi itu menurut Tri berlaku umum pada transaksi bahan bakar transportasi komersial. Berbeda misalnya pada batubara yang harganya justru ditentukan oleh nilai kalor. Atau pada industri, ada yang menerapkan standar internasional BBM pada suhu 15 derajat Celsius.

Beberapa hari lalu Pertamina menanggapi isu tersebut, bahwa tidak ada perubahan dalam spesifikasi produksi Pertalite.

“Ya memang, tapi ada kemungkinan nilai kalornya yang berubah.” Perubahan itu bukan disengaja. Nggak, itu tergantung dari minyak buminya,” respon Tri.

Dari sumur minyak bumi yang sama, Tri menuturkan, hasilnya bisa berbeda ketika diolah menjadi bahan bakar. Kilang hanya memproses namun sifat-sifat senyawa merupakan bawaan dari minyak bumi. Karena itu pula nilai densitas di berbagai SPBU bisa berbeda sehingga tidak setiap pengguna merasa boros bahan bakar.

Pihak Pertamina memberikan penjelasan

PT Pertamina (Persero) lewat Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengklaim kualitas bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite (RON 90) tidak berubah.

Pertalite yang dipasarkan melalui lembaga penyalur resmi di Indonesia sesuai dengan Keputusan Dirjen Migas Nomor 0486.K/10/DJM.S/2017 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin 90 Yang Dipasarkan Di Dalam Negeri.

“Batasan dalam spesifikasi Dirjen Migas yang menunjukkan tingkat penguapan pada suhu kamar di antaranya adalah parameter Reid Vapour Pressure (RVP). Saat ini hasil uji RVP dari Pertalite yang disalurkan dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina masih dalam batasan yang diizinkan, yaitu dalam rentang 45-69 kPa (Kilopascal),” kata Irto Ginting dalam keterangan tertulis, Rabu (21/9/2022).

Pertamina menjamin seluruh produk BBM yang disalurkan melalui lembaga penyalur resmi seperti SPBU dan PertaShop sesuai dengan spesifikasi dan melalui pengawasan kualitas yang ketat.

Sedangkan produk BBM yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan tidak akan disalurkan ke masyarakat.

“Pertamina berkomitmen untuk menyalurkan produk-produk BBM berkualitas sesuai dengan spesifikasi. Melalui kontrol kualitas, produk yang tidak sesuai spesifikasi tidak akan disalurkan ke lembaga penyalur,” ujar Irto.

Pertamina mengimbau agar konsumen melakukan pembelian BBM di lembaga penyalur resmi, seperti SPBU dan PertaShop, agar produk BBM yang didapatkan terjamin kualitas dan keamanannya.

Masyarakat juga diimbau untuk mengisi BBM sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam buku panduan kendaraan bermotor karena pabrikan telah menyesuaikan bahan bakar yang cocok sesuai jenis kendaraan.

Pergantian isi jenis BBM dengan kadar oktan (RON) yang berbeda juga tidak direkomendasikan.

“Sebaiknya pengendara selalu konsisten dalam memilih bahan bakar yang berkualitas, agar mesin kendaraan selalu awet dan terawat. Lebih aman menggunakan bahan bakar berkualitas dengan oktan/cetane yang direkomendasikan oleh pabrikan, agar mesin dapat bekerja secara maksimal,” pungkas Irto. []

You May Also Like